7. Wooden House | 2

1K 64 66
                                    

Dengan posisi seintens itu membuat keduanya bisa merasakan hembusan napas dan suhu tubuh satu sama lain.

Di ruangan yang sesunyi ini, Esther bisa mendengar deruan napas hangat Vi. Terasa sangat aneh dan canggung baginya. Apa mungkin karena Esther selama ini tidak pernah sedekat ini dengan lawan jenis? Atau karena di hadapannya adalah Vi?

Sosok lelaki rupawan. Rambut coklat bercahaya, alis tegas, rahang bersiku, serta bentuk tubuh yang seperti makhluk ciptaan Tuhan paling sempurna. Bukti bahwa Vi berada di atas standar ketampanan dunia.

Esther tiba-tiba membayangkan betapa bahagianya hidup Anne yang setiap saat bisa memandangi Vi—

Huh? Apa Esther baru saja iri pada Anne?

Lilin kecil serta sinar bulan yang menembus kaca jendela kamar Vi, cukup untuk menerangi gelapnya ruangan berisikan dua manusia yang salah satunya tengah menimpa tubuh lawannya. Cukup juga untuk Vi melihat jelas wajah Esther yang berada di bawahnya.

Vi meletakkan satu tangannya di pipi Esther yang terasa hangat saat disentuhnya. “Kau baik-baik saja? Wajahmu memerah.”

“Huh?” Gawat! Esther ingin sekali menutupi wajahnya tapi tidak bisa. Vi masih menahan kedua tangannya. “Itu karena aku kepanasan. Iya aku kepanasan, maka dari itu lepaskan aku!”

Alih-alih melepaskan Esther, Vi justru semakin membuat Esther tidak bisa bergerak. Vi meletakkan satu kakinya di antara kedua kaki Esther, mengunci.

“Dalam kamusku, tidak ada satu pun mangsa yang bisa pergi dengan selamat dari predator sepertiku.”

Esther tersadar bahwa dirinya menggali kuburan sendiri.

Jemari Vi masih menempel di pipi Esther. Tidak menjauhkannya, tetapi menambahi sentuhan tipis di bibir Esther, mengusapnya. “Lebih-lebih ada seekor kelinci yang datang menyerahkan diri. Bagaimana bisa aku melepaskannya begitu saja?”

Aku mirip kelinci katanya!

Di mata Vi, saat ini Esther seperti seekor kelinci yang ketakutan. Jadi, tolong biarkan Vi bermain-main sejenak dengan Esther, karena kesempatan seperti ini tidak akan terulang lagi. Esther wanita yang dominan, dingin, penuntut. Kapan lagi Vi bisa melihat sisi lain dari Esther.

“Setidaknya kau harus punya tawaran menarik agar predator melepaskanmu.”

Esther tidak bodoh, ia tahu maksud dibalik ucapan Vi. “Katakan saja apa yang kau inginkan, huh?” Apa pun akan dilakukannya, yang penting lepas dari kurungan tubuh Vi yang begitu kokoh.

“Kalau begitu, bagaimana kalau kita membuat sebuah janji? Akan kulepaskan, sebagai gantinya..” Vi menjeda ucapannya, menikmati sejenak reaksi Esther yang sedikit cemas. Mungkin wanita itu takut apabila Vi meminta hal di luar nalar. “Menginaplah. Malam ini tidurlah denganku.”

Kenapa tiba-tiba? Apa lagi tujuannya?! Sejujurnya, bukan hal sulit bagi Esther jika hanya tidur satu ranjang dengan pria setampan Vi, tapi ia punya alasan lain untuk menolak. Yang pertama, ia masih harus menyusun data anggaran berdasarkan perhitungan para insinyur sipil. Dan yang kedua adalah—bagaimana jika mereka melanggar batas?

“Hanya tidur, kan?” tanya Esther memastikan.

“Ya. Memangnya apa yang akan terjadi jika laki-laki dan wanita berduaan di malam hari, hm?”

Lagi-lagi Vi menatap Esther dengan tatapan jahil seperti itu. Dengan suara lembutnya yang mengantuk itu, terdengar sensual. Esther bisa gila. Ia harus cepat mengakhiri itu semua! “Baiklah, aku menyetujuinya. Hanya tidur. Tidak ada tambahan lain,” tegas Esther yang membuat pria itu tersenyum tipis, sangat tipis hingga nyaris tidak terlihat.

My Demon Husband Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang