s e v e n | kotak biru

37 26 2
                                    

"Kalian ngapain?"

Sontak dua insan itu melepas pelukan nya. Ano berdehem sedang Vania merapihkan surai yang padahal tidak nampak berantakan sama sekali.

"Tadi kalian ngapain?" Tanya nya lagi.

"Tuh, Ano yang meluk aku duluan, a'Key," ujar Vania lalu menyengir kuda. Ano ingin menjawab namun lebih dulu di sela Vania.

"Tadi Vania curhat dikit, terus Ano langsung meluk aku deh. Padahal aku gak minta peluk. Mau nolak nanti Ano marah. Lagipula Ano buat aku tenang kok, A'. Beneran deh! Suer!" Ano melotot tak percaya Vania sefrontal itu.

Key menatap Ano, "Tanggung jawab lo!"

"Gue gak ngapa-ngapain, Key .. Astaga!"

"Bukan tubuhnya, tapi perasaannya!" Ano mengernyit.

"Duluan," pamit Key. Vania menunduk hormat kemudian senyum kecil saat Ano menatap nya.

Key yang ingin memasuki lift langsung berhenti dan memutar kala Ano memanggil nya lagi. "Lo mau kemana?"

"Kerja lah!" lanjut Key memasuki lift.

Dua insan itu berjalan dengan canggung melewati lorong Rumah Sakit. Hingga tiba dikamar David mereka pun tak bicara satu sama lain. David yang akhirnya menjadi penengah mereka dan tiba-tiba Er dan Nisya datang saat keduanya diberi wejangan.

Pagi cerah mendukung manusia untuk bertahan dengan semangatnya. Melanjutkan hidup tanpa lelah meski beban berat dipikulnya. Tersenyum salah satu kekuatan untuk terus hidup.

Berbeda dengan gadis yang sedang melamun, terlihat kehilangan semangat untuk menjalani hari.

"Sya?" Panggil Er menghentikan Nisya yang jalan lebih dulu masuk. Nisya menaikkan alisnya.

"Helm?"

Nisya menepuk kepalanya. "Eh iya?" Nisya mendekati Er dan melepas pengaitnya yang sedikit sulit dibuka.

"Lepasin," rengeknya. Er langsung membantu Nisya melepaskan helm.

"Ini baru hari ketiga UTS.." Nisya yang sedang lanjut melamun tersadar, "Terus?"

"Dan lo enggak fokus dari tadi pagi. Masa mau mandi malah ke kamar gue? Jalan ditangga hampir jatoh kalo gak gue pegang? Mana dijalan marah-marah mulu? Tadi helm masih nyangkut." Nisya mencebik lalu menyeret Er.

Mereka berjalan memasuki gedung sekolah. Nisya berjalan lebih cepat ketika menangkap tubuh seseorang di manik matanya.

Er melihat adiknya seperti itu sedikit bingung namun tetap membiarkannya. Ia menuju ruang ujian nya di lantai dua. Sedangkan Nisya mungkin ia sudah diruangannya.

Begitu sampai ruangan Nisya buru buru menaruh tas-nya kemudian keluar mencari keberadaan teman-teman nya itu.

"Sok belajar lo pada," goda Nisya.

"Gak! Lo nya aja yang lebih duluan paham dari kita!" Tukas Laras.

"Kalo gue kayak lo. Gue balikin omongan lo, Sya!"

"Gue bercanda. Kenapa lo pada serius banget sih?" Tanya Nisya sambil terkekeh. "Gue belum belajar sama sekali."

"Belum belajarnya lo tuh dua kali lipat nya gue belajar, Sya. Dan sama sekali enggak ada yang nyantol diotak gue. Gue makan buku aja belum tentu dicerna sama otak gue." Kali ini Reffin membuka suara.

ImaginationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang