9

16 2 0
                                    

Bara berjalan di lorong sekolah yang sedang ramai hanya sendirian, ia baru kembali dari ruang Bk karena untuk kedua kalinya menghajar Nathan.
Hanya teman-teman Bara lah yang mengetahui permasalahannya.

"Gue kesel banget deh lihat tingkah Bara, di kira ini sekolah dia apa!"

Gerutu Rafka sambil berjalan beriringan dengan Viqa dan Bintang.

"Banggain sekolah juga engga, malah_"
Ucapan Rafka terhenti saat tangannya di genggam oleh Viqa dengan erat.
Viqa membuat lirikan matanya ke depan. Tertuju kepada laki-laki yang sedang berjalan berlawanan dengan santai.

Rafka langsung diam, mengikuti isyarat Viqa.
Mata tajam laki-laki itu bertemu dengan mata Viqa.
Viqa berusaha memberi senyum namun lagi-lagi terabaikan karena Bara sama sekali tidak perduli.
Sampai akhirnya Bara telah melewatkan dirinya begitu saja.

Viqa dan Bintang bernafas lega saat Bara telah menjauh.
Kini tatapannya tertuju kepada Rafka.

"Rafka!"

"Iya,kenapa?"
Jawab Rafka dengan santai, ia sudah siap di omeli oleh Viqa.

"Plis. Ya Raf, anggap aja lo engga pernah lihat Bara. Gue engga mau lo berakhir kayak Nathan."

Rafqa tersenyum, tangannya terulur mengacak rambut gadis itu.

"Iya, Fiqa. Maaf ya,"

Fiqa mendengus, sedangkam Bintang berusaha sebisa mungkin untuk bersikap biasa-biasa saja walau pada kenyataannya ini menyakitkan.

Beruntung banget sih, lo Viqa.
***

Seperti biasa pemandangan pagi yang selalu Viqa tunggu yaitu laki-laki yang bernama Bara sedang mengepel di lapangan Basket sekolah.
Gadis itu berjalan mendekat hingga akhirnya ia berada di samping laki-laki yang sama sekali tidak terusik dengan kedatangan gadis itu.

"Pagi Bara"

Tidak ada jawaban dari pria itu.

"Bara, gue bantuin ya."
Masih tidak ada jawaban, Bara tetap pada kegiatannya.

Viqa menghela napas sebelum mengembangkan senyumannya. Ia maju lebih mendekat.

"Sini gue bantuin,"
Viqa mengambil gagang pelan yang ada di tangan Bara dengan paksa.

"Gue harap lo sadar, kalau hal yang lo lakuin ini sia-sia. Lo melewatkan suasana pagi di sekolah, misalnya baca Doa,kasih salam ke guru dan banyak lagi."
Ucap Viqa yang kini telah menggantikan pekerjaan Bara.

"Coba aja sehari lo rasain engga telat."

"Berisik ya lo! Sumpah!"

Bara meninggalkan Viqa begitu saja, kakinya menendang ember yang ada di samping Viqa sehingga air yang berada di dalam ember tersebut mengenai sepatu gadis itu.

"Astaga," Viqa kaget, ia tidak percaya bahwa Bara akan meninggalkan dirinya dengan amarah.

"Di kasih tau yang bener juga!"
"Dasar Bara api!"

Viqa memasuki kelas dengan raut yang kesal.
Tanpa memperdulikan Bintang yang sedari tadi memperhatikan dirinya, gadis itu langsung mendudukan kursi di samping Bintang.

"Gausah nanya apapun Bintang! Gue kesel pokoknya pake banget!"

Bintang malah menoyor kepala Viqa yang berhasil membuat mata Viqa melotot.

"Kenapa lo kasih tau gue bodoh! Gue engga nanya Viqa!"

Viqa berdecak sambil menyumpal telinganya dengan headset setelah itu ia menelungkupkan wajahnya hingga jam pelajaran kosong berakhir.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 18, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang