S2 ~ Rebut kembali

34 6 0
                                    

Joen Woong tengah berjalan di sepanjang koridor untuk bisa ke gedung sebelah. Berjalan dengan pelan seraya menolehkan kepalanya ke segala arah, karena siapa tahu orang yang dicarinya bisa langsung ketemu.

Gedung utama sudah Woong telusuri dan orang yang dicarinya tidak ada disana. Woong sudah mencarinya di kantin, di toilet, di perpustakaan juga tidak ada. Alhasil Woong mencari dari ruang kelas ke ruang lain.

Woojin tadi mengatakan akan bolos latihan hari ini dan langsung keluar ruang club. Woong merasa jika sikap Woojin yang ingin membolos latihan itu tidak biasa, maka dari itu Woong memutuskan untuk mengikuti kemana Woojin pergi.

Woong melihat Woojin masuk lebih dalam ke kampus, bukan keluar. Woong pikir Woojin ingin pergi dari kampus, tapi nyatanya tidak. Padahal awalnya Woong bisa mengikuti Woojin dengan baik, tapi di tengah perjalanan Woong kehilangan jejaknya.

Dan disinilah Woong berjalan dengan pelan seraya menolehkan kepalanya ke segala arah agar orang yang tengah dicarinya langsung ketemu.

Woong berinisiatif untuk menengok ke dalam ruang yang ada di hadapannya. Tapi setelah ia mengintip, pemandangan yang ia lihat membuat dadanya tertohok. Kedua tangannya mengepal keras, giginya bergemeletuk.

Woong sangat mengenal orang itu. Orang yang tengah melakukan hal yang sebenarnya sudah lama ingin Woong lakukan pada Woojin.

Wajah orang itu, Lim Youngmin, tengah berada di ceruk leher Woojin. Wajah Woojin menoleh kearah pintu tetapi Woojin sedang menutup matanya, jadi dia tidak akan sadar jika ada orang yang melihat mereka.

Wajah Woojin yang menoleh ke arah pintu itu, terlihat dengan jelas oleh Woong. Ekspresi wajah Woojin yang sedang mengerutkan keningnya, dengan mulut yang setengah terbuka, tangan kanannya mengepal di atas meja, menandakan kalau Woojin tengah menikmati apa yang sedang dilakukan oleh Youngmin.

Hati Woong semakin panas kala mendengar desahan pendek keluar  dari  mulut Woojin.  Tangannya yang sudah ia kepal erat makin mengerat.

Woojin menjauhkan kepala Youngmin dari lehernya. Setelah itu Woojin menubruknya bibirnya pada bibir Youngmin. Menjatuhkan Youngmin ke atas meja, dengan suara yang bisa Woong dengar, suara kecapan dan deritan meja. Woong mulai jengah.

Woong berlari meninggalkan ruangan panas itu, keluar dari gedung kampus, keluar dari kenyataan yang seharusnya Woong sadar jika mendapatkan Woojin itu hal yang sangat mustahil. Tapi Woong mengenyahkan pikiran itu dan mencoba untuk terus berjuang.

Harusnya Woong sadar saat ketika Woong memberikan kado ulang tahun untuk Woojin tahun lalu, dan Woong dengan segala keberaniannya mencoba untuk mencium Woojin. Tapi dengan kegesitannya Woojin menahan wajah Woong.

Dengan wajah Woong yang ditahan oleh Woojin seperti itu, harusnya Woong sudah sadar dari awal kalau Woong sudah ditolak. Tapi Woong lagi-lagi memilih untuk bertahan dengan perasaannya.

Bukankah perjuangan itu perlu?

Rasa sakit diawal dan diakhiri dengan perasaan bahagia?

Bukankah itu wajar? Manusia akan melakukan segala hal agar kebahagiaan dapat tercapai. Woong juga melakukan hal yang demikian.

Sepertinya Woong hanya harus sedikit lebih keras berusaha lagi. Berjuang untuk mendapatkan apa yang harus Woong dapatkan. Termasuk merebut Woojin dari orang itu.

Karena sejak awal, Woojin memang miliknya.

.

.

.

.

Tbc

Unpredictable Love {Champaca}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang