Tolong jangan lupa vote ya teman-teman semuanya <3
.
.
.Selama hidup bersama, Esther baru tahu bahwa Vi memiliki pelayan pribadi cukup banyak. Dan ternyata pengamanannya lumayan ketat, terbukti kedatangan Esther ditolak oleh dua penjaga. Selain karena Vi telah memerintahkan penjaganya melarang Esther datang, rupanya Vi sedang tidak ada di tempat.
"Jadi, di mana Tuan kalian sekarang?"
"Tuan Vi ada di rumah kayu, Nyonya. Tapi, saya diperintah Tuan Vi untuk tidak ada yang boleh datang ke sana—"
Esther mengabaikan ucapan pelayan itu dan lekas melangkah pergi dari sana tanpa mengatakan sepatah apa pun, apalagi membuat keributan. Padahal, terus terang saja Esther tidak terima tatkala kehadirannya ditolak. Bagaimana bisa pemilik mansion ini justru ditolak? Esther masih tidak habis pikir. Dibayar berapa miliar para pelayan itu oleh Vi?
Esther jadi menyadari, ternyata Vi sama saja seperti dirinya—merasa terancam satu sama lain. Oleh karena itu juga mereka selalu menyimpan senjata di dekatnya, hingga saling menodongkan pistol.
Mungkin hal itu sudah mengakar sejak lama di hati. Ketidakpercayaan. Keengganan. Permusuhan.
"Kenapa gelap sekali, sih! Dia tidak sanggup bayar listrik apa!" Esther menggerutu sendiri sembari mengangkat gaun tidur panjangnya agar tidak terkena kotoran.
Rumah kayu itu ada di ujung belakang mansion, dekat danau. Untuk menuju ke sana, harus melewati jalan sepetak dan pohon-pohon pinus di sisi kanan-kiri.
"Sepertinya dugaanku benar, Vi memang tidak sanggup bayar listrik!" Pasalnya bukan hanya lampu-lampu menuju rumah kayu yang mati, tetapi juga rumah kayu itu sendiri.
Jika saja area itu bukan tempat bermain Esther masa kecil, mungkin ia sudah ketakutan karena menyeramkan. Seperti rumah hantu.
Meskipun sebenarnya Esther sudah lama sekali tidak mengunjungi danau, terakhir kali saat Esther tahu akan menikah dengan Vi. Esther berniat menenggelamkan diri di danau.
Saat itu rumah kayu belum ada. Di bangun saat Vi menikah dengannya. Entah apa kegunaannya, ia tidak bertanya pada Vi. Untuk melihatnya saja Esther tidak tertarik.
Dengan hati-hati Esther menggeser pintu material kayu itu. Tidak ingin menimbulkan suara. Esther pun mulai menyusuri tempat itu yang di mulai dengan ruang tamu.
Di atas meja, Esther menemukan sebuah lilin kecil, lalu menyalakannya. Barulah maniknya bisa menangkap isi rumah itu.
Seperti namanya, bangunan itu memiliki desain tropis modern. Selain itu, ornamen serta interiornya pun hasil perpaduan kayu solid dan batu alam.
"Boleh juga selera pria itu," gumam Esther seraya melihat-lihat ruangan demi ruangan. Tak jarang juga Esther menyentuh beberapa figuran kecil hasil seni Brian Donelly.
Kakinya mulai menaiki sebuah tangga, tetapi indra penciumannya sedikit tidak nyaman. Cukup menyesakkan dadanya, bau asap rokok bercampur alkohol, dan amis darah.
Di lantai dua hanya ada satu ruangan besar yang memiliki balkon. Terdapat satu kasur berukuran besar, sofa berwarna hitam dan meja kecil di tengahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Demon Husband
RomanceSaling bertukar liur, memberikan sensasi berbeda yang memuaskan. Ciuman yang semakin intens membuat kepala kedua insan itu bergerak berlawanan ke kanan dan kiri untuk memperdalam ciuman. Di dalam bibir kenyal dan merah ini tersimpan nafas panas yang...