Bara Al Aksa Brahma

57 6 0
                                    

Suara seperti sesuatu yang jatuh dari ketinggian.
Itu adalah bunyi sepatu Bara. Laki-laki tersebut selalu saja melompati pagar belakang sekolah untuk masuk ke dalam gedung sekolah.
Ia berjalan menyelinap berusaha menghindari guru-guru yang sedang mengajar di kelas-kelas hingga akhirnya ia sampai di depan kelasnya. XII Ips II.

Sampai di depan kelas ia melihat guru tersebut sedang menghadap ke depan ke papan tulis, dengan sangat hati-hati ia memberikan kode kepada teman sekelasnya untuk tetap diam.
Tinggal satu langkah saja Bara sampai di bangkunya. Tetapi ia terlebih dahulu mendengar suara pukulan penggaris kayu sehingga membuat ia diam di tempat.

"Kamu kira saya tidak lihat?!"
Bara membalikan tubuhnya menghadap Bapak guru yang jelas marah besar.

"Kesini kamu!"
Bara menghampiri. Saat sampai di depan guru tersebut ia menampilkan deretan giginya sambil menyalimi guru tersebut.

"Gausah cari cara agar saya tidak hukum kamu ya!"

"Kamu tidak bosan apa?!"

"Kelapangan!"

"Ngapain pak?"

"Pel lapangan Basket!"

Bukan hanya Bara yang di buat melongo tetapi seisi kelas, ini adalah hukuman terbaru selama ia mendapat kan berbagai macam hukuman.

"Bapak enggak salah sebut?"

"Tidak!"

"Ulangin sekali lagiiiiiii aja Pak, saya takut salah dengar nih." Pinta Bara sambil mengorek-ngorek telinganya.

"Ke la pa ngan BASKET Bara! Pel lapangan basketnya."

Bara menelan ludahnya secara paksa, bingung dengan guru di depannya ini.
Mengepel lapangan Basket? Untuk apa?
Toh itu di ruangan terbuka.

"Cepat Bara!"

"Iya pak iya."

**
Wajah tampan itu terlihat berkeringat, rambut hitam legam yang sedikit gondrong itu terlihat acak-acakan.
Kulit putih Bara sedikit memerah karena sinar matahari yang terlalu menyengat.
Selesai melakukan hukumannya laki-laki itu berjalan menuju tempat favoritnya.
Laki-laki itu telah berada di belakang sekolah, membentangkan kedua tangannya di atas rerumputan yang terawat. Matanya mengadah ke atas melihat awan yang begitu cerah. Ia menikmati angin yang menyapu permukaan wajahnya.
Hingga telinganya mendengar suara bel istirahat berbunyi. Ia bangkit dan segera menuju kelas, sampai di dalam kelas Bara melihat teman-temannya yang sedang asik dengan kegiatan masing-masing.
Gema sibuk dengan buku tebal Geografinya.
Dimas begitu nikmat duduk berduaan dengan pacarnya yaitu Girly anak XII IPS I.
Dan Tomi sedang tidur persis di samping bangkunya.
Menyebalkan untuk Bara jika setiap pagi harus melihat kegiatan yang terulang sepanjang waktu.

"Bar, kelas IPA ngajak tanding Futsal."
Ucap Gema sesudah Ia mengantar Girly ke kelas.

"Ambil."
Timpal bara sambil merentangkan kedua tangannya dengan posisi tubuh telentang di sandaran kursi.

"Oke."

***
Pertandingan Futsal selesai pukul 10 malam dan tim Ips lagi-lagi menang.

"Bar gue duluan" ucap Tomi.
Tidak lama semua tim nya sudah meninggalkan lapangan futsal dan yang tersisa hanya dirinya.
Bara merapikan rambutnya yang sedikit gondrong itu menggunakan jari-jari tangannya setelah itu memakai jaket kulitnya dan segera meninggalkan lapangan Futsal.

Kini sepeda motor yang Bara naiki telah sampai dirumah megah dengan cat berwarna putih. Ia melangkah kan kakinya menuju pintu utama, tangannya terulur membuka pintu utama begitu saja.

"Bara kamu kemana aja?, dari pulang sekolah Bunda telponin."
Laras memegang lengan anaknya seolah menyalurkan rasa ke khawatiran yang ia alami. Sedangkan Bara hanya mendengarkan ucapan Bundanya tetapi dengan tatapan yang tidak suka bahkan ia berdecak dengan ketara.

"Bunda khawatir nak, lain kali angkat telepon Bunda ya."

"Anda menyebut diri anda sebagai Bunda? Anda sama sekali tidak pantas di sebut dengan kata Bunda."

"Bara,"

Suara perempuan itu melemah nyaris tidak terdengar. Ia membiarkan anaknya itu menaiki tangga.
Dan tidak lama suara bantingan pintu terdengar nyaring dari lantai atas dan hal itu lagi-lagi menambahkan nyeri di hati Laras.

BaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang