3- Asima?

48 26 11
                                    

Makan di kelas saat jam istirahat itu jauh lebih nikmat daripada makan di kantin.

-Gue yang nggak pernah suka sama keramaian-

.
.

Sesampainya di kantin, Rania berdiri mengantre di tempat pemesanan sambil mengingat-ingat kembali pesanan teman barunya itu. Sebenarnya Rania risih dengan tatapan orang-orang yang diam-diam memperhatikannya bahkan ada juga yang terus terang, menatap Rania lalu berbisik pada teman disampingnya padahal Rania sedang menatapnya balik.

Mereka kenapa sih?

Rania mulai merasa tidak nyaman, kalau bukan karna teman baru nya ia mungkin sudah pergi dari tempat dan lebih baik kelaparan dari pada harus jadi bahan perhatian orang. Beruntung, antreannya tidak terlalu panjang tinggal nunggu satu orang lagi dan Rania siap memesan.

"Pesan apa dek?" tanya Wawan pelayan sekaligus penjual dikantin.

"Satu botol soda sama roti isi yang kek biasa yaa."

Bukan, itu bukan jawaban Rania melainkan seorang laki-laki jangkung yang mengambil alih barisan antrean. Kesal, refleks Rania memukul punggung pria itu dengan sangat keras namun tidak ada apa-apanya bagi 'Delvin.

"Hei, ngantre dong!" ucap Rania kesal.

Pria itu menoleh dengan wajah tanpa dosa "kenapa ya?"

"Aksa?" refleks Rania berucap

"Ha? Siapa?"

Ini Aksa kan? Aku yakin ini beneran dia wajahnya juga mirip banget. Aku aja ingat masa dia lupa sama aku ugh benar-benar!

"Oh, lo anak baru ya?
Sekelas ama gue kan?" Tanya Delvin santai.

"Ngapain tanya-tanya?!"

"Njir galak bener"

Rania mendengus sebal, bagaimana bisa seorang Aksa bisa bicara seperti ini padanya, berbicara seolah-olah Aksa tidak pernah mengenal nya, padahal...

"Oy! Giliran lo tuh, jangan bikin orang kesal dibelakang lo udah pada ngantre tuh mau mesan," kata Delvin sambil meminum soda kaleng yang dipegangnya

Rania mendelik sebal, padahal dia sendiri yang udah bikin orang kesal karna tiba-tiba merebut barisan antrean nya

"Dimaklum ya dek, dia mah emang gitu orang nya suka nikung-nikung" kata mang Wawan selaku pelayan sekaligus penjual dikantin.

"Lah gue mah nggak nikung dia mang, dia nya aja yang jalan nya lambat. Mumpung lagi kosong ya gue pesen duluan nggak salah kan?" Delvin membantah

Plak!

"Salah tau!"

"Biasa aja dong, gausah pake pukul segala!" Delvin histeris saat Rania tiba-tiba saja memukul lengannya kiri nya.

Lagi-lagi Rania hanya mendelik, enggan untuk berdebat kemudian ia pun mulai memesan dan mengabaikan Delvin yang sedang mengomel

"Pantes pukulannya berasa, makan nya aja maruk gitu" sindir Delvin seraya pergi

Rania hendak membantah, karena sebenarnya dua bungkus mie ayam serta dua juice lemon yang barusan ia pesan itu bukanlah miliknya, tapi niatnya ia urungkan karna itu hanya akan buang-buang waktu saja meski ia kesal karna dituduh maruk.

"Nih dek, kamu anak baru ya?" tanya mang Wawan sambil memberikan kantung plastik putih yang berisi pesanannya.

"Iya pak,"

"Panggil mang Wawan aja, yang lain juga manggilnya mamang hehee.."

"Iya mang, aku Rania. Nih uangnya makasih yaa.."

Your Eyes StellsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang