Behind The Lens: We are Human Too
Angin malam kota Seoul menemani keheningan keduanya. Diatas sebuah bukit dipinggiran kota keduanya memandangi berbagai macam lampu malam hari.
Namsan tower tidak terlalu jauh dari tempat keduanya terdiam.
Pengumuman mengenai wajib militer Park Chanyeol telah diterbitkan oleh agensinya siang tadi. Berbagai macam tanggapan tertulis di kolom komentar artikel tersebut.
Banyak orang yang sudah bisa menduga keberangkatannya, dan masih banyak juga yang tidak rela.
Salah satunya sang kekasih. Walaupun Chaeyoung sudah diberi tahu dari enam bulan yang lalu tapi rasanya ini terlalu cepat.
Keduanya sangat sibuk, berbicara di telfon saja sudah sangat bersyukur, ditambah kemarin terjadi kesalah pahaman diantara keduanya.
Kalau bisa ia ingin menahan Chanyeol saja rasanya. Menyembunyikannya dibawah selimut atau bahkan di dalam lemari pakaian miliknya.
Tangan besarnya masih mengelus lembut lengan mungil milik Chaeyoung. Pelukan ini rasanya lebih hangat dari biasanya.
Ya bayangkan saja, dua minggu lagi kekasihnya akan mengabdi pada negara, dan ia juga akan kembali sibuk karna groupnya akan kembali dengan lagu baru.
Otaknya terus berfikir, bagaimana cara Chanyeol tidak pergi, tapi itu tidak mungkin.
"Tidak perlu cemas, aku masih disini." entah sudah berapa kali Chanyeol mengatakan itu.
Masih disini katanya, yatuhan dia bisa saja ditugaskan ditempat yang sangat jauh, atau buruknya menjadi pasukan khusus di perbatasan negara.
"Kalau kau merindukanku, datanglah kerumah Eomma ya? Aku sudah menitipkanmu padanya."
"Kau kira aku bayi? lagipula tanpa disuruh pun aku akan datang ke tempat ibumu bila ada waktu. Ibumu sudah seperti ibuku sendiri." Chanyeol tersenyum dan mengangguk mendengarnya.
Keduanya kembali memandangi lautan gemerlap kota, membayangkan berbagai kemungkinan yang akan terjadi dikemudian hari.
"Oppa."
"Hm."
"Berjanjilah padaku. Apapun yang terjadi nanti, kau tidak akan meninggalkan aku!"
Park Chanyeol tersenyum bahkan hampir tertawa.
"Yang seharusnya berjanji seperti itu adalah dirimu. Berjanjilah padaku untuk selalu menunggu kepulanganku nanti."
"Kau gila? mana bisa aku meninggalkanmu."
"Haha, gadis pintar."
Pelukan keduanya semakin erat, rasanya semakin tidak rela ia ditinggalkan oleh kekasihnya.
"Oppa," lelaki itu kembali menatapnya "apa aku membuatmu menghilang saja ya?"
"Hah? apa maksudmu?"
"Apa aku harus menculikmu? menyembunyikanmu begitu? Ah tapi itu akan sulit, badanmu terlau besar untuk aku sembunyikan didalam lemari."
"Heh bicaramu!" keduanya tertawa. "lagi pula kalau kau menculik ku seluruh dunia akan dibuat heboh."
"Ah ya kau benar."
"Ayo kita pulang, angin malam tidak baik untuk kesehatan." Chaeyoung mengangguk menuruti perkataan kekasihnya.
Setelah dua hari lalu mereka menatap lampu kota diatas bukit kini Chaeyoung sedang menikmati makan malam di kediaman keluarga Chanyeol. Kepergian kekasihnya semakin dekat, dan akhir-akhir ini juga mereka sering menghabiskan waktu bersama.
Tak henti-hentinya Ibu Chanyeol merasa bersyukur sang putra memiliki kekasih seperti Chaeyoung, gadis yang sangat baik dan juga pengertian. Ketika gadis lain ingin terus bersama kekasihnya di sisa waktu sebelum keberangkatan sang kekasih, gadis ini justru mempersilahkan keluarganya memiliki sang kekasih.
Kalau boleh jujur, Chaeyoung juga ingin berduaan bersama Chanyeol, tapi ia tidak boleh egois kekasihnya masih memiliki keluarga yang lengkap, dan Chaeyoung yakin mereka juga sedikit tidak rela melepasnya.
Setelah menyantap makan malam sesi obrolan keluarga Park dilanjutkan di ruangan tengah, ditemani dengan dua teman baru milik toben, hank dan moza kehangatan keluarga Park lebih terasa.
"Kalau kau merasa sepi datanglah kesini ya Chaeyoung, Eomma juga selalu sendirian dirumah kalau Yoora tidak datang."
"Aku akan mampir Eomma, katakan saja padaku kalau Eomma merasa butuh teman, aku akan menyisihkan waktuku untukmu."
"Yang benar saja seorang Park Chaeyoung akan menyisihkan waktunya? Bahkan rasanya untukku saja ia selalu sibuk."
"Tidak usah ribut dengan urusanku, sana pergi ke camp militer."
"Aku akan pergi minggu depan, kau tidak boleh merindukan ku."
bibir Chaeyoung mengatup rapat, benar juga minggu depan sang kekasih sudah pergi, semakin berat saja rasanya.
"Bagaimana dengan kegiatan groupmu gadis kecil?" suara milik Ayah Chanyeol kini mengudara.
"Kami akan mengadakan konser diawal tahun, karna ini bersifat online jadi aku tidak akan terlalu sibuk. Mungkin setelahnya aku bisa istirahat karna kali ini Lisa yang akan bersolo karir."
"Gunakan waktumu sebaik mungkin, jaga juga kesehatan tubuhmu, karna sebenarnya tubuhmu bukan hanya milikmu seorang."
Benar, tubuhnya bukan hanya miliknya. Jika ia sakit akan ada ratusan orang yang dibuat kelimpungan olehnya.
Chaeyoung tersenyum, menjadi pusat perhatian keluarga Park padahal anak lelakinya yang akan pergi.
"Kalau kau bosan kau bisa datang ke Caffe ku kapanpun kau mau."
"Sepertinya akan ada kehebohan kalau kekasihku datang kesana Appa."
"Kalau begitu aku bisa menemanimu, kita bisa Girls Day Out bersama."
"Dan dispatch akan merilis berita eksklusif keesokan harinya Noona."
"Memang paling aman, Eomma akan datang ke apartemen kalian berdua."
"Itu saran yang lebih baik."
Kehangatan keluarga itu terus berlanjut. Chaeyoung tidak menyangka ia bisa memiliki keluarga lain disini.
tbc
28'12hallo? hahaha.
maaf ya ini berdebu banget huhu, selalu aja ada notif nyuruh aku update, sejujurnya aku mentok gaada ide dan ini juga seadanya tapi setidaknya bisa mengobati sedikit kerinduan kalian huhuhu. ohiya ini itung-itung hadiah akhir tahun aja yaa skskk. selamat tahun baru semuaaa🙏🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind The Lens: We are human too | Chanyeol - Rosé
Fanfiction"Aku tahu mereka semua itu penggemarmu, tapi aku juga bisa cemburu." -pcy "Aku juga ingin memperkenalkan pada dunia, bahwa kau itu milik ku." -pcy Kehidupan dua idola yang berjuang untuk kisah romansanya. • Chanyeol EXO • Rosé Blackpink manips edit...