Chapter 8 ; Three Requests

370 53 4
                                    

"Hyung... kenapa jalanmu cepat sekali?" Ucap Jimin sedikit berteriak karena Yoongi berada jauh darinya.

"Kau saja yang lambat."

"Aku membawa banyak makanan, hyung! Bantu lah...." rengeknya mengangkat kantung plastik berisi makanan yang belum sempat ia makan atau sentuh sama sekali saat berada di restoran.

Tentu saja Jimin yang kalah taruhan. Padahal Jimin bukan tipe orang yang makan banyak dalam sekali waktu karena dia adalah seorang penari, jadi sangat penting baginya menjaga tubuhnya agar tetap ideal.

"Ingat kau harus mengabulkan tiga permintaanku, arraso?"

"Ne!"

Jimin berlari kecil agar langkahnya sejajar dengan Yoongi, "Hyung setelah ini kita ke mana?"

"Cek in hotel," Yoongi berbelok pada sebuah gedung hotel yang tidak terlalu mewah diikuti Jimin di belakangnya. Laki-laki itu menunggu Yoongi selesai menyelesaikan administrasi sambil duduk di kursi tunggu.

"Ayo!" Panggil Yoongi menunggu Jimin menghampirinya lalu mereka masuk ke dalam lift yang dipandu oleh seorang wanita yang bertugas mengantarkan mereka ke kamar.

"Kita kehabisan kamar dengan dua ranjang lagi," bisik Yoongi saat mereka keluar dari lift.

"Lalu?"

"Double bed lagi."

Begitu sampai di dalam kamar dan wanita itu meninggalkan mereka, Jimin menyimpan plastik makanan di atas meja dan plastik pakaian yang Yoongi bawa pada lemari, "Kau ingin mandi lebih dulu?" Tanya Yoongi membuka jaketnya.

"Hyung saja duluan," jawab Jimin merebahkan tubuhnya di atas ranjang.

"Ah...." Yoongi menghentikan gerakannya yang akan masuk ke kamar mandi, menatap Jimin yang juga menatapnya dari posisi rebahannya.

"Wae?"

"Kau harus mengabulkan tiga permintaanku, kan?"

"Ne," Jimin duduk di tepi ranjang, "Lalu?"

"Kau mau mandi bersamaku?"

Blush!

Pipi Jimin langsung memerah mendengar ucapan Yoongi yang sompral itu.

"HYUNG!"

*

*

*

Impossible

*

*

*

"Oh, Hosiki?"

Hoseok sedikit terkejut melihat Namjoon yang membukakan pintu rumah Yoongi, "Kau menginap di sini lagi?"

"Tidak, sementara aku tinggal di sini," jawab Namjoon lalu bertanya, "Ada apa kemari? Yoongi hyung belum pulang."

"Ku pikir sudah pulang."

Namjoon melihat kotak bekal yang Hoseok bawa lalu menggodanya, "Kau mau merayakan kepulangan Yoongi hyung ya-aduh!"

Karena malu digoda terus menerus oleh Namjoon, Hoseok memukul pundak pria itu kesal, "Ya sudah kalau Yoongi hyung tidak ada."

"Eits! Tunggu!" Namjoon menahan Hoseok, "Kau mau membuat makanan yang kau bawa terbuang sia-sia?"

"Kenapa? Kau mau?"

"Tentu saja, Seokjin sedang malas memasak, jadi akan lebih mudah jika kau memberikan makanan itu pada kami."

"Seokjin?"

"Ya, dia kekasihku."

"WHAT?! Kau punya kekasih? Hwaaa...."

Namjoon mengerucutkan bibirnya sebal, "Memangnya aku Yoongi hyung yang tidak mau pacaran? Bukannya kau sudah tahu?"

"Aku lupa."

Namjoon merebut bekal itu yang tidak dicegah oleh sang empunya, "Ini untukku ya."

"Terserah kau saja."

"Terimakasih pria yang masih mengejar Yoongi hyung yang hatinya bagaikan batu," ledek Namjoon langsung kabur masuk ke dalam rumah Yoongi sebelum Hoseok memukulnya lagi.

"Kenapa Yoongi hyung harus berteman dengan orang mengesalkan seperti dia sih...." gumam Hoseok lalu berbalik hendak pergi dari sana.

Bruk!

Tapi dia malah bertabrakan dengan Taehyung, "Heol! Hati-hati kalau jalan, Tae!"

"Kau yang berbalik tiba-tiba hyung."

Hoseok menghela napas, "Kau baru pulang juga?"

"Kemarin sih, aku pulang ke rumahku dulu baru ke sini."

"Kau mencari Namjoon atau Yoongi hyung?"

"Namjoon hyung," jawab Taehyung.

"Kau yakin akan masuk ke sana? Katanya di dalam ada kekasihnya, kau bisa jadi nyamuk," bisik Hoseok sedikit menghasut Taehyung.

"Tidak apa, aku sudah biasa hyung. Lagipula beberapa bulan ke dapan kami akan double date," ucap Taehyung membuat Hoseok membolakan matanya, "Kalau begitu aku permisi, hyung."

Hoseok mengangguk saja mempersilahkan Taehyung masuk ke dalam rumah Yoongi, "Apa Taehyung juga kena virus Namjoon ya?"

"Beberapa bulan lagi kalian tidak akan double date, Tae. Tapi triple date!" Pipi Hoseok tiba-tiba memerah membayangkan Yoongi kembali. Ia langsung pergi dari sana sebelum gila karena namja bernama Min Yoongi.

"Oh, Taehyung! Kebetulan kau datang, Hosiki baru saja ke sini," ucap Namjoon melihat Taehyung datang, menyimpan tasnya di sofa lalu ikut duduk di hadapan Namjoon yang duduk bersebelahan dengan Seokjin.

"Aku ambilkan piring ya." Seokjin berdiri dari duduknya.

"Ne, gomawo hyung."

Taehyung menatap Namjoon seperti bertanya kapan mereka akan mendiskusikan masalah Ho Jinhyuk. Lalu Namjoon menempelkan jari telunjuknya di depan bibir lalu menunjuk Seokjin yang mencari piring membelakangi mereka.

"Arraso...."

"Ini Taehyung-ssi."

"Gomawo...." Taehyung menerima piring itu lalu memindahkan nasi pada piringnya dan menyumpir olahan masakan ikan, sayuran, dan lain-lain.

"Terlihat seperti masakan kesukaan Yoongi hyung semua," ucap Taehyung.

"Awalnya memang ini untuknya, tapi Yoongi hyung kan belum pulang." Jawab Namjoon memakan sarapannya dengan lahap, "Tentu saja masakan Seokjin lebih enak."

Mendapatkan pujian dari sang kekasih Seokjin hanya tertawa sambil memukul pundak Namjoon pelan, salah tingkah.

"Seokjin hyung bisa masak?" Tanya Taehyung.

"Dia bahkan memiliki kafe, Tae. Kau harus ke sana, masakannya sangat lezat!" Jawab Namjoon.

"Oh ya... Taehyung-ssi-"

"Kau boleh berbicara nonformal padaku, hyung. Santai saja~"

Seokjin mengangguk paham, "Ne, Tae kau belum memiliki kekasih kan?"

Taehyung menggeleng, "Belum, memangnya kenapa?"

"Namjoon bilang tipe ideal kekasihmu itu imut kan?" Taehyung menatap tajam Namjoon dengan mulut embernya, "Temanku mungkin masuk kriteria tipe ideal kekasihmu."

"Hyung berniat menjodohkan ku?" Tanya Taehyung menatap keduanya tajam.

"Itupun kalau kau mau, Tae. Kau bisa mencobanya dulu, jika dia pulang dari Italia kau bisa berkenalan dengannya," usul Seokjin berharap.

"Boleh saja jika dia lebih imut dari dia." Gumam Taehyung yang dapat di dengar oleh Namjoon.

Namja itu menyimpan sumpitnya, "Kau bilang apa tadi? Dia?"

"Kau mendengarnya hyung?" tanya Taehyung sedikit was-was.

"Terakhir kita berpisah di bandara aku ingat kau tidak mengatakan apapun tentang dia. Lalu sekarang... hwaa! Dia? Kau ngapain saja di Jepang?" Tanya Namjoon seperti mengintrograsi Taehyung.

Seokjin memerhatikan wajah Taehyung dan melihat plester putih di leher sebelah kirinya, "Kau sakit leher, Tae?"

Taehyung reflek memegang plester itu dan tanpa sadar pipinya memerah mengingatnya. Tanda keunguan yang sudah samar ini baru Taehyung sadari saat ia tiba di Korea yang artinya setelah berpisah dengan Jungkook selama di Jepang tanda ini terekspos di mana-mana. Ini tentu karena Jungkook dan permainan mereka yang liar saat itu. Taehyung sengaja menutupnya takut jika Namjoon menyadarinya akan meledeknya habis-habisan.

"Ah... ini... aku sakit leher hyung, iya."

Taehyung kembali memakan sarapannya dengan canggung. Berharap jika pasangan di hadapannya ini tidak bertanya apapun lagi.

*

*

*

Jika boleh Jimin ingin sekali memukul wajah tampan Yoongi yang berhasil membuatnya malu malam ini. Jimin tidak menyangka pipinya akan memerah dan tingkahnya sangat berlebihan saat Yoongi mengajaknya mandi bersama dengan mulut kurang hajarnya.

Padahal, Yoongi hanya berpura-pura dan berniat mencandai Jimin.

Benar-benar menyebalkan.

