"Ayo sadar, Ning. Jangan buat aku khawatir," ucap Gus Maulana sambil memberikan minyak angin pada hidung Ning Dina.
Akhirnya Ning Dina tersadar dari pingsannya.
"Alhamdulillah," ucap Gus Maulana lega.
"Loh kok aku di kamar?" tanya Ning Dina bingung.
"Tadi kamu pingsan, Ning. Terus Mas Fuad angkat kamu sampai di ruang tamu. Setelah itu kamu aku pindahin ke dalam kamar," jelas Gus Maulana.
"Kamu pingsan gara-gara apa, Ning?" tanya Gus Maulana penasaran.
"Mungkin cuman kecapekan aja, Gus," jawab Ning Dina kemudian menatap kearah lain.
"Yakin? Atau mungkin karna pesan dari Ning Fidzah?" tanya Gus Maulana.
"Nggak kok, Gus," jawab Ning Dina kemudian tersenyum kearah Gus Maulana.
Didalam hati Ning Dina, ia menjawab iya atas pertanyaan Gus Maulana. Namun Ning Dina tidak mau membuat hubungan kekeluargaan Kyai Hafidz dan Kyai Faqih menjadi renggang hanya karna masalah ini.
Tok, tok, tok.
Suara ketukan pintu dari luar. Segera Gus Maulana memberikan niqab kepada Ning Dina. Setelah Ning Dina selesai menggunakan niqab, Gus Maulana membukakan pintu."Ini teh buat Nduk Dina, Le," ucap Umi Khadijah.
"Maaf Umi jadi merepotkan," jawab Gus Maulana.
Umi Khadijah masuk dan menghampiri Ning Dina. Untuk bertanya bagaimana keadaan putri bungsunya. Segera Ning Dina duduk namun bersandar pada bantal.
"Sudah enakan, Nduk?" tanya Umi Khadijah.
"Alhamdulillah, Umi," jawab Ning Dina kemudian tersenyum.
"Alhamdulillah. Apa mau dibawa ke dokter? Siapa tau lagi ngisikan," tawar Umi Khadijah.
Ning Dina dan Gus Maulana saling memandang. Gus Maulana memberikan isyarat untuk tidak memberitahukan tentang empatpuluh hari kepada Umi Khadijah. Kemudian mereka hanya tersenyum.
'Huh, untung Ning Dina nggak cerita ke Umi. Kalo sampe cerita bisa-bisa aku ditanyain dalilnya. Padahalkan niatku biar Ning Dina benar-benar siap dan menawarkan sendiri,' batin Gus Maulana.
"Ayo ke dokter saja," ajak Umi.
"Ng-nggak usah, Umi. InsyaAllah Dina bail-baik aja," ucap Gus Maulana.
"Yasudah kalo gitu. Nanti kalo mual atau pusing segera beri tau Umi ya, Nduk," ucap Umi.
"Nggih, Mi," jawab Ning Dina.
Umi Khadijah pergi meninggalkan mereka berdua di dalam kamar. Sementara itu, Gus Maulana memberikan teh kepada Ning Dina.
"Besok kita pulang ke Sumatra ya, Ning," ajak Gus Maulana.
"Dipercepat, Gus?" tanya Ning Dina.
"Iya," jawab Gus Maulana singkat.
"Kenapa?" tanya Ning Dina sedangkan Gus Maulana hanya tersenyum.
Ning Dina tidak mengerti akan senyum Gusnya.
"Kenapa lamaran Ustadz Khoirul kamu tolak, Ning?" tanya Gus Maulana tanpa menatap wajah Ning Dina.
"Gu-gus tau dari mana tentang lamaran itu?" tanya Ning Dina gugup.
Sekali lagi Gus Maulana mengulang pertanyaannya.
"Kenapa lamaran Ustadz Khoirul kamu tolak, Ning?"
"Karna cinta itu nggak bisa dipaksakan, Gus," jawab Ning Dina dengan nada lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Dalam Diam 2
RomanceAkhirnya penantian yang ditunggu-tunggu telah terjadi. Kini Gus Maulana Al-Faqih telah meminang Ning Dina Sayyidatina Fatimah. Sementara itu, Ning Fidzah menikah dengan Gus Sidiq yang tak lain adalah vocal hadroh Al-Faqih. Dalam rumah tangga pasti...