Setelah insiden Bara dengan seorang gadis di gudang, Gema begitu heboh selalu bertanya-tanya.
"Bar, ngaku deh cewek itu pacar lo ya?"
"Pantesan aja lo suka ngilang di kelas, ternyata lo mainnya di gudang."
"Ih seremmmm."
Bara menoyor kepala teman-temannya satu-satu.
Ia sudah berusaha untuk tidak peduli terhadap ucapan teman-temannya tetapi mereka malah menjadi."Gue enggak kenal itu cewek, gue nemu dia di bawah tangga udah nangis kesakitan."
"Masa sih?"
Tanya Gema, bermaksud meledek."Gue lihat waktu lo ngambil baju Futsal di loker ada paper bag warna Biru, masa sih lo sengaja bawa paper bag warna biru dari rumah."
"Nah loh Bar, ngaku aja lo emang udah punya pacar kan?"
"Lo mau ngasih cewek lo hadiah kan, ohh atau itu hadiah dari cewek lo?"
"Cieee Bara Brahma udah Gede cie"
Gema mencolek-colek pinggul Bara sehingga membuat laki-laki itu geram."Najis tau gak lo Gema!"
Gema bukannya tersinggung, ia malah tertawa lepas melihat raut wajah geram Bara.
***
"Hey, Bara. Nama lo Bara kan?
Bara Al aksa Brahma ya?"Bara tidak peduli, ia tetap pada aktivitasnya mengepel lapangan bola Basket.
"Gue Viqayla Gabrille, panggil aja Viqa" gadis itu tidak mengulurkan tangannya karena ia tau Bara tidak akan mau berjabat tangan.
"Lo enggak bosen apa, ngepel lapangan Basket?"
Bara menghentikan kegiatannya dan kini berbalik menghadap Viqa.
"Lo enggak usah muncul-muncul lagi deh di hadapan gue, berisik tau gak! Gue enggak suka berisik."
"Yehh Sensi amat sih? Gue cuma mau berteman doang kok."
"Gue enggak mau temenan sama lo!"
"Loh, kenapa?"
"Lo berisik!"
Viqa menyunggingkan bibirnya ke atas tapi seperkian detik kemudian ia kembali tersenyum.
"Mau gue bantu engga?"
"Pergi, atau gue siram pake air pel lan."
"Yaudah iya gue pergi deh."
tidak ada jawaban dari Bara sehingga membuat Viqa kesal, dengan sendirinya ia pergi meninggalkan Bara sendirian.
Bara selesai pada aktivitas rutinnya. Ia menuju kamar mandi untuk mencuci muka.
Saat itu bersamaan dengan usainya jam pelajaran olahraga Ipa 1.Ia bertemu Viqa dan bintang di pertengahan jalan.
"Bara, Hay"
Viqa melambaikan tangannya sambil tersenyum sambil menampilkan deretan giginya.
Bara tidak peduli, ia tetap berjalan lurus seolah-olah tidak ada orang yang menyapanya."Viqa, lo kok nyapa Bara?"
Viqa malah membalas dengan senyuman mendengar keheranan Bintang.
"Oh iya, lo pernah ketemu Bara ya di kantin, terus waktu di gudang di situ ada Bara juga. Sebenernya lo sama Bara kenapa?"
"Kenapa?" Tanya Viqa heran
"Iya, lo ada Apa sama Bara?"
"Lo nanya yang mana sih, kenapa atau ada apa?"
"Dua-duanya!"
Viqa tidak menggubris ia masuk kedalam kelas dan menuju loker untuk menyimpan baju olahraganya.
"Gue hari ini engga ikut pelajaran di kelas Bi, lo duduk sendirian lagi deh"
"Iya gue tau, awas aja lo enggak juara 1"
"Gue pasti juara 1" ucap Viqa dengan percaya diri.
"Harus"
Mereka berdua tersenyum sebelum akhirnya Bintang menggedong tasnya untuk pergi menuju ruang latihan.
***
Pukul 5 sore Viqa baru keluar dari ruang latihan olimpiade. Hari ini terakhir ia belajar karena besok ia akan mulai bertanding.
Ia berjalan menunju pagar sekolah menunggu Rama yang katanya sudah berada di jalan untuk menjemput dirinya.
Viqa mendengar deru suara motor dari dalam gedunh sekolah sehingga ia menoleh melihat siapa pemilik suara motor itu.
Mata Viqa berbinar begitu saja, ia melambaikan tangannya serta mengembangkan senyumannya ke arah Bara yang sedang mengendarai motor.
Senyum Viqa tidak pudar walaupun di abaikan begitu saja oleh Bara.
Tidak lama dari itu mobil berwarna hitam pekat berhenti tepat di depan Viqa, gadis itu masuk ke dalam mobil dan menyandarkan tubuhnya yang terasa penat."Besok kan olimpiade nya?"
Viqa mengangguk.
"Malam ini Viqa harus belajar lagi Kak, Viqa harus juara."Terlihat Rama menghela napasnya. Jujur saja ia tidak menyukai Viqa terlalu fokus belajar.
Bukan karena apa. Rama hanya ingin melihat Viqa mengenal dunia selain Dunia belajar dan belajar. Banyak hal indah yang Viqa lewati karena kesibukannya mengejar pendidikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bara
Teen FictionTatapan mata Bara memang terlihat mengerikan di tambah lagi senyum yang nyaris tidak pernah ia perlihatkan. Seorang gadis bernama Viqa berusaha datang untuk menemani Bara walau berkali-kali di suruh pergi oleh laki-laki tersebut dengan cara yang mun...