"Kau tidur saja," ucap Yoongi setelah Jimin keluar dari kamar mandi dengan wajah kesal. Namja itu duduk di sofa dekat jendela sambil menonton televisi.

"Hyung tidur di sofa lagi?" Tanya Jimin duduk di tepi ranjang sambil mengeringkan rambutnya.

"Kau mau tidur di sofa?"

"Kalau kau mau, kau bisa tidur di ranjang hyung." Tawar Jimin menatap Yoongi yang asik menonton televisi. Laki-laki itu hanya menonton berita tapi dengan pandangan tanpa minat karena tidak tahu dengan berita yang ada di negara ini.

"Tidak usah, kau tidur saja."

Jimin mengehela napas lalu menyimpan handuknya pada gantungan di kamar mandi dan merebahkan tubuhnya di atas ranjang yang lumayan besar jika ia tiduri sendiri. Jimin memakai selimutnya memerhatikan Yoongi yang masih menatap berita di televisi tanpa minat.

Setelah memejamkan matanya selama beberapa menit tanpa tertidur Jimin mendengar suara lampu di matikan lalu ia intip sedikit dan melihat Yoongi yang bersiap untuk tidur di sofa lagi.

"Hyung...."

Panggilan Jimin menghentikan Yoongi, "Kau belum tidur?"

Entah kenapa Jimin merasa dirinya selalu membebankan Yoongi selama beberapa hari ini. Terlintas kembali bagaimana Yoongi melindunginya dan melakukan apapun untuknya walaupun Yoongi tidak mengucapkannya secara gamblang.

Yoongi melakukan itu pasti karena bersalah. Ya, karenanya Jimin berada di posisi sulit seperti ini.

Aku berpikir seperti ini lagi.... batin Jimin.

Tapi... bisakah Jimin berharap lebih?

"Hyung tidurlah bersamaku."

Yoongi duduk di sofa, "Kau ingin aku tiduri?"

Pipi Jimin memanas menyadari perkataannya yang bodoh, "Ani... maksudku, kau bisa tidur di ranjang bersamaku. Jadi kita berbagi ranjang, hyung. Bukan sesuatu yang... yang seperti itu!"

Yoongi tertawa kecil melihat Jimin yang salah tingkah lagi dan entah kenapa itu membuat pipi Jimin kembali memanas.

Dia tampan jika tertawa.

"Tidur di sofa pasti tidak nyaman, hyung."

"Kau tidur saja di sana, aku di sini. Kau tidak takut aku berbuat macam-macam padamu, ha?"

Jimin berpikir sebentar untuk menjawab perkataan Yoongi, "K-kau kan... bukan orang jahat hyung...."

"Tahu dari mana aku bukan orang jahat?" Yoongi melipat kedua tangannya di depan dada, "Kau sudah tidak penasaran kenapa aku disebut Seobin palsu?"

"Kau melindungiku saat kabur dari taxi, menyelamatkanku, dan tidak membiarkanku terluka, hyung." Jawab Jimin membuat Yoongi terdiam mendengarnya, "Kau bukan orang jahat, karena kau mau melindungiku, kau mau bertanggung jawab."

Yoongi terdiam karena berpikir bagaimana bisa tindakannya membuat Jimin merasa seperti itu, "Kau hanya ingin aku tidur di ranjang bersamamu kan?"

"Ne, aku tahu kau pasti lelah, hyung. Hanya saat tidur kau bisa benar-benar beristirahat, jadi...." Jimin menggeser tubuhnya sedikit ke samping agar terdapat ruang untuk Yoongi tiduri, "Kemarilah."

Yoongi tanpa sadar berdiri, sedikit terkejut dengan refleknya yang entah kenapa ingin tidur di samping Jimin. Setelah bertarung dengan pikirannya yang lain Yoongi akhirnya menyerah dan ikut berbaring di samping Jimin.

"Jangan anggap tiga permintaanku berkurang satu," ucap Yoongi sedikit menundukkan pandangannya agar bisa melihat Jimin yang tersenyum menatapnya.

"Ne, hyung. Selamat malam," Jimin membenarkan posisi tidurnya lalu tak lama sampai di alam mimpinya. Wangi tubuh Yoongi yang tercium entah kenapa menenangkan pikirannya dan membuat tidurnya cepat datang.

Sedangkan Yoongi....

Dia masih memerhatikan Jimin yang tertidur pulas dengan tangannya yang sudah bergerak menyentuh pipi gempal Jimin. Hanya itu yang dia lakukan sampai wangi sampoo milik Jimin tercium dan ia akhirnya membenarkan posisi tidurnya dan akhirnya menyusul Jimin ke alam mimpi.

*

*

*

TBC

BYE BYE YOROBUN

Yang suka kookv yuk liat work baru akuu🥺

(Im)Possible | YoonminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang