Aku menuruni anak tangga dengan sempoyongan karena masih lemas, perlahan...seperti orang yang sedang mabuk.
Dengan muka yang lemah, aku membuka pintu.
“Haiii Syafaaaa” Suara histeris ini menyembur muka ku.
Jika emoticon bisa mewakili wajahku, ku rasa emoticon -_- bisa mewakili perasaaku sekarang.
“Aelah Syaf, lemah banget, ga asyik deh” gerutu Denisha, sembari masuk kemudian disusul Fini, Thalisa, dan Arika. Aku membuntuti mereka karena harus menutup pintu terlebih dahulu.
“Iyanih, ada apa dengan seorang Syafa Azmiqa yang biasanya paling cerewet mendadak lemah? Timpal Fini.
“Kamu sakit?” Arika memastikan.
Sejujurnya Aku malas bertemu mereka hari ini, kenapa? Karena mereka mengaku sedang sakit, kompak tak masuk sekolah, sekilas memang agak sedikit lebay, intinya aku kecewa.
“Enggak” seulas fake smile ku tampilkan untuk meyakinkan mereka.
“Silahkan masuk” sembari ku persilahkan mereka masuk ke kamarku.Kamarku, tak terlalu besar, tapi cukuplah untuk menampung 5 orang. Tak ada AC, yang ada hanya Angin Sepoi-sepoi. Entah apa yang menyebabkan mereka suka sekali main ke rumahku.
Katanya sih “Sejuk”, sesimpel itu ? haha.Thalisa mengeluarkan kantong plastik yang lumayan besar dari tas ranselnya.
“Apa tuh Tha?” Arika menatapnya keheranan.
“Heleh, palingan snack atau ngga ya Roti” Denisha mencibir.
“Yee, sembarangan! Kali aja kali ini beda” Fini membela.
“TUH KAN BENAR!!!” tegas Denisha, ku rasa dia merasa menang karena cibirannya benar.
“Udahlah jangan berantem, mariii dimakan” tanpa aba-aba aku langsung menjarah semua snack itu.“Ternyata gampang ya buat Syafa jadi ceria kembali haha” Denisha terkekeh geli.
Mendadak semua terdiam, sunyi, mereka saling bertatapan satu sama lain.
“HIDUP MAKANAN!!!” sontak mereka teriak sembari menatapku dengan tatapan mengejek.
“Ada apa Syaf? Kok kamu tiba-tiba dingin kayak gini? Kalau ada masalah coba cerita, siapa tau kami bisa bantu” Ujar Fini.
“Iya Fin, benar katamu. Cukup Do’i aja yang dingin, kamu jangan Syaf, hikkss” Ringis Thalisa.
Tak ku gubris serangan pertanyaan mereka, aku tetap menikmati kenikmatan ini, yaa sesuatu yang memenuhi mulut ini.
“Oh ya, by the way kamu lombanya kapan Syaf? Terbuka untuk umum ga? Kalau terbuka untuk umum mau dong kami nonton” kali ini Arika yang berusaha untuk membuatku tak lagi bungkam.“Belum tau, katanya sih besok ada Technical Meeting, ya do’akan aku yaa semoga lancar hingga lombanya selesai” Jawabku sembari meyakinkan mereka bahwa aku bisa.
“Aamiin Ya Allah” Jawabnya kompak.Jam dinding berdetak dengan semaunya, tak mau menunggu, hingga tak terasa kini sudah menunjukkan pukul 16.00.
”Apa? Sudah pukul 16.00? ga terasa banget ya, berhubung ini sudah sore, aku izin pamit yaa”, Thalisa memang tipikal anak yang ga bisa jalan lama-lama.
“Baiklah, hati-hati Tha” aku menyalaminya.
“Eh kami juga pamit pulang ya Syaf, soalnya ga enak juga ya kan, pulang malam, takutnya kamu ada persiapan atau mau baca materi menjelang lomba” Timpal Arika.
“Good Luck Syafa sayang!!! Semoga menang yaa, dari aku, Denisha, sahabatmu yang paling imut”
Ia merengkuh aku kedalam pelukannya.
“Iya-iya makasih DENISHA!!!” ku balas rengkuhannya.Kali ini berbeda dari biasanya, ku antar mereka hingga depan gerbang rumah, untuk memastikan mereka balik dengan selamat.
Setelah mereka pulang,
Sepi itu kembali menyelimuti, hampa, tak berwarna, tanpa sadar rupanya aku masih berdiri di depan pagar, dengan tatapan kosong.
“Kak Syaf, kenapa bengong?” bocah kecil itu menatapku keheranan.
Ia berhasil menyelamatkanku dari kekosongan ini.
“Eh Anis, gapapa kok hehe” Aku terkekeh malu.
“Anis darimana?” aku mencoba mengalihkan perhatiannya, agar tak terlihat sedang malu.”Dari rumah teman kak” kemudian tersorotlah senyum mungil dibibirnya.
“Oh gitu, hati-hati ya pulangnya, jangan berlari, nanti jatuh” Aku mengusap puncak kepalanya yang beralaskan kerudung pink .
KAMU SEDANG MEMBACA
5 Di Masa SMA
JugendliteraturMemang benar bahwa setiap pertemuan akan ada perpisahan, setiap yang memiliki akan kehilangan , setiap persamaan akan ada perbedaan dan setiap yang diawali pasti akan ada akhirnya. Jika suatu hari nanti semua hal itu menimpa kita , harapanku kita...