Putra dan putriku berkeliling di antara orang yang sayang dengannya. Dari gendongan Umi, berpindah ke gendongan Abi. Setelah itu berpindah lagi hingga keduanya berada di gendongan Mas kembar.
"Besok ngajinya sama oom ya, Nduk, Le," ucap Mas Fuad.
"Jadi Mas Fuad sama Mas Faid kapan nyusul?" ledekku.
"Calon aja nggak punya, Nduk," jawab mereka bersamaan
"GGKJ," balasku.
"Opo iku?" tanya mereka bersamaan.
"Ganteng-ganteng kok jomblo, hehe," jawabku.
"Bukan," ucap Gus Lana.
"Terus apa, Gus?" tanyaku penasaran.
"Yang bener itu GGJ," jawab Gus Lana.
"Kepanjangannya?" tanyaku.
"Gus-Gus jomblo, haha," ledek Gus Lana.
"Wis, pulang aja yok, Id. Mung di ledekin aja dari tadi," ajak Mas Fuad.
"Wes, kamu orang ini ledek-ledekan terus," balas Umi.
Kami berkumpul dan saling mengobrol. Hingga akhirnya kami bermusyawarah untuk nama kedua anakku.
Setelah nama di dapatkan, keluargaku berpamitan untuk pulang ke rumah Mbak Ana.
"Umi nggak tidur tempat Dina?" tanyaku dengan netra memelas.
"Kapan-kapan aja ya, Nduk," balas Umi.
"Mas Fuad sama Mas Faid yang tidur disini," ucap Mas Fuad.
"Alhamdulillah," balasku kemudian tersenyum.
Mas Fuad dan Mas Faid mengobrol dengan Gus Lana dan beberapa khadam di ruang tamu, sementara aku berada di kamar. Setiap kali si kembar menangis, Gus Lana langsung berjalan masuk ke kamar.
"Aku mungkin tidur di luar nemenin khadam sama Mas kembar, Ning," ucap Gus Lana.
"Nggih, mboten nopo-nopo, Gus," jawabku.
Esok paginya, aku terbangun setelah adzan subuh. Ku lihat si kembar sedang nyenyak tidur.
"Mending di tinggal beres-beres rumah dulu ini," gumanku.
Aku segera merapihkan khimar dan niqabku, kemudian berjalan keluar kamar.
"Loh kok udah beres apa mungkin udah di pindah ke cucian piring kali ya?" gumanku.
Aku berjalan menuju dapur, betapa terkejutnya aku melihat dapur sudah bersih dan sudah ada makanan yang masih mengeluarkan asap.
"Udah bangun?," ucap seseorang di belakangku.
Aku terkejut dan segera berbalik badan. Melihat Mas Fuad dan Mas Faid menenteng ember berisi air kotor serta kain pel.
"Mas habis ngapain?" tanyaku bingung.
"Habis ngepel," jawab Mas Fuad.
"Mas ini kan tamu, aturan duduk aja biar Dina yang ngerjain," balasku
"Nggak papa, Nduk. Toh udah kebiasaan di rumah kaya gini," timpal Mas Fuad.
"Terus yang masak siapa?" tanyaku.
"Suamimu," jawab Mas Faid.
"La Gus Lana sekarang dimana?" tanyaku karena tidak melihat batang hidung mancung milik Gus Lana.
"Lagi di pesantren. Katanya tadi ada urusan sebentar," jawab Mas Fuad.
Aku mendinginkan nasi dalam piring untuk makan Mas kembar dan Gus Lana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Dalam Diam 2
RomanceAkhirnya penantian yang ditunggu-tunggu telah terjadi. Kini Gus Maulana Al-Faqih telah meminang Ning Dina Sayyidatina Fatimah. Sementara itu, Ning Fidzah menikah dengan Gus Sidiq yang tak lain adalah vocal hadroh Al-Faqih. Dalam rumah tangga pasti...