9. Menjemput

13 6 0
                                        

"Yakinlah semua yang terjadi adalah salah satu dari rencana Nya"

Mobil Aryan berhenti didepan gerbang rumahnya menunggu Pak Gian penjaga rumah untuk membuka gerbang nya.

"Sebentar mas." Seru Pak Gian buru-buru membuka gerbang.

Tiba-tiba suara pintu mobil belakang terdengar menutup, Aryan menengok kebelakang ternyata Abyan tanpa pamit langsung nyelonong pergi.

"Eh mas Abyan." Sapa Pak Gian. Abyan membalasnya dengan senyum lalu pergi meninggalkan pak Gian yang sedang menggaruk-garukkan tengkuknya yang tidak gatal.

"Kenapa ya mas Abyan." Heran pak Gian memandangi langkah Abyan dari belakang.

"Makasih pak Gian." Ucap Aryan disertai senyuman setelah pagar dibuka lebar oleh pak Gian.

"Sama-sama mas Aryan, sebentar mas Aryan bapak mau tanya." Pak Gian mendekati Aryan tepat di samping pintu mobil.

"Silahkan pak Gian mau tanya apa?" Aryan mengerutkan dahi nya.

"Mas Abyan kenapa kok tiba-tiba langsung masuk gitu aja mukanya juga masam kayak kopi tanpa gula. Pahit." Ucap Pak Gian dengan meragakan minum kopi yang pahit.

Aryan terkekeh mendengar itu. "Biasa pak anak muda."

"Oh lagi berantem sama temennya ya, kan gak mungkin kalau sama pacarnya. sama Bu Naysila kan dilarang keras pacaran."

Aryan tertawa lagi. "Hatinya gak tenang pak habis bohong jadi gitu."

"Bohong soal apa kalau bapak boleh tahu." Ucap Pak Gian dengan keingintahuannya. Pak Gian itu orangnya super duper kepo sudah bekerja disini 5 tahun sejak Abyan umur 13 tahun dan Aryan umur 16 tahun, karena ke kepoannya itulah pak Gian bekerja disini. Emang kepo tentang apa? Kepo lu.

"Soal perasaan pak. Yaudah pak saya masuk dulu Assalamualaikum." Kalau tidak diakhiri sudah pasti pak Gian nanti bertanya mulu kayak kartun Dora tidak ada habisnya.

"Waalaikumsalam ehh---" Pak Gian ingin menanyakan sesuatu lagi tapi tidak jadi karena Aryan yang sudah keburu mengendarai mobil nya masuk ke garasi.

Tiba di lantai dua Aryan langsung menuju kamar adek nya. Saat mau mengetuk nya ia tahan. Di cobanya memutar knop pintu ternyata tidak dikunci.

Aryan mengedarkan pandangannya keseluruh kamar Abyan tapi tidak ada Abyan sama sekali, dilihatnya di kamar mandi juga tidak ada, di balkon luar hasil nya sama. Kemana anak itu.

"Ngapain lo bang?" Aryan terlonjak ia langsung memutar badannya ternyata Abyan.

"Lo habis darimana?" Tanya Aryan tanpa menjawab pertanyaan adeknya.

"Habis makan." Abyan berjalan melewati abang nya menuju kursi ayunan.

Aryan manggut-manggut.

"Lo masih marah?"

Abyan tertawa sebentar. "Ngapain marah nggak ada untung nya juga kan."

"Bagus deh, ohya minggu depan kelas lo rekreasi kan? Jangan lupa jagain Soraya baik-baik."

Abyan malas jika abanya membicarakan soal Soraya, ia menghela nafas lalu dikeluarkannya.

"Hmm...ya, tenang aja."

"Kayak nggak ikhlas lo jagainnya."

"Iya bang Aryan gue jagain dia sebaik mungkin tanpa lecet sama sekali...Puass lo."

Saling TerhubungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang