Aletta-2

32 5 1
                                    

Seperti biasa waktu jam istirahat aku dan teman teman duduk dikantin untuk mengisi perut, bertukar cerita, menyanyi tidak jelas, menggoda betina. Eitsss yang menggoda para betina itu bukan aku tetapi temanku yang bernama rifki!

Aku, deva, rifki dan jonathan kami berempat sohib banget dari awal masuk sekolah ini. Deva ini cakep guys tajir pula, kalau rifki itu fuckboy hampir seminggu dia bisa jalan sama beberapa gadis. Bisa dibayangin gak tuh dia kaya apa? Padahal mukanya standar, nah sedangkan jonathan dia itu lumayan cakep terus dia paling suka sama musik apapun alat musik dia juaranya, sampai sampai acara musik di jakarta dia selalu datang. Wah jo kalau musik kroncong kamu suka gak? Kan enak tuh bikin ngantuk wkwkwk.

Kami berempat duduk dimeja paling pojok, aku hanya memesan es teh dan bakso begitupun temanku mereka memesan makanan yang sama

"baksonya mang garox emang enak bener dah"celetuk rifki sambil memakan makanannya

"Namanya mang ali bukan mang garox, lo bisa didenda udah ganti nama orang sembarangan rif!" Balas deva

"Lebih cocok dipanggil mang garox! Nah lo liat aja gayanya tuh!" Ujar rifki sambil menunjuk mamang ali

Aku dan jonathan hanya menggelengkan kepala. Semua temanku berbicara lo gue karna mereka asli orang jakarta sedangkan aku belajar ngomong gue aja udah gak pantes gak bisa malah, emang kalau orang desa ya gini ngomong bahasa lo gue aja lidah berasa keglintir apalagi pakai bahasa arab? Astagfirullah akhy..

Setelah makanan habis, kami tidak langsung ke kelas tetapi berjalan menuju lapangan sekolah hanya sekedar numpang ngadem di bawah pohon, tau kan jakarta panasnya kaya apa?. Sesampainya dilapangan kami duduk dibawah pohon yang biasa kami duduki sembari menikmati semilir angin yang menerpa tubuh

"Woy udah pada mikir mau lanjut dimana belum?"tanya deva sekaligus memecahkan keheningan

"Gue sih pengin di UI"jawab jona

"Sama jo gue juga pingin di UI"ucap rifki

Aku hanya diam mendengarkan percakapan teman temanku, "WOYY GITO!" Teriakan deva berhasil membuatku kaget. Untung aku gak jantungan.

"Eh...kenapa dev?"tanyaku yang sedikit gelagapan

"Malah nglamun! Lo udah mikir belum mau lanjut dimana nanti?"jawab deva sedikit kesal

Aku menghebuskan nafasku "gak tau dev, aku masih bingung, kamu kan tau keluargaku gimana? Aku gak yakin bakal lanjut dev"

"Eh.. gue denger denger sekolah global mau ngadain bazar terus ada acara musik juga" ucap jonathan secara tiba tiba yang seakan akan mengalihkan pembicaraan tadi

seolah paham dengan keadaanku, mungkin itu cara jonathan agar tidak membicarakan soal lanjut kuliah yang akan menyinggung perasaanku.

"Serius lo jo?"tanya deva antusias

"Wah kalo bener sih agendakan dong buat datang kesana, kan lumayan!" Celetuk rifki

"Lumayan apa rif?"tanyaku sambil terkekeh

"Yaelah lo git pura pura gak tau sukanya!"jawab rifki

Aku hanya tersenyum karna aku tau apa yang dimaksud rifki tidak jauh dari lumayan bisa melihat gadis gadis disekolah global yang uwuw uwuw hahaha

"Emang lumayan apa njir?!"tanya deva sambil menjitak rifki

Rifki meringis "bangke lo dev!, lo gak tau lumayan apa? Ya lumayan bisa liat cewek cewek cantik bodynya uwuw emang idolak tuh cewek sekolah global" ucap rifki disertai tawanya

"Njirt!! Otak lo butuh diservice rif!"tegas jonathan

Kami lalu tertawa, aku sangat bersyukur memiliki teman yang sangat mengerti keadaanku, mereka sudah kuanggap sebagai keluargaku sendiri. Terimakasih tuhan terimakasih semesta.

****

Seperti biasa aku menunggu angkot didepan halte, aku mencari wajah yang semalam berhasil menghantuiku membuatku uring uringan. Mataku beredar kesemua tempat tetapi tidak ada sosoknya lagi "dimana dia?" Aku bergumam lirih, pikiran ku masih tentangnya masih tentang dia gadis yang memiliki lesung 1 dipipi sebelah kanan. Semesta dia dimana? Aku mencarinya.
Aku masih mencoba mencari gadis itu, hingga pencarianku berhenti tepat dipojok tempat yang ia duduki kemarin.

Akhirnya aku pulang dengan perasaan tak menentu, bertanya tanya tentang dia "tuhan dia dimana?" Rengek ku pada sang pencipta. Kurebahkan tubuhku diatas kasur pandanganku keatas menrawang masih bertanya tanya, gelisah? Sudah pasti. Semesta mengapa dia tidak ada? Apakah dia sakit? Aku sangat mengkhawatirkannmya, entah mengapa perasaan itu datang, entah mengapa aku selalu dihantui wajahnya. Apakah ini yang dimaksud jatuh cinta pandangan pertama?

TOK..TOKK
Terdengar ketukan dari pintu kamarku, aku bergegas bangun dari rebahanku lalu membuka pintu melihat siapa yang mengetuk "eh ibu?" Tanyaku saat melihat siapa yang mengetuk

"Nduk kamu sudah makan?"

Aku menghembuskan nafasku, aku kira ibu akan bertanya apa atau akan berbicara apa tapi ternyata hanya bertanya sudah makan belum? Astaga orang tua memang selalu begitu yaa? Yang kita anggap sudah dewasa dimata dia selalu terlihat kecil. Iloveyou mom:)

"Iyaa bu ini mau makan"jawabku lalu tersenyum

"Yasudah hayuk makan dulu ibu sudah siapin makanan kesukaan kamu"

"Sayur asem pecak tempe?"tanyaku dengan mata berbinar

Ibuku tersenyum, senyuman yang membuatku manjadi semangat hidup "iyaa nduk, hayuk makan" jawab ibu sambil menggandeng ku

"Wah wah digandeng kaya mau nyebrang toh bu hahaha"

"Huss kamu ndak mau digandeng ibu?"

"Emangnya siapa sih yang bilang gak mau bu? Masa aku gak mau sih digandeng sama perempuan secantik ibu Hahaha"

Aku mencoba menggoda ibu seketika itupun pipi ibu berubah menjadi merah. Ah ada ada saja orang tua.

"Halah kamu nduk sukanya menggoda ibu saja"jawab ibu disertai senyuman

Sesampainya kami diruang makan, aku membuka tudung saji yang ada dimeja, ternyata benar ibu memasak masakan favorit ku hari ini. Terlihat menggoda perutku, tanpa berpikir panjang aku menarik kursi untuk aku duduki lalu mengambil makanan dengan cepat "pelan pelan nduk jangan terburu buru seperti itu!" Tegur ibu yang sedang melihatku

Aku berhenti lalu menatap ibu dengan cengiran khas ku yang membuat siapa saja terpana, padahal mah pikin aku sleding.
"I..iyaa bu habis aku sudah tidak sabar"ucapku

"Yasudah makan saja, ibu tinggal dulu"

"Kemana bu? Ibu tidak ikut makan?"

"Ke warung beli minyak goreng, ibu sudah makan!" Jawab ibu menatapku dengan tatapan meyakinkan

Aku bisa melihat dari tatapan ibu kali ini dia benar benar sudah makan tidak membohongiku, lalu aku mengangguk mengerti. Kalian pasti bertanya kenapa aku tak yakin dengan ibuku? Karna dulu aku pernah dibohongi, iya dibohongi! Waktu aku bertanya kepada ibu sudah makan dia menjawab sudah. Lalu ibuku masuk kedalam kamar entah kenapa waktu itu ibu sangat berbeda lebih pucat, aku pun mengikuti ibu mencoba mencari tau kenapa ibu begitu didepan pintu kamar ibu. Kalian tau apa yang aku dengar? Ibuku menangis menahan laparnya demi aku agar bisa makan dengan kenyang, demi aku agar bisa tidur dengan tenang tidak merasakan lapar. Perasaanku terpukul waktu itu kenapa aku tidak bisa tau yang sebenarnya? Kenapa aku tidak bisa bedakan ibuku sudah makan atau belum. Itu yang membuatku ragu saat aku bertanya bu sudah makan? Dan jawaban ibu sudah sulit bagiku percaya.

Maafkan typo:)
Terimakasih sudah membaca
♣♣♣

Tunggu part selanjutnya:)

AlettaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang