n i n e | tujuan

42 20 11
                                    

"Si Dama nyusul," ungkap Laras setelah meletakkan gadget nya di meja.

"Yaudah, kita tunggu aja deket ini," ujar Nisya yang diangguki lainnya.

"Gue belum pernah kerumah Dama tahu," kata Thalita. Kompak mereka menjawab, "Sama!"

"Gue udah ketiga kalinya nih, Sya kerumah lo," jelas Laras.

"Terus?"

"Enggak ada yang beda. Masih sama."

"Heran gue, Sok banget lo! Gue udeh empat kali. EMPAT kali ke sini biasa aja," ejek Reffin serah mengangkat empat jarinya.

"Sabodo teuing!*" Balas Laras.

"Yaampun, Ref, bangga amat lo! Cuma beda satu doang sama Laras," ujar Dinata.

"Ekhem! Chhendol enyak!" Sindir Rani 'cendol enak', begitu.

"Si Rani, kerumah Nisya numpang prasmanan doang lo?" Tanya Dinata. Rani nyengir kuda.

Yap! Mereka sedang ngumpul ke rumah Nisya. Sekedar main atau cerita-cerita. Kebetulan Nisya menyuruh mereka untuk duduk di tempat favoritnya. Masih ingat spot yang ada sofa dan TV juga terdapat rak buku besar? Seperti ruang keluarga tapi bukan tapi .. Bisa jadi juga sih. Tempat saksi bisu lima bersaudara itu, ingat?

"Gue bilang Ambu dulu, bentar," pamit Nisya bersamaan itu Er keluar kamar dengan penampilan shirtless dan ber-boxer ke arah kamar mandi.

"Gue salah liat kan, ya?" Tanya Reffin sambil menepuk Rani yang disebelahnya.

"Gue juga halu kayak-nya, Ref," balas Rani.

"Kita sedang mimpi, ges," kali ini Laras bersuara yang di-iyakan Dinata.

Er keluar kamar mandi dan berlalu menuruni anak tangga tak memperdulikan teman-teman Nisya. Tak lama Nisya muncul dari arah tangga.

"Gue baru sadar lo satu atap sama kak Arthur," tutur Laras sembari menepuk-nepuk pipi nya. Nisya terkekeh.

Temen deket Nisya sudah tahu semua bahwa Arthur dan Er orang yang sama, abangnya Nisya. Mereka terkejut kecuali Thalita. Dama juga tahu sebenarnya.

Thalita memang pengamat dan peneliti yang handal. Tanpa diberitahu sudah tahu. Katanya sih satu les musik juga sama Er dan Er sendiri sering tanya-tanya tentang Nisya dikelas ke Thalita. Iya, Er sedang fokus pada alat musik piano yang kebetulan satu kelas sama Thalita.

"Wah .. Ini mah nge-kos dirumah Nisya juga betah gue," kata Reffin.

"Nginep tinggal nginep disini, segala nge-kos." Reffin tertawa, "lampu hijau dari adiknya nih, guys!"

"Punya abang yang bisa jagain kita itu enak. Jadi enggak ada yang berani macam-macam," balas Dinata.

"Gak enak!" Sanggah Nisya.

"Lagian abang lo segala beda nama panggilan nya."

"Er itu nama kecil. Naik kelas enam dia pindah ke sekolah gue. Temen-temen nya manggil dia Arthur dan keterusan sampe sekarang-

"Sya?" Semua menoleh. "Yang gue panggil Nisya!" Selain Nisya mereka membuang pandangan nya. Nisya berdiri menghampiri Er.

Teman-teman Nisya bisik-bisik saat Er dan Nisya sedang berbicara dekat tangga. Er masih di undakan anak tangga sedangkan Nisya napak dilantai dua.

Setelah itu Nisya kembali ke teman-teman nya. Yang langsung di cecer banyak pertanyaan. Thalita juga kena semprot amukan yang lain. Dama baru datang saat mereka sudah selesai bicarakan tentang Er. Dama juga kena caci maki bertubi-tubi karna baru datang setelah satu jam ditungguin.

ImaginationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang