3. The Hevn

1K 72 16
                                    

"Kondisi istriku kurang baik hari ini, jadi ia memutuskan di rumah saja." Vi berbohong. Tidak mungkin ia mengatakan sebenarnya di hadapan para petinggi politikus, akan terdengar absurd.



"Sayang sekali Perdana Menteri Esther tidak ada di sini, padahal ingin berbincang-bincang padanya juga," kata Profesor Charlie sedikit kecewa. Padahal sebelumnya terkonfirmasi Esther Phoenix turut menghadiri rapat.



Beberapa jam yang lalu mereka bertengkar, memperdebatkan seekor gajah takut pada tikus. Esther bersikeras mempercayai mitos itu, sementara Vi si paling menggunakan logika itu pun membantah mentah-mentah. Tikus itu kecil, berbanding terbalik dengan gajah. Lantas?



Mereka tidak ada yang mengalah, justru saling menyerang kata-kata kasar. Dan berakhir enggan bersemuka sampai waktu yang tidak ditentukan.



"Terima kasih telah menyempatkan waktu untuk hadir, Tuan Vi."



Buru-buru Vi mengibaskan tangannya. "Tidak, tidak. Justru aku yang harus berterima kasih. Sebuah kehormatan mendapat undangan perjamuan dari profesor," ungkap Vi sopan.



Vi dan yang lainnya pun saling berpamitan, mulai meninggalkan lokasi.



Indra penglihatan Vi menatapi bangunan-bangunan The Lost City dari dalam kaca mobil ditumpanginya. Banyak sekali burung merpati, mengepakkan sayap indahnya.



Saat malam hari kota itu semakin indah. Vi menyandarkan kepalanya di jendela mobil, helaan napas lolos dari bibir Vi. Energi Vi selalu habis selepas bertemu dengan orang-orang. Melelahkan karena harus menjadi seseorang yang berbeda, harus memberikan kesan baik agar banyak orang yang berada dipihaknya.



"Sudah sampai di The Hevn, Tuan." Sang supir menyadarkan lamunan majikannya yang tampan di jok penumpang.



The Hevn, kelab malam ter-elite , yang berada di ruang bawah tanah sebuah hotel bintang lima. Sengaja agar tidak menarik perhatian penduduk. Dan tidak semua orang bisa masuk ke dalam, hanya orang-orang eksklusif. Tak main-main, bahkan perkumpulan rahasia yang bergerak di bidang kejahatan atau disebut mafia, ada di sana.



Vi melepas topeng yang bertengger di wajahnya, menunjukkannya pada penjaga pintu. Lalu memakai topengnya lagi ketika dipersilahkan masuk. Semua orang di sana mengenakan topeng, jadi ia tidak tahu tampang dibaliknya. Terlebih, tempat itu begitu minim penerangan.



Langkah Vi terus menyusuri ruangan, mencari sosok wanita yang akan membuat malamnya seperti di surga. Netra gelap Vi mengamati orang-orang di sekitarnya, ada yang sedang menari sambil sesekali berciuman, lalu ada yang sedang menghamburkan lembaran uang pada seorang penari tiang yang tidak memakai sehelai benang apa pun di tubuhnya, dan ada lawan jenis atau sesama jenis yang tengah menggebu-gebu menuntaskan kenikmatan surga dunia.



Itu dia! Vi dengan mudah mengenali postur tubuh mungil Anne, tengah menari dengan seorang pria yang Vi tidak tahu siapa. Vi menghampirinya dan langsung memeluk Anne dari belakang. "Kau itu milikku, hanya milikku, ma babe," bisiknya disertai jilatan tipis.



"Maka itu jangan datang terlambat lagi, sebelum aku jadi milik orang lain, Loren." Tanpa berbalik pun Anne mengetahui pelakunya. Anne mengenali betul parfum musk Vi serta suara rendahnya yang begitu menarik, kuat, dominan.



Anne memejamkan matanya, menikmati pangkal hidung Vi serta napas panasnya mengelus leher Anne. Lalu membisikkan lagi, "Kalau saja aku melihatmu lebih dari menari dengan pria tadi, aku akan pulang."



"Kau membiarkan aku begitu saja dengan pria lain?" Anne merasakan anggukan kecil Vi. "Kau tidak cemburu? Bahkan jika aku berakhir bercinta dengan pria lain?" Anne membalikkan tubuhnya, menatap mata gelap Vi-mencari jawaban di dalam sana.

My Demon Husband Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang