1

48 5 0
                                    

Gadis yang bernama Viqayla Gabrille sedang asik membersihkan dedaunan yang ada di belakang sekolah.
Hari ini murid Ipa I sedang mendapatkan tugas bergilir operasi semut.

"PENYUS —PPPP,"
Ucapan Viqa terhenti saat mulutnya di bungkam oleh Bara.
Seperti biasa Bara selalu meloncati pagar belakang sekolah.

"Gue bukan penyusup!"
Ucap Bara setelah melepaskan tangannya dari Mulut Viqa.
Viqa kesal, ia memukul bahu laki-laki tersebut dengan tangan yang penuh dengan tanah.

"Cewek gila!"

Viqa menghentikan aksinya, ia melihat baju laki-laki tersebut yang kotor karena ulah tangannya.

"Gila ya lo!"
Laki-laki itu menatap mata Viqa dengan tatapan yang tajam setelah itu ia 00 begitu saja.
Viqa masih mengamati punggung laki-laki tersebut . Ia melihat laki-laki itu menepuk nepuk bajunya yang kotor akibat tangannya.

Setelah operasi semut selesai, Viqa dan Bintang, teman sebangkunya itu menuju kantin untuk memesan minuman dingin.
Mereka melewati lapangan Basket dimana Bara dengan rutinitasnya mengepel lapangan Basket.
Bara berhenti dengan aktivitas yang sedang ia lakukan. Kini matanya tertuju pada gadis dengan rambut pirang yang di gelung tinggi.
Viqa jelas menyadari tatapan itu tetapi ia pura-pura tidak tau karena Viqa benar-benar tidak peduli.
Viqa memang tidak asing dengan wajah Bara karena ia memang sering melihat Bara berlalu lalang di sekolah.
Hanya saja ia tidak pernah berfikir akan bertemu laki-laki itu secara langsung.
Yang tidak sama sekali Viqa suka dari laki-laki itu adalah tatapan matanya yang seolah-olah akan membunuh.
**
Bara selesai menyelesaikan hukumannya yang dirasa sia-sia.
Ia menuju kantin untuk membeli minuman dingin.

"Vi gue ke loker dulu ya, lupa. Hape gue masih disana"
Viqa mengangguk, ia masih meneguk minumannya.

Setelah Bintang pergi, Viqa di kagetkan dengan kedatangan laki-laki yang pagi ia pukuli. Ia memperhatikan laki-laki itu dari ujung sepatu hingga ujung rambut.

"Sempurna" ucap Viqa dalam hati, namun tidak lama kesadarannya pulih ia menggelengkan kepalanya dengan ketara sehingga membuat Bara mengernyitkan dahinya.

"Kenapa?" Tanya Viqa dengan nada tidak suka.

"Kenapa?" Ulang Bara tidak paham.

"Kenapa nyamperin gue? Gara-gara baju lo yang kotor? Minta tukeran baju apa gimana?"

Bara tidak menjawab ia duduk di depan Viqa sambil meneguk minuman dinginnya.
Setelah itu meletakkan botol Kosong itu dengan tekanan di atas meja sehingga membuat Viqa sedikit kaget.

"Bayarin minuman gue,"
Setelah mengucapkan kalimat itu Bara pergi begitu saja. Ia mengabaikan teriakan Viqa.

Bintang yang baru saja datang terlihat bingung.

"Vi kenapa?"

"Tau ah. Gue sebel banget sama tuh cowok" dengan sebal Viqa menunjuk tubuh Bara yang mulai menjauh.

"Bara?"

"Bara?" Ulang Viqa.

"Iya itu Bara, ketua Futsal anak Ips."

"Pokoknya gue sebel sama tuh cowok."
Rajuk Viqa. Ia menuju stand tempat ia membeli minuman. Terpaksa ia harus membayar minuman Bara.

***
Ketiga teman Bara memperhatikan laki-laki itu yang baru saja masuk ke dalam kelas.
Mereka dengan kompak menggeleng-gelengkan kepala mereka karena tidak habis fikir dengan Bara yang Hoby dengan hukamannya itu.

"Kenapa?" Tanya Bara santai, ia merenggangkan tubuhnya di kursi.

"Kapan lo tobat?"

Bara hanya mengedikkan bahunya.

"Emang lo enggak bosen apa Bar, ngepel lapangan Basket."
"Bersih kagak, kaya orang gila iya."

Dimas dan Tomi mengangguk kompak membenarkan ucapan Gema.
Sedangkan Bara nampak tidak peduli. Ia tetap pada posisinya yang awal.

"Sadar Bar sadar" Ucap Gema, lalu mereka bertiga keluar dari dalam kelas.

Saat dirasa tidak ada suara ketiga temannya, Bara membuka matanya ia melihat punggung ketiga temannya yang mulai menjauh.

Iapun berjalan keluar kelas sekedar berjalan-jalan di lorong kelas.
Bara terlihat cool dengan postur tubuh yang tinggi, hidungnya yang mancung rahang yang tegas di tambah matanya yang mempunyai tatapan tajam.

BaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang