Rania meraih jaket hoodie berwarna abu-abu yang menggantung di lemari nya. Malam ini puku 19:30 rencananya Rania ingin main keluar rumah dan pergi ke gramedia untuk membeli buku novel serta komik terbaru nya.
"Eh Ra! Mau ke mana?" Suara berat itu mengejutkan Rania.
Rania mendengus karena jengah dengan seruan Riikey yang selalu membuat nya terkejut. Ia lantas menoleh ke belakang, mendapati seorang lelaki yang tengah berbaring di sofa dengan plastik sisa makanan yang berserakan diatas meja.
"Iw, abang jorok banget si?"
"Lo yang beresin nanti."
"Dih?"
"Itu lo mau kemana gue tanya?" Riikey merubah posisinya jadi duduk, rambut nya terlihat kusