Prologue

3.4K 109 31
                                    

Halo teman-teman! Sebelum membaca lebih jauh, aku mau disclaimer dulu di awal. Karena cerita ini bakal banyak mengandung isu politik, tolong untuk tidak menyangkut pautkan dengan di kehidupan sebenarnya. Kemungkinan terdapat perbedaan dan penelitian dengan catatan sejarah atau pun hukum yang sebenarnya.

My Demon Husband ini adult-romance ya dan ratenya itu dewasa.

Happy reading! Semoga terhibur, ya. Dan jangan lupa untuk vote, terima kasih!

.
.
.

Kilatan-kilatan cahaya terus-terusan muncul di langit dalam beberapa kali. Terdengar suara gemuruh disertai petir mengerikan. Badai angin topan sekaligus hujan deras mengguyur malam ini.

Tampaknya, alam sedang memperlihatkan kehebatannya dalam menghancurkan bumi hanya dalam sekejap. Seakan memperingati semua makhluk di bumi tidaklah lebih dari kerikil batu.

Makhluk lemah, mudah hancur.

Malam ini, bagaikan sebuah kutukan dari alam untuk seorang gadis cantik berusia 24 tahun bernama Esther Phoenix. Anak tunggal kaya raya yang berasal dari keluarga konglomerat.

Sosoknya yang lemah, dihancurkan oleh kabar bahwa Edward Phoenix—sang ayah ditemukan tewas gantung diri.

Edward Phoenix, Direktur Utama perusahaan terbesar di negaranya—The Phoenix Group. Perusahaan yang bergerak berbagai bidang di dalamnya. Seperti, perbankan, manajemen aset, penasihat keuangan, ladang anggur, yayasan amal, dan beberapa bisnis lainnya. Dan baru-baru ini Phoenix Grup juga membeli sebagian saham kapitalisasi pasar perusahaan tambang dan minyak.

Tidak berhenti di situ, Edward Phoenix saat ini masih dalam periode menjabat sebagai Presiden di negara Alexandria.

Air mata Esther tercampur air hujan yang mengguyurnya. Kakinya yang mungil tidak mengenakan alas kaki itu tetap berlari menyeberangi dari dalam rumahnya ke istana negara yang hanya beda bangunan.

“Ayah!”

Teriakan yang begitu melengking memenuhi ruangan mewah. Semua mata yang terpasang tertuju pada Esther, tengah berlari terengah-engah dalam keadaan basah kuyup. Ia juga hampir beberapa kali tersandung akibat gaun tidur dikenakannya

Beberapa penjaga berusaha menahan Esther untuk tidak mendekati peti sang ayah. Esther memberontak. Ia pun berhasil mendorong orang-orang yang menghalanginya. “Ayah! Ku mohon bangun! Jangan tinggalkan aku sendirian! Aku takut, ayah...” Bibirnya bergetar hebat, air matanya tak berhenti membasahi pipi.

Lagi-lagi dirinya yang lemah itu ditarik menjauh dari peti karena Esther mengamuk tak karuan hingga mayat sang ayah yang sudah kaku terguncang. Kaki Esther begitu lemas sehingga ia pun terjatuh dilantai sembari kedua tangannya dipegangi oleh penjaga. Esther tidak bisa melakukan apa pun, ia hanya meratapi peti ayahnya yang sedang ditutup.

Malam itu, menjadi kenyataan paling buruk bagi Esther.

Hari demi hari terlewati, musim panas berganti menjadi musim dingin. Tetesan salju terlihat dari dalam jendela di kamar Esther.

Semua yang terjadi di kehidupannya tak ada lagi yang istimewa sejak kematian sang ayah.

Terkadang Esther masih tidak percaya jika ayahnya itu melakukan bunuh diri, sebab ia tahu ayahnya tidak mungkin meninggalkan dirinya begitu saja. Terlebih selama ini pria itu hidup baik-baik saja, tidak ada menunjukkan gejala depresi atau hal lain.

Banyak sekali asumsi-asumsi yang berputar di kepalanya, tapi kenyataannya itu hanya asumsi. Faktanya memang ayahnya bunuh diri di ruangannya sendiri.

Dan satu fakta lainnya juga tidak bisa merubah apa pun seperti saat ini. Esther sedang duduk di sofa besar, ditemani oleh notaris. Esther membaca beberapa dokumen yang diberikan notaris itu. Matanya sedikit membelalak, terkejut membaca sebuah surat wasiat yang ditinggalkan ayahnya.

Bolehkah Esther menyobek dokumen ini?

Bagaimana bisa semua harta, termasuk The Phoenix Group diserahkan pada Vincent Lorenzo? Sosok pria bertubuh kekar, memiliki yang jenjang, dia sedang duduk di hadapannya dengan tatapan polos—seperti sok tidak tahu-menahu.

Vincent Lorenzo atau biasa dipanggil Vi. Katanya usia mereka terpaut 4 tahun lebih tua dari Esther.

Esther sangat penasaran akan kedekatan Vi dan Edward. Apa yang membuat Edward mempercayai Vi? Pasalnya Esther sama sekali tidak pernah tahu apa pun tentang Vi selain kisah awal mula pria itu ada di panti asuhan. Vi seorang anak yang kehilangan kedua orang tuanya sejak kecil dan dibesarkan oleh keluarga Phoenix.

Dan terakhir, yang paling mengejutkan dari surat itu tertuliskan; Esther Phoenix harus menikah dengan Vincent Lorenzo.

Esther terbahak-bahak sambil melempar asal dokumen yang menurutnya lucu itu. Esther menyeka ujung matanya yang berair akibat terlalu banyak tertawa.

Puncak komedi di hidupnya tahun ini.

Tersirat dari mata Esther dipenuhi amarah yang mendalam atas semua yang terjadi. Esther menatapi Vi, tapi lawannya tak berani membalas tatapannya. Vi memalingkan wajahnya, takut—seakan Vi akan ditelan hidup-hidup.

Pada akhirnya, lagi-lagi Esther tidak bisa melakukan apa pun. Hanya mengikuti takdir.

Di tempat lain, Esther dan Vi bertemu untuk yang kedua kalinya. Di tempat yang suci. Ada seorang pendeta di hadapan mereka, sosok yang akan mendengar sumpah dari mulut masing-masing.

Kali ini Vi tidak menghindari tatapan Esther.

Warna lensa mata Vi begitu gelap—hitam. Dan juga tatapannya begitu tajam, seakan memperlihatkan kualitas dirinya yang tidak bisa dijangkau dan tidak tersentuh.

Paras tampannya yang teduh, namun mematikan di saat bersamaan membuatnya memiliki pesona tersendiri. Ketenangannya pun patut dipertanyakan, bagaimana bisa setara dengan air laut kedalaman puluhan meter? Begitu dingin, gelap, dan menyimpan banyak rahasia di dalamnya.

Vi terlalu misterius untuk Esther.

Membuat Esther bertanya-tanya tentang Vi sebenarnya.

[]

My Demon Husband Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang