5

21 2 0
                                    

Bara berjalan melewati koridor sekolah bersama ketiga temannya.
Bara menyadari banyak murid-murid menunda langkah mereka karena tidak ingin berpapasan dengan dirinya khusnya adik kelas laki-laki.
Bara sama sekali tidak peduli, ia memang nakal dan suka merokok tetapi untuk mencari masalah dan adu kekuatan sepertinya Bara tidak ada niatan sampai kesitu.
Bara benar-benar damai tidak akan pernah mengusik seseorang terlebih dahulu.
Rambut lembut laki-laki itu bergerak seirama bersama langkah kaki Bara.
Mereka ber empat menuju kantin untuk mengisi perut mereka yang lapar.
Saat sampai di kantin mereka mengambil tempat duduk yang tidak terlalu jauh dari stand makanan dengan alasan agar gampang jika ingin tambah makanan.

"Tom ambilin sambel dong"

Saat Tomi ingin memberikan sambal kepada Dimas tiba-tiba saja Girly datang sambil menggebrak meja berniat mengagetkan Dimas tetapi hal itu membuat sambal yang ada di tangan Tomi mengenai seragam putih milik Bara.

Girly membulatkan matanya begitu juga dengan ketiga teman Bara.
Girly begitu terlihat panik saat melihat raut wajah Bara yang terlihat akan marah.

"Maafin Bar," bukan Girly yang meminta maaf tetapi Dimas.
Dimas tidak tega melihat raut ketakutan di wajah pacarnya.

"Enggak apa-apa. Gue ke toilet dulu."
Bara beranjak dari kursinya dan meninggalkan temannya yang hanya bisa diam menahan ketakutan masing-masing.

"Aduh Gir, lo, gue dan semuanya hampir mati di tangan Bara tau gak." Ucap Tomi menghela napas lega.

Girly masih menampilkan wajah paniknya.

"Udah enggak apa-apa. Sini duduk, lain kali jangan gebrak-gebrak meja gitu ya."
Girly mengangguk sambil duduk di sebelah Dimas.

"Mau makan juga? Mau pesen apa?"
Girly menggeleng, ia masih terlihat cemas.
**
Bara memasuki kamar mandi dan membuka bajunya, ia menyalakan kran wastafel dan mencoba menghilangkan noda sambal yang cukup banyak di bajunya.
Tetapi sepertinya usaha Bara sia-sia karena noda sambal tersebut masih begitu ketara.
Di tengah kegiatannya yang berusaha menghilangkan noda tersebut ia teringat akan sesuatu.
Ia mematikan kran dan memakai bajunya kembali.
Bara berjalan menuju kelas dan tertuju pada lokernya.
Ia menatap sebentar paper bag warna biru itu yang belum sama sekali ia buka dari pertama kali ia mendapatkannya dari Viqa.
Tangannya meraih paper bag tersebut dan mengambil baju seragam yang ada di paper bag tersebut.
Ia menggunakan baju dari Viqa.

Ia berniat kembali bergabung ke kantin lagi tetapi baru saja ia melangkah melewati pintu kelas, Viqa datang bersama senyuman lebar yang terukir dari bibir mungilnya.
Bara memejamkan matanya sejenak, ia cukup kaget dengan kehadiran Viqa yang tiba-tiba. Sebenarnya bukan hanya kaget, Bara sama sekali tidak mau berurusan dengan perempuan dan ia cukup risih dengan kedatangan gadis itu.

"Kita ketemu lagi," Viqa menampilkan deretan giginya.

"Gue baru sampai di sekolah loh. Tadi pagi gue olimpiade."
"Gue menang tau, lo gak mau ngucapin selamat gitu?"

Bara mengalih kan pandangannya ke arah lain, demi apapun dia tidak peduli dengan kemenangan gadis itu.

Viqa yang menyadari raut wajah Bara hanya mampu menyunggingkan bibirnya ke atas tetapi seperkian detik berikutnya ia kembali tersenyum.

"Lo mau kemana? Mau ke kantin? Bareng yuk."

Bara berdecak sebelum melangkah kan kakinya meninggalkan Viqa di belakang.
Gadis itu dengan buru-buru menyusul Bara, ia berusaha menyamai langkah Bara agar mereka sejajar tetapi sepertinya percuma. Kaki panjang Bara tidak ada apa-apanya di bandingkan kaki mungil Viqa.

"Suatu saat kita akan berjalan berdampingan Bar." Ucap Viqa pelan.
Ia masih mengikuti langkah Bara yang menuju kantin.

Bara sampai di depan meja teman-temannya yang sedang mengobrol.
Girly yang menyadari kedatangan Bara berusaha memberi senyuman yang terlihat ketakutan.

"Bara, gue minta maaf ya."

"Iya engga apa-apa."

Jawab Bara santai sehingga membuat Girly merasa lega.

"Bara bawa ceweknya bro." Ucap Gema.

"Eh sini duduk, jangan berdiri aja." Tomi mempersilahkan Viqa untuk duduk.
Sedangkan Bara nampak tidak peduli, ia mengambil ponselnya dari saku celana dan mulai bermain Game.
Viqa duduk di sebelah Gema, ia agak kikuk karena merasa di perhatikan oleh kedua teman Bara.

"Viqayla Gabrille?" Tanya Gema membaca name tag Viqa.
Viqa mengangguk sambil tersenyum.

"Mantep banget sih Bara, bisa dapet cewek kaya lo"
Viqa lagi-lagi mengulas senyum ia tidak berniat menjelaskan apa pun kepada teman Bara.

"Tapi lo yang sabar ya pacaran sama Bara."
"Cuek banget, enggak pernah senyum."
"Ngomong aja irit."

"Gue dengar!"

Gema langsung berhenti bicara, ia tertawa.
Sedangkan Viqa langsung menoleh kepada Bara yang tidak teralih dari layar ponselnya sama sekali.
Secara tidak sadar Viqa tersenyum kala Bara tidak protes tentang perkataan temannya mengenai hubungan yang nyatanya tidak sama sekali benar.

BaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang