Viqayla Gabrille

45 5 0
                                    

Di sebuah perumahan elit seorang gadis yang menggunakan seragam putih abu sedang berdiri di depan mobil kijang hitam pekat.
"Kak Ramaaaaaaaa Buruannnnn!"
"Yaampun Kak, Viqa telat nih"

"Astaga Vi, ini baru juga jam berapa?"
Rama keluar dari pintu utama masih menggengam Roti berselai cokelat.

"Kak Rama, Viqa ada ulangan pagi ini. Jadi Viqa harus mempersiapkan diri."

"Jangan terlalu serius banget Vi, kamu butuh hiburan tahu gak." Ucap Rama setelah itu menyuapkan roti terakhir ke dalam mulutnya.

"Ini demi cita-cita Viqa Kak, buruan deh."

"Iya iya terserah kamu."

Gadis itu berlari menuju kelasnya, di dalam kelas ia hanya bertemu dengan beberapa murid yang mendapatkan jadwal piket.
Ia mengembangkan senyum kepada teman sekelasnya lalu setelah itu membongkar tasnya untuk mengambil buku rangkumannya malam tadi.
Gadis itu keluar kelas dengan membawa buku serta alat tulisnya. Ia duduk di bawah pohon dengan meja bundar yang menghadap langsung ke lapangan basket.
Bel berbunyi, gadis itu segera berlari menuju kelas.

"Vi ulangan Fisika" rengek teman satu meja yang telah terbiasa ketika ulangan datang.

"Aduh, kotak pensil gue ketinggalan Bi. Bentar-bentar gue ambil kotak pensil dulu"

Gadis itu segera menuju tempat diamana ia duduk tadi, ia mengembangkan senyumannya saat kotak pensil berwarna hijau gelap itu masih ada di meja bundar tadi.

Ulangan di dalam kelas XII Ipa I berjalan dengan lancar.
Murid-murid mengumpulkan kertas ulangan secara berurutan.

"Viqa,"

"Iya bu?"

"Tolong bawakan buku Ibu ke kelas Bahasa ya, Ibu mau ke kantor antarkan kertas ulangan kalian."

" Baik bu,"

Viqa berjalan sambil memeluk buku Guru tersebut, saat ingin melewati lapangan Basket ia berhenti sejenak.
Matanya menyipit dengan dahi yang berkerut. Pemandangan yang sedikit aneh menurutnya.

"Apa faedahnya coba, lapangan Basket di pel" Viqa tertawa merasa lucu dengan tingkah murid laki-laki tersebut.
Kekehan Viqa terhenti secara paksa saat yang orang yang ia tertawai mengetahui keberadaannya. Laki-laki itu tetap mengepel dengan mata yang tersorot tajam ke Arah Viqa.

"Aduh, mampus gue,"
Umpat Viqa dalam hati.
Tidak ingin mendapat masalah ia pun segera melanjutkan langkahnya dan tidak ingin melihat-lihat kebelakang lagi.

BaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang