Tiba-tiba teringat akan pesan Abi, "Nduk, jangan lupa buat nawarin ke suami. Karna biasanya suami itu malu mau minta."
Aku melihat kearah Gus Maulana. Ia sedang sibuk dengan tasbihnya.
"Gus," panggilku sambil duduk di atas kasur dalam keadaan menunduk.
"Dalem," jawab Gus Maulana tetap memutar tasbihnya.
"InsyaAllah kulo sampun ridho, Gus," ucapku.
-insyaAllah aku sudah ridho, Gus-"Ridho apa? Ridho Rhoma atau Ridho Illahi?, hehe," tanya Gus Maulana.
'Astagfirullah ini Gus. Udah tau sini grogi malah diajak bercanda,' batinku.
"Nggak usah nunggu empatpuluh hari, Gus. InsyaAllah sekarang aku sudah ridho dan siap," jawabku.
Aku terus menunduk dan meremas-remas jemariku untuk mengurangi rasa grogi.
Gus Maulana meletakan tasbihnya di atas meja. Dan mulai berjalan menghampiriku.
'Ya Allah kenapa deg-degan begini ya,' batinku.
Gus Maulana duduk disampingku. Ia mulai memegang tanganku.
"Matur suwun, Ning. Ini yang aku tunggu-tunggu dari dulu. Ketika dirimu menawarkan diri untukku dan benar-benar dalam keadaan ridho karna Allah."
"Sekarang njenengan ambil wudu dulu terus kita salat sunnah berjamaah," ucap Gus Maulana.
"Ng-nggih, Gus," jawabku kemudian melangkah menuju kamar mandi.
Setelah selesai berwudu, aku keluar dari kamar mandi dan mulai menggunakan mukena. Sedangkan Gus Maulana mengambil air wudu.
Kami melaksanakan salat sunnah dua rakaat.
Setelah selesai salam, tiba-tiba Gus Maulana menerima pesan dari seseorang. Segera Gus Maulana membuka pesan tersebut.
"Ning, buruan pakek cadarnya," pinta Gus Maulana.
"Nggih, Gus."
Aku menuruti perintah dari Gus Maulana. Segera aku mengambil niqab dan menggunakannya.
Gus Maulana keluar dari kamar dan aku mengikutinya dari belakang.
Gus Maulana keluar dari hotel dan segera menuju taksi yang sedang berada di luar hotel.
"Ayo masuk, Ning," pinta Gus Maulana setelah membukakan pintu mobil.
Aku segera masuk. Kemudian Gus Maulana masuk dan menutup pintu dari dalam.
Gus Maulana duduk disebelahku. Aku ingin bertanya tetapi kata Abi, "Kalo diajak suami jangan tanya mau ke mana, tetapi langsung nurut saja."
Mobil mulai berjalan. Gus Maulana memberikan alamat kepada Pak pengemudi.
Tidak butuh waktu lama, kini mobil telah terparkir di depan sebuah rumah makan.
Gus Maulana turun dari mobil kemudian disusul olehku.
Gus Maulana menggandeng tanganku memasuki rumah makan. Kami berjalan menuju salah satu meja.
"Assalamu'alaikum, Kang," sapa Gus Maulana kepada seseorang yang sedang duduk.
"Wa'alaikumsalam warahmatullah. Silahkan duduk, Gus."
"Loh Kang Sidiq kan?" tanyaku bingung.
"Nggih, Ning," jawabnya.
'Kalo ada Kang Sidiq, pasti ada Ning Fidzah,' batinku.
"Ning Fidzahnya mana?" tanyaku lagi.
"Anu itu masih di pesantren," jawab Kang Sidiq.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Dalam Diam 2
RomansaAkhirnya penantian yang ditunggu-tunggu telah terjadi. Kini Gus Maulana Al-Faqih telah meminang Ning Dina Sayyidatina Fatimah. Sementara itu, Ning Fidzah menikah dengan Gus Sidiq yang tak lain adalah vocal hadroh Al-Faqih. Dalam rumah tangga pasti...