Woojin menggeleng keras. "Gak ada yang namanya terakhir kali!"
"Gue—"
"GAK!! Jangan ngomong apa-apa!" Woojin mencengkeram kedua pundak Youngmin dengan deru nafas yang tidak beraturan. Woojin tidak tahu perasaan ini, rasanya hanya, sangat takut.
Woojin ketakutan. Ia ketakutan jika Youngmin akan menghilang lagi untuk yang kedua kalinya. Woojin masih bersyukur karena berhasil menemukan Youngmin yang ternyata hanya berada di Seoul, mungkin jika Youngmin menghilang lagi, bukan berarti Youngmin masih berada di Korea.
"Gue ngerti. Cukup. Jangan tinggalin gue lagi." Pinta Woojin dengan suara lirih yang penuh harap. Woojin tidak tahu perasaan seperti apa yang terjadi pada hatinya, hanya berpikir Youngmin akan menghilang lagi dari hidupnya cukup membuat Woojin ketakutan dan Woojin merasa harus melakukan sesuatu untuk membuat Youngmin terus berada di sisinya.
Youngmin melihat raut wajah ketakutan orang yang ada di depannya dengan jelas, hanya saja Youngmin tidak tahu bagaimana cara menenangkan orang itu.
Youngmin merasa dirinya egois. Jika Youngmin memutuskan untuk tidak menghilang dari hadapan orang ini, apakah Youngmin bisa menahan rasa sakit ini lebih lama? Youngmin tidak yakin.
Youngmin merasa dirinya lemah. Youngmin takut dibenci. Youngmin tidak suka hal yang menyakitkan. Maka dari itu, 3 tahun yang lalu Youngmin memutuskan untuk pergi secara sepihak tanpa memberitahukan yang lain, termasuk Woojin.
Youngmin tidak tahu jika selama ini Woojin mencarinya. Dirinya merasa sedikit senang, tapi tetap saja jika status sebagai 'sudah dianggap sebagai kakak' tidak akan lepas begitu saja.
"Lo sering bilang kalo gue itu lemah, kan? Harusnya lo ngerti tindakan apa yang bakal gue lakukan selanjutnya—
"Bodo—" Youngmin tersentak kala Woojin tiba-tiba membentaknya.
"Amat! Bodo amat! Gak peduli gue lo mau ngapain! Yang pasti tolong jangan pergi lagi! Apa yang harus gue lakuin supaya lo gak pergi dari hidup gue lagi?"
"Lo masih gak ngerti perasaan gue, ya? Woojin, gue—
Woojin tiba-tiba memajukan wajahnya hingga bibirnya menempel pada bibir Youngmin. Youngmin membelalakkan matanya ketika tindakan yang tidak terduga bahkan di setiap hidupnya akan kejadian juga. Tapi Youngmin merasa waktunya tidak tepat.
Bukan ini yang Youngmin inginkan.
Youngmin berusaha melepaskan dirinya dari cengkeraman tangan kekar Woojin. Merasa menyesal ketika baru menyadari kalau dirinya tidak seberotot Woojin.
Woojin melancarkan aksi menolak lepas dari Youngmin dengan cara melumat bibir orang yang sudah ia anggap sebagai kakaknya sendiri. Woojin sendiri kaget dengan apa yang ia perbuat, hanya saja Woojin hanya merasa terlalu takut jika ia tidak melakukan hal seperti ini, Youngmin akan meninggalkannya lagi untuk yang kedua kalinya.
Woojin terus saja melumat bibir Youngmin yang masih tertutup, mengajak Youngmin untuk ikut bermain dalam permainannya. Youngmin yang pikirannya kalut mulai membuka mulutnya dan menerima serangan dari Woojin.
Woojin merasa dirinya merinding tetapi ia menikmatinya. Tangan Youngmin melingkari tubuh Woojin sementara tangan Woojin berada dibelakang leher Youngmin agar permainannya tetap dalam kendalinya.
Youngmin menjatuhkan dirinya di atas kasur lipat itu membawa Woojin yang berada di atas tubuhnya sambil masih bertautan. Air mata Youngmin mengalir kala mengingat apa yang tengah mereka lakukan, perasaan yang tidak jelas seperti apa pendeskripsiannya berkecamuk di hati Youngmin.
Woojin sendiri merasa perutnya berputar seperti air yang terkuras di bak mandi, sesak. Woojin melepaskan tautan mereka ketika dirasa membutuhkan oksigen lebih, menatap mata sayu milik laki-laki yang ditindihnya itu. Woojin kembali mempersempit jarak diantara mereka dan melanjutkan apa yang Woojin inginkan.
"Woojin-ah~" Lirih Youngmin seraya mencengkeram kepala Woojin yang berada dalam ceruk lehernya.
Woojin membawa Youngmin jatuh ke dalam pusaran yang Youngmin mau.
Di jam dini hari seperti itu, permainan terus berlanjut seperti yang Youngmin harapkan. Youngmin berharap waktu berhenti bergulir karena mungkin saja hanya hari ini, pagi ini, jam ini, Woojin mau menyentuhnya.
.
.
.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Unpredictable Love {Champaca}
RomansaLim Youngmin sangat tidak ingin mengakui kalau ia benar-benar tidak bisa lepas dari pesona seorang Park Woojin. Benci akan pikirannya, benci akan Park Woojin yang selalu berputar di kepalanya. Bxb Yaoi