5- Tekanan

23 15 0
                                    

Rania baru saja sampai di
rumahnya dengan perasaan kesal. Ia berjalan memasuki ruang tengah mendapati sang kakak, Riikey yang tengah berbaring malas di sofa.

Riikey terheran dengan raut wajah sang adik yang begitu masam, hendak bertanya namun ia terlalu malas untuk mengeluarkan suara.

"Key, key!"

Tiba-tiba Reymoon datang dengan heboh nya, dan itu membuat seorang Riikey yang tengah bersantai merasa terganggu.

"Duhh.. gawat gimana dong.." Reymoon mendudukkan pantat nya dengan tidak santai.

"Adadaah.. kaki guee!" Riikey memekik kesakitan saat tiba tiba Reymoon menduduki kaki nya dengan cukup keras.

"Eh sorry  lu jangan selonjoran makanya,"

"Apasi sofa di sana juga masih kosong ngapain duduk disini, nggak tau sempit apa, sakit nih kaki!"

"Ahh.. gue nggak peduli soal kaki lo, Rania ngambek sama gue Key gimana dong" kata Reymoon sambil mematikan televisi yang suaranya begitu mengganggu.

"Ohh pantesan tadi gue liat mukak nya kek kodok Zuma gitu."

"Siapa?"

"Rania."

"Jahat banget lo jadi abang!"

"Sadar diri dong, lo apain Rania sampe ngambek gitu?"

"Dah lah males gue ngomong sama lo." Reymoon beranjak dari sofa lalu berjalan menaiki anak tangga yang mengarah pada kamar Rania dan juga Key.

"Dih ditanya in, mau ngapain bang?"

"Ngajak Rania ke mall."

"Gue nitip cemilan dong!" Kata Riikey sambil mendudukan tubuhnya.

"Lo pengen cemilan?"

"Boleh kan bang?"

"Nazesss."

"Sialan!"

___¤♡¤___

Rania menutupi semua tubuhnya dengan selimut tebal saat Reymoon datang ke kamar nya, tidak peduli dengan baju kotor yang mengotori kasur nya.

"Ra, baju lo kotor loh mandi dulu kalo mau rebahan."

"..."

"Kenapa sih? Lo marah ya sama gue?" Reymoon duduk di bibir ranjang, menatap tubuh sang adik yang tertutup selimut.

"Gue minta maaf Ra, tadi itu gue cuma nyampein apa yang mama ucapin ke gue buat lo. Lo kenapa jadi marah gini sih? Gue nggak ngerti loh, maafin abang ya.."

Rania menyembulkan kepala nya dari balik selimut, melihat raut wajah Reymoon yang terlihat begitu menyesal Rania jadi merasa bersalah "Aku nggak marah kok sama abang, aku cuma kesel sama mama." Rania mendudukan tubuhnya, menyibak jauh selimut yang menutupi sebagian tubuh nya.

"Bang, aku mau cerita boleh?"

"Gue siap dengerin semua cerita lo," kata Reymoon sambil menyelipkan anak rambut ke belakang telinga, yang menutupi sebagian wajah cantik Rania.

"Waktu mama sama papa cerai dulu, mereka sibuk mengurusi hak asuh kita kan?, lalu kemudian papa pilih abang sama bang Key dan mama pilih aku. Abang tau, saat aku pulang ke Bandung sama mama, mama tiba-tiba saja nitipin aku ke omah dan kemudian dia berangkat lagi ke Jakarta,"

"Dia nggak pulang lagi selama tiga bulan, kau tau kan waktu itu aku masih sangat kecil. Aku butuh mama, aku tau mama sedih karna perceraian itu tapi aku lebih sedih lagi karna harus terpisah seperti ini."

Reymoon hanya diam saja, mendengar semua kata yang gadis itu ucapkan dengan tenang.

"Setelah tiga bulan mama menghilang, dia datang lagi sambil bawa seorang pria yang iya sebut sebagai kekasih baru nya. Aku datang nyamperin mama lebih dulu, aku butuh banyak penjelasan darinya, namun mama malah bilang...'Kamu masih kecil Rania, jangan ikut campur urusan orang tua. Kamu tinggal aja di sini sama oma ya, mama mau nikah sama om Danu jangan khawatir mama akan transper uang untuk semua keperluan kamu, kalo kamu bosan mama akan beliin kamu mainan yang banyak' hati aku sakit bang. Aku nggak butuh semua itu, aku butuh mama!"

Air mata yang sejak awal Rania tahan akhirnya tak terbendung lagi, hingga sebulir air mata jatuh membasahi pipi lembutnya namun dengan cepat Reymoon menghapus jejak air mata itu dengan ibu jarinya.

"Waktu bang Rey datang ke Bandung buat jemput aku dengan alasan oma sudah mulai tua dan nggak sanggup lagi buat jagain aku, sebenernya aku masih ragu bang karna aku takut bertemu dengan 'wanita itu lagi. Tapi, hidup dengan oma malah bikin aku semakin tertekan. Bang aku mohon, jangan pernah sebut-sebut mama lagi karna aku nggak suka."

"Apa yang bikin lo sakit Ra?" Tanya Reymoon dengan suara yang sedikit melemah, ia merasa tidak tega dengan adik bungsu nya ini.

"Aku dibuly! Saat pengambilan Raport pertamaku semua orang tua murid hadir, sedangkan aku nggak. Bahkan dari tahun ke tahun sitiap pengambilan raport mana, Mama nggak pernah sekalipun dateng. Hanya oma yang selalu setia jadi wali aku, aku iri sama temen-temen aku bang hiks aku iri sama mereka yang mempunyai keluarga yang utuh, hati aku sakit bang, abang nggak akan ngerti,"

"Gue ngerti."
Hati Reymoon terasa teriris sangat mengetahui bahwa selama ini adiknya menderita

"Abang ngak akan ngerti!"

"Gue ngerti Ra!"

"Apa! Selama ini kau hidup senang, tinggal sama papa menghabiskan waktu sama papa, juga menyaksikan pemakaman papa. Bahkan saat papa meninggal pun aku hanya bisa menangis meraung di kamar karna mama nyuruh oma buat larang aku untuk pergi kesini."

"Apa.. lo iri sama gue dan juga...Key?"

"Iya!"
"Ini nggak adil buat aku bang!"

Reymoon menarik Rania kedalam pelukannya, memberinya ketenangan sambil mengusap lembut punggung wanita itu.

"Gue minta maaf."

"Abang macam apa gue yang nggak becus baca pikiran adek nya sendiri, kalo dari awal gue tau lo kaya gini, mungkin gue udah bilang sama papa buat jemput lo di Bandung"

"Aku benci oma hiks, dia selalu kurung aku di kamar karna dia kira aku balakan kabur kalau main diluar"

"It's okey lo udah bebas sekarang."

"Tapi aku lebih be-"

BRAK!

Tiba-tiba saja Riikey datang menggebrak pintu kamar Rania dengan tidak santai. "Loh kenapa nih, kok main peluk-pelukkan? Lagi ngedrama kah? Gue pikir lo berdua udah pergi ke mall"

"Terus kenapa kalo gue sama Rania udah pergi?" tanya Reymoon sambil melepaskan pelukanya.

"Emm.., gue mau pinjem kamar Rania buat pemotretan, kamar gue lagi berantakan karena abis ngerjain tugas makalah. lo tau kan selebgram kayak gue harus banyak gaya."

"Hilih."

___¤♡¤___

JANGAN LUPA UNTUK MENINGGALKAN JEJAK =>☆<=

Your Eyes StellsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang