#6
Segera aku tersenyum dan memberikan doa untuk pernikahan Febri dan Tyo. Akhirnya mereka mengakhiri hubungan dalam ikatan yang halal.
"Eh, Din. Yang kembar itu siapa?" tanya Atun penasaran.
"Iya siapa sih? Ganteng tau," balas Nia.
"Kalo dari penampilannya kayanya sih putra Kyai," ucap Yuli.
Segera aku melihat ke arah yang mereka tunjukan. Di bagian kursi VIP. Benar saja, orang yang mereka maksud adalah Mas Fuad dan Mas Faid.
"Hus, jaga pandangan kalian. Mereka kakak laki-lakiku," jelasku.
"Serius? Bolehlah kenalin," ucap Yuli.
"Kenalan aja sendiri," jawabku singkat.
"Sejak kapan kamu punya kakak lali-laki, Din?" tanya Atun penasaran.
"Sejak dulu. Cuman Abi sama Umi nggak pernah cerita. Taunya waktu Mas Fuad dan Mas Faid mau pulang ke Indonesia," jelasku.
"Wah, Mamas ketemu gedi, haha," ucap Nia.
"Itu beda lagi. Kalo ini mahram, kalo yang kamu maksud itu bukan mahram," jelasku.
"Nggih, Bu Nyai," ucap mereka bersamaan.
Febri diam dan melihat ke arah Mas Fuad dan Mas Faid. Sementara Mas Fuad dan Mas Faid yang mengetahui lirikan tersebut menjadi risih dan tidak nyaman. Segera aku memegang wajah Febri dan memutarnya hingga menatapku.
"Ingat, Feb. Ada hati yang harus kamu jaga. Jangan liat laki-laki lain selain suamimu," ucapku.
"I-iya, Din," jawab Febri gugup.
"Kuh dirungokne nasehate Bu Nyai, hihi," ledek Atun.
"Apaan sih, Tun," balasku kemudian meminum air aqua.
"Kamu ini apa ada keturunan Timur Tengah to, Din?" tanya Atun penasaran.
"Kenapa memang?" tanyaku kembali.
"Soalnya Kamu, Mas kembarmu sama Mbak Ana itu mancung-mancung semua kaya orang Timur Tengah," jelas Atun.
"Ho-o, mancung-mancung semua," ucap Nia.
"Nggak ada. Abi keturunan orang Jawa dan Umi asli orang sumatra," jelasku.
"Kok bisa mancung-mancung semua?" tanya mereka penasaran.
"Makanya waktu pembagian hidung itu baris di bagian paling depan. Biar kebagian banyak, haha," ledekku.
"Dasar, ditanyain beneran malah jawabnya ngawur," ucap Atun kesal.
"Iya ini, Dina. Nggak mau bagi resep mancungnya," ucap Nia.
"Entahlah, tanya sama Allah aja yang maha segalanya," balasku.
Kami asik mengobrol menghilangkan rindu yang tertahan. Tidak lupa menikmati camilan yang telah santri-santri siapkan.
Akhirnya mereka semua pamit. Tidak lupa kami mengabadikan momen langka ini.
"Din, kotak amplopnya dimana?" bisik Atun.
"Nggak ada, Tun. Abah sengaja karna memang niatnya mau sedekah," jawabku.
"MasyaAllah."
Setelah itu, kami berganti gaun terakhir. Aku mengikuti langkah Gus Lana menuju kamar.
******
POV Gus Lana.Acara berjalan dengan lancar, sampailah kami di gaun yang terakhir.
"Mandi dulu, Ning," ucapku kepada Ning Dina.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Dalam Diam 2
RomanceAkhirnya penantian yang ditunggu-tunggu telah terjadi. Kini Gus Maulana Al-Faqih telah meminang Ning Dina Sayyidatina Fatimah. Sementara itu, Ning Fidzah menikah dengan Gus Sidiq yang tak lain adalah vocal hadroh Al-Faqih. Dalam rumah tangga pasti...