Bara berjalan di lorong kelas menuju Laboratorium Fisiki.
Gema dan Dimas berusaha untuk menahan laki-laki itu tetapi seperti yang kelihatannya.
Usaha mereka hanya sia-sia.Bara menggebrak pintu tersebut sehingga suara keras itu mampu membuat ketiga murid yang ada di dalam ruangan itu terlonjak kaget.
Bara sempat melihat ke arah Viqa yang terlihat kaget dengan kedatangannya."Bara, lo harus tahan emosi lo Bar."
Ucap Gema sambil mengatur napasnya.Dimas hanya diam, karena dirasa percuma karena Bara tidak akan mendengarnya.
Mata Bara tertuju kepada seorang laki-laki yang nampak tidak terusik dengan kedatangan Bara, ia adalah Nathan, anak pintar serta terlihat teladan.
Bara melangkah ke depan membuat pasang-pasang mata terlihat khawatir.
"Lo mau cari mati?"
Pertanyaan Bara tertuju kepada Nathan.Nathan menutup bukunya, setelah itu berdiri di hadapan Bara dengan berani.
"Vi kita keluar aja yu,"
Rafka terlihat khawatir, ia tidak ingin Viqa menyaksikan pertengkaran yang pada akhirnya berakhir dengan kekerasan.Viqa mengangguk ia berjalan menuju pintu bersama Rafka, tetapi langkahnya terhenti saat ia mendengar suara pukulan tepat di belakangnya.
Ia memejamkan matanya saat kegaduhan itu semakin menjadi.
Viqa memberanikan diri menoleh ke belakang. Ia dengan jelas melihat Bara memukul Nathan tiada henti.
Viqa mulai gemetaran saat sudut bibir Nathan mengeluarkan darah.
saat tangan Bara dengan entengnya mendarat di wajah Nathan.
Nathan adalah teman olimpiaedenya, yang Viqa kenal Nathan anak yang baik.Rafka yang mengetahui hal itu dengan sigap menutup mata Viqa dan merangkul tubuh gadis itu membawa Viqa menjauh meninggalkan laboratorium itu.
"Tolong hentikan."
Pinta Viqa saat ia melewati Gema dan Dimas.Gema yang melihat raut wajah pucat Viqa seolah tersadar, ia masuk ke lab tersebut dan menghentikan aksi Bara yang gila-gila an menghajar Nathan.
"Bar sadar, dia bisa mati."
Bara tidak peduli ia tetap menghajar Nathan yang terlihat sudah tidak berdaya.
"BARA!!"
suara lantang serta pukulan menggaris kayu milik Pak Yanto berhasil menghentikan aksi Bara.
Napasnya memburu saat melihat Nathan justru tersenyum sinis dengan wajah yang sudah babak belur."Apa-apaan ini Bara?!"
"Kamu mau jadi jagoan?! Kamu itu sudah Sering bolos, hampir tiap hari mendapat hukuman. Sekarang mau tambah lagi jadi tukang bikin ulah?"
"Nathan itu anak pintar, teladan, berprestasi. Enggak kaya kamu!"
Bara merapatkan giginya sehingga rahangnya mengeras. Ia mencoba menahan emosi agar tidak kembali mengamuk karena ucapan guru di depannya ini.
"Kamu dengan Nathan keruangan saya!"
Tanpa membantah Bara segera berjalan terlebih dahulu, ia menuju kantin terlebih dahulu untuk membeli sebotol air mineral setelah itu Bara melangkahkan kakinya menuju kelas Ipa 1.
Ia masuk begitu saja kedalam kelas dan mencari seseorang.
Viqa yang menyadari kedatangan Bara mulai merasa gugup.
Ia masih takut melihat kemarahan Bara saat itu, ia paling tidak bisa melihat kekerasan.Viqa membulatkan matanya saat Bara benar-benar ke arah dirinya. Laki-laki itu menaruh satu botol minuman di hadapan Viqa.
"Maafin gue,"
Viqa berusaha menyeimbangi detak jantungnya saat mata itu melihat dirinya dengan sorot yang teduh. Walau Bara tidak tersenyum tetapi mata itu mengisyaratkan ketulusan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bara
Teen FictionTatapan mata Bara memang terlihat mengerikan di tambah lagi senyum yang nyaris tidak pernah ia perlihatkan. Seorang gadis bernama Viqa berusaha datang untuk menemani Bara walau berkali-kali di suruh pergi oleh laki-laki tersebut dengan cara yang mun...