10. Pertemuan

20 6 1
                                        

Abyan haus sekali habis membaca alquran dia turun ke dapur untuk minum air dingin, saat ingin menaiki tangga mata nya tertuju kepada seorang perempuan yang duduk di ruang tamu. Abyan jelas mengenalnya itu perempuan yang membuat dirinya marah gak jelas saat memikirkannya dia Soraya.

Abyan mengedikkan bahu nya acuh ia mencoba menaiki tangga tapi hati nya menyuruh untuk menghampiri Sora, sebaliknya ego nya meminta agar Abyan tidak menghampiri. Abyan menoleh melihat cewek yang sedang gelisah menunggu seseorang. "Kenapa bang Aryan selalu di datangi cewek duluan sih" Batin Abyan.

Abyan menarik nafas panjang lalu mengeluarkannya kedua tangannya ia masukkan kedalam saku, kali ini ego nya harus mengalah.

***

"Ra, lo cari bang Aryan?" Aku mengenal suara itu, apa mungkin--benar ternyata suara Abyan kenapa dia ada disini. Oh aku baru ingat yang diucapkan bapak penjaga rumah ini 'Mas Aryan' ternya benar itu abang nya Abyan. Dunia yang luas ini terasa sempit ya ternyata kalau sudah ditakdirkan begini.

"Hmm, bang Aryan ada dirumah?" Saat aku mengucapkan itu Abyan membuang muka kearah lain.

"Ada di atas."

"Lo kesini sendirian?" Ucap Abyan, dia masih berdiri dengan kedua saku dimasukkan di saku celana. Udah berapa lama ya aku nggak pernah ngobrol sama dia.

"Iya." Ucapku seadanya, senang sekali bisa ngobrol lagi sama Abyan aku ingin bertanya kenapa dia selalu diam jika bertemu denganku dan tidak pernah bertegur sapa untuk itu aku tahan, waktunya tidak tepat sekali.

Abyan ber 'oh' tanpa suara.

Hening.

Saat kami saling bertatap aku dan Abyan sama-sama mengalihkan pandangan. Aku yang salah tingkah mencoba untuk membuka ponsel.

"Hp lo kebalik."

Aku kaget sekaligus gelagapan, langsung kuputar ponselku dengan posisi yang benar, malu banget Ya Allah.
Abyan sepertinya menertawaiku dengan diam.

"Raya, yuk balik." Suara dari belakang membuat aku dan Abyan langsung menoleh. Aku berdiri langsung menghampiri kak Abri.

"Kak lo lama banget sih, malu tau gue." Bisikku kepada kak Abri.

"Ngapain malu." Aduh kak Abri kalau ngomong kenceng banget.

"Bang Aryan mana?" Aku mengalihkan ucapan tanpa membahas hal tadi.

"Habis ini turun... Tuh dia." Kak Aryan turun menghampiri kami bertiga.

"Ra, lo adiknya Abri? Wah kalau gitu gampang dong kalau mau PDKT." Ucap kak Aryan bercanda.

Aku hanya menanggapi dengan tawa kecil candaan bang Aryan.

"Ray, lo sama Abyan udah kenal emangnya?" Tanya Kak Abri sambil menatapku dan beralih ke Abyan.

"Udah dia temen sekelas aku kelas 12."

"Ohh pastinya akrab banget dong kalo satu kelas."

"Biasa aja kak."

"Yan gue titipin Raya ke elo ya waktu rekreasi nanti jagain, suka menyendiri dia takutnya ilang hhh."

Abyan tersenyum, sedangkan aku memelototi kak Abri yang lagi ketawa gak jelas.

"Ar, Abyan apa elo sih yang lahir duluan kok tinggian Abyan daripada lo." Gurau kak Abri, emang kakakku ini juara nya ngeledikin orang.

"Sembarangan lo kalau ngomong, oh ya Ra, soal ketemuan dirumah lo jadi kan?" Aryan berucap sambil ngelirik Abyan ingin tahu bagaimana ekspresinya.

Saling TerhubungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang