Sepulang sekolah Bara tidak langsung pulang kerumahnya.
Ia menuju belakang sekolah dan menaiki anak tangga yang terhubung langsung ke rooftop sekolah.
Saat kakinya berpijak di tangga terakhir Bara sudah merasakan angin sore yang sejuk membelai kulitnya.Ia bersandar pada tembok dan mendudukkan tubuhnya untuk menikmati angin yang begitu sejuk. Bara membuka dua kancing seragam sekolahnya.
Tangan laki-laki itu merogoh saku celananya. Disana ada sebungkus rokok dan korek api, ia menyalakan rokok tersebut dan menghisapnya begitu saja sehingga asap pun mengepul berterbangan terbawa angin.Saat hari sudah terasa mulai gelap Bara segera menuruni anak tangga, ia menuju parkiran sehingga melewati lorong yang sudah sepi.
Langkah Bara terhenti saat melihat pintu perpustakaan sekolahnya masih terbuka, ia mendekat setidaknya mencoba mencari seseorang yang sedang membaca buku.
Mata Bara terhenti di satu titik Objek. Ia melihat seorang gadis sedang berkutat dengan pena, mencatat sesuatu yang ada di hadapannya.
Buku tebal itu seolah telah menguasi diri gadis itu.
Tiba-tiba saja gadis itu tidak sengaja melihat ke arah pintu sehingga membuat matanya menangkap sosok seorang laki-laki.
Gadis itu menjatuh kan penanya begitu saja ke atas buku. Mata gadis itu terlihat menyipit mencoba melihat dengan jelas laki-laki yang sedang berdiri di depan pintu perpustakaan.
Bara yang sudah ketangkap basah memperhatikan gadis itu hanya bisa diam, memasang tameng setenang mungkin.Kaki Bara baru saja ingin mundur dan pergi meninggalkan perpustakaan.
"Heh lo mau kemana?!"
Gadis itu menghampiri Bara.
Sedangkan Bara membalikkan tubuhnya membelakangi gadis tersebut."Eh dengar enggak sih, gue lagi ngomong sama lo tau!"
Bara menarik napas sebelum berbalik menghadap gadis itu dengan wajah datarnya.
"Lo lagi!"
tunjuk gadis itu sambil menggeleng-gelengkan kepalanya karena heran."Lo ngikutin gue ya? Ngapain? Lo masih enggak terima waktu gue ngotorin baju lo itu? Astaga."
Bara mengalihkan matanya ke arah lain, ia merasa tidak nyaman berlama-lama di hadapan gadis dengan mulut bawel seperti ini.
"Gue janji deh, besok gue bawain baju seragam baru buat lo."
"Tapi habis itu lo enggak usah ikut-ikutin gue lagi."
"Lo emang ganteng sih, tapi tetep aja gue engga suka."Bara benar-benar di buat penging dengan mulut gadis itu. Tanpa bicara apapun Bara meninggalkan gadis itu begitu saja.
Gadis itu masih mengomel tetapi Bara menulikan pendengarannya dan terus berjalan menuju parkiran sekolah.**
Laki-laki itu memparkirkan motornya di halaman samping rumahnya.
Ia melangkah masuk tanpa mengucapkan apapun padahal di ruang tamu ada seorang perempuan paruh baya yang sedang berkutat dengan berkas serta laptop berlogo apple."Bara, kamu enggak lihat ada Bunda apa?"
Bara tidak memperdulikan suara itu, ia tetap berjalan menuju dapur.
Laki-laki itu menuju kulkas untuk mengambil minuman kaleng dan membawanya menuju kamar.
Ia menutup pintunya dan setelah itu melempar tas ke sembarang arah.
Bara meletakan minuman itu di meja belajar dan setelah itu merebahkan tubuhnya di atas kasur."Bara,"
Suara ketukan pintu membuat Bara jengah. Ia membiarkannya begitu saja menunggu ketukan pintu itu hilang dengan sendirinya.
"Sayang,"
Suara lembut serta ketukan pintu itu tidak sama sekali mengusik Bara dari tempat tidurnya."Bara, Bunda berangkat kerja dulu ya. Bara jangan lupa makan terus solat ya."
"Bunda sayang Bara."
Suara itu terdengar pelan dan tidak ada lagi ketukan pintu.
Bara bangkit dari tempat tidurnya, ia meraih knop pintu dan membuka pintu tersebut. Tatapannya kosong kedepan dengan bayangan Bundanya yang mengetuk pintu serta berujar lembut.
Tiba-tiba saja Bara membanting pintu kamarnya begitu saja dan berjalan menuju kamar mandi yang berada di dalam kamarnya.
Ia butuh air dingin untuk meredakan rasa bersalah kepada Bundanya yang sudah tertutupi oleh keegoisan dirinya karena sampai saat ini masih belum mampu menerima kenyataan.**
Bara yang tenang bagaikan air, kali ini terlonjak kaget karena seorang gadis yang sudah menunggunya di tempat ia sering loncat untuk masuk ke perkarangan sekolah.Tanpa rasa bersalah sedikitpun gadis itu justru tertawa, menertawai wajah kaget Bara.
"Asli lo lucu"
Gadis itu melanjutkan tawanya sambil memegang perutnya yang terasa keram.
"Aduhhh lo lucu banget si,"
Tawa gadis itu mereda, ia melihat raut wajah Bara yang begitu datar.
"Maapin ya," gadis itu sedikit-sedikit masih tertawa sebelum berdeham mencoba menenangkan dirinya.
Ia tidak nyaman dengan wajah datar laki-laki tersebut.
"Ini baju seragam baru buat lo yang gue janjiin waktu sore itu."
Gadis itu menyodorkan paper bag di depan tubuh Bara.
Ia tersenyum begitu manis."Jangan sok-sok an engga mau. lo terima ya! Gue udah keliling-keliling cari toko baju yang buka malam-malam."
"Bawel banget sih nih cewe"
Ucap Bara dalam hati."Ambil woy! Buruan. Gue ada kelas olah raga." Viqa menyodorkan paper bag itu ke tangan Bara.
Bara pun mengambil paper bag berwarna biru itu, tanpa bicara apa-apa ia berlalu sambil menjinjing paper bag tersebut.
Viqa membalikan tubuhnya melihat langkah laki-laki itu. Bola matanya membesar tidak habis fikir dengan sifat laki-laki tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bara
Teen FictionTatapan mata Bara memang terlihat mengerikan di tambah lagi senyum yang nyaris tidak pernah ia perlihatkan. Seorang gadis bernama Viqa berusaha datang untuk menemani Bara walau berkali-kali di suruh pergi oleh laki-laki tersebut dengan cara yang mun...