"Barangkali perasaanmu butuh waktu untuk mengatakan sebenarnya terhadap hatimu"
Aku sekarang lagi dikamar berdiam diri nggak ada kerjaan, sambil menggonta-ganti channel di Televisi yang tersedia dikamarku. Nggak ada acara yang menarik kebanyakan menampilkan berita yang viral di dunia.
Tiba-tiba pikiranku tertuju kepada Abyan, pertama kali aku mengenalnya dia itu pendiam nggak banyak ngomong waktu itu kami pernah satu kelompok bareng Aku, Abyan, Faiha, Hema. Dan Abyan hanya mendengarkan ucapan kami bertiga berucapun sesekali dia hanya santai dengan kedua headset yang menyumpal kedua telinga nya aku jadi menyimpulkan kalau dia itu cowok pemalas dan seenaknya sendiri.
Hari berjalan dengan cepat, Abyan tidak pendiam yang aku kira dia sering usil kepada teman yang duduk dengannya sampai-sampai nggak ada yang berani dekat dengan Abyan cuma Hema saja yang tahan banting dengan kelakuan Abyan terbukti dengan Hema yang nggak tidak pindah tempat duduk. Ah mungkin Abyan sedikit mengancam Hema.
Sedikit kesal sih dengan tangan usil Abyan, dia sering menarik-narik ujung jilbab ku setiap aku berjalan didepannya atau saat dikelas. Sampai semester genap tiba aku dan Abyan selalu adu mulut dengan perkataan yang tidak ada faedah nya sama sekali dan selalu Abyan yang menang. Aku tau setan pasti merayu kami berdua untuk selalu bertengkar agar kami berseteru dan bermusuhan, tapi kenapa aku selalu menikmati pertengkaran itu.
"Astaghfirullah." Aku menepuk-nepuk kepalaku, jikalau ada kesalahan bisa-bisa nya mikirin Abyan.
"Gue yakin kalau gue nggak suka sama Abyan, tapi kenapa pikiran gue selalu Abyan terus. Pusing gue!" aku mematikan Televisi yang sedari melihatku melamun. Dan beranjak keluar rumah sebelum itu aku minta izin ke ibu agar tidak dicariin.
Aku menyusuri jalanan sore yang masih segar dikelilingi pepohonan di kanan-kiri jalan raya. Di depanku ada seorang cowok berjalan sendirian juga dengan celana pendek diatas lutut serta kaos yang melekat ditubuh nya. Aku memperhatikan cowok itu menatap heran seperti mengenalinya.
Dia menoleh kearahku.
Aku langsung tau siapa cowok itu ternyata Muhammad Abrisam Ghazali, kakak kandungku.
"Kirain siapa kak, ngapain jalan sampai sini?" Tanyaku saat berjalan disebelahnya.
"Lah lo juga ngapain sampai sini?" Kakakku balik bertanya.
"Aku kan tanya malah balik tanya." Ucapku sebal.
"Oh." Cuma oh? singkat bener kalau jawab.
"Terserah kak, mau pulang kan? ayo barengan."
"Siapa yang mau pulang." Ucap Kak Abri sewot. Dih aku udah santai juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Saling Terhubung
Tâm linhSoraya dan Abyan yang dipertemukan di kelas yang sama kelas 12, Soraya selalu menyangkal perasaannya terhadap Abyan. Saling Bertemu. Saling Bertengkar. Saling Menjaga. Saling Menjauh. Saling Mendoakan. Saling Menanti. Kata orang pertemuan pertama it...