Tiga jam yang lalu.
Esther memutuskan meninggalkan perusahaan setelah menyelesaikan pekerjaan yang di ambil alih olehnya sementara. Esther memerintahkan Vi agar lebih memprioritaskan kegiatannya untuk pemilihan umum.
Waktu telah senja, mentari mulai terbenam masuk ke dalam cakrawala. Esther masih dalam perjalanan menuju kediamannya yang berada di atas bukit, sehingga ia mendengar deru ombak pantai di balik tebing, sementara sisi kanan mobilnya hanya memperlihatkan lembah.
“Bagaimana perkembangannya, Kim? Apa ada informasi lebih yang di dapat?” Esther bertanya pada sekretaris sekaligus asisten pribadinya, tengah duduk di kursi penumpang, di sebelahnya.
Kim Sohee, perempuan berdarah Korea itu menggelengkan kepalanya, tanpa menghentikan jemarinya pada keyboard laptop di atas pahanya. “Namanya JM, seorang pria. Dan dia terlihat sering mengunjungi kelab dan kasino di daerah Seanz Hills.”
“Selain itu?”
“Ternyata JM sama sekali tidak ada kaitannya dengan para jurnalis. JM justru seorang pebisnis, dia memiliki usaha kecil yang tidak diketahui usaha apa dan di mananya.”
JM.. JM.. JM.. Siapa, JM?
Nama JM terus mengitari isi kepala Esther. Terdapat kekhawatiran di benaknya, takut jika JM mengekspos bukti-bukti potret Vi dan Anne ke publik. Bisa menghancurkan citra Vi yang telah dibangunnya susah payah, serta pandangan masyarakat yang akan mengasihani dirinya. Suaminya berselingkuh.
Esther tidak suka dikasihani. Esther juga tidak mau terlihat lemah. Maka itu, ia selalu berdiri tegak, tanpa menurunkan dagunya.
Setakut apa pun Esther, ia harus menghadapinya. Meski bisa mati, harus tetap bertahan sekuat tenaga agar mereka tidak bisa merebut apa pun.
Meski kenyataannya Esther telah kehilangan semua yang berharga dalam hidup. Esther berusaha keras mencari jalan sendiri untuk kembali.
Untuk menjadi Esther Phoenix yang sekarang.
“Nona Kim,” panggil Esther, kontan membuat si pemilik nama menoleh. “Tolong segera mengurus kepergian Anne Dakota.”
Kim Sohee terlihat terkejut. “Kau yakin, Nyonya? Bagaimana jika Presdir Vi—”
“Tidak ada cara lain selain mengasingkan wanita itu dari kota ini. Perihal Vi, aku akan menanganinya.”
“Baik, Nyonya.”
Menurut Esther, mengasingkan Anne adalah keputusan terbaik untuk saat ini. Karena dia masih belum tahu apa tujuan JM mengiriminya foto-foto itu padanya. Pasti ada tujuan lain. Kenapa tidak langsung saja dibongkar ke media? Entah apa tujuan JM, yang pasti ingin menjatuhkannya.
Esther tiba di kediaman. Kakinya menaiki tangga mewah, di tengah tangga memiliki dua jalur. Apa bila belok kanan, ia menemukan tempatnya. Sebaliknya, jika belok ke kiri akan membawanya ke bangunan Vi. Bangunan yang tidak pernah ia kunjungi dari semua bangunan yang ada di kediaman.
Sepertinya Vi belum juga kembali, Esther tidak melihat cahaya sedikit pun dari tempat pria itu.
Bukankah seharusnya Vi sudah pulang siang tadi? Hanya butuh 4 jam perjalanan ke Lost City dari Redwood Forest. Esther sudah memperhitungkan. Eh, kenapa juga Esther harus memikirkannya? Entahlah. Ia pun mengusir pertanyaan-pertanyaan tidak penting itu.
Daripada hari biasanya, hari ini Esther begitu kelelahan. Lelah menghadapi pekerjaan, Anne, dan JM—yang belum diketahui pasti identitasnya.
Esther pun memutuskan untuk berendam air hangat, melepas penat sejenak. Ia menarik napasnya dalam-dalam, memejamkan matanya. Sesekali juga menenggelamkan tubuhnya ke dalam jaquzzi, karena kata peneliti, itu bisa menenangkan tubuh dan pikirannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Demon Husband
RomanceSaling bertukar liur, memberikan sensasi berbeda yang memuaskan. Ciuman yang semakin intens membuat kepala kedua insan itu bergerak berlawanan ke kanan dan kiri untuk memperdalam ciuman. Di dalam bibir kenyal dan merah ini tersimpan nafas panas yang...