6- Perpustakaan

23 15 1
                                    

Matahari masih belum sepenuhnya menampakan diri, udara dingin membuat Rania semakin tersiksa pagi ini. Dia terpaksa harus berangkat sekolah sepagi ini karna Reymoon harus mendatangi meeting dadakan diluar kota, Reymoon itu Ceo muda yang sangat berwibawa dalam hal apapun itu yang Rania banggakan dari abangnya dan ia baru menyadarinya hari ini.

Senyum manis terukir di wajah Rania saat ia teringat akan pesan abangnya tadi, Dia begitu posesif dan itu membuat Rania merasa sangat bersyukur

"Pulang nanti lo telfon Key, suruh dia jemput. Jangan pulang sendirian, abang bakalan seminggu di Surabaya, bilang sama abang kalo Key macem-macem. Jangan lupa makan, angkat kalo nanti gue telfon kalau pun itu tengah malam, ingat!"

Begitulah pesan Reymoon sebelum ia berangkat ke Surabaya, Rania seperti mendapatkan sosok ayah baru yang mengisi ke hampaan hati nya selama ini.

"Kakak!"

Rania menoleh kebelakang, mendapati Shana yang sudah berdiri di belakang nya. Memakai seragam yang rapi seperti dirinya, kedua tanganya penuh memegang buku.

"Kenapa?" tanya Shana yang heran dengan ekspresi Rania.

"Kamu yang kemarin?"

"Iya, apa kita perlu kenalan lagi?"

"Nggak usah aku ingat kok, kamu Shana 'kan?"

"Terimakasih sudah mengingat namaku kakak"

"Hei! Kenapa harus membungkuk!"

"Karna aku harus menghormati senior,"

"Kamu ngomong apa si, oh iya kamu sering berangkat sepagi ini?"

"Tentu saja. Itu karna aku gemar membaca, jadi aku berangkat pagi karna harus mengembalikan buku-buku ini sebelum petugas perpustakaan datang,"

"Kenapa?"

"Karna aku udah melanggar aturan, aku meminjam banyak buku perpustakaan sedangkan petugas perpus hanya memperbolehkan satu buku saja."

"Kamu nakal ya." goda Rania.

"Bukan nakal, aku itu terlalu pandai."

Ternyata dia asik juga, kayaknya aku harus mulai terbiasa. Meski agak risih jika harus dipanggil kakak huh.

"Aku juga suka baca buku loh,"

"Benarkah? Kalau gitu mau nggak temenin aku ke perpustakaan?"

Rania melirik sekitaran orang-orang belum berdatangan, hanya ada dirinya dan juga Shana. Ikut ke perpustakaan dengan Shana tidak jadi masalah kan?

"Boleh."

"Terimakasih kakak!"

"Sudah kubilang jangan membungkuk!"

. . .

"Loh ko nggak di kunci?" Shana bergumam tapi Rania mendengar.

"Kenapa emang?"

"Emm.. hanya aku yang memegang kunci cadangan, apa jangan-jangan petugas perpus sudah datang? Aduh gawat!"

"Kita coba masuk aja,"

Shana dan juga Rania mulai memasuki perpustakaan, melirik ke sekitaran sepertinya tidak ada orang disini. Apa petugas perpustakaan lupa mengunci pintunya?

"Perpustakaanya luas juga ya,"

"Sstt.. kakak, pelankan suara mu" bisik Shana.

"Kenapa disini 'kan nggak ada orang?" Rania malah ikut berbisik.

Your Eyes StellsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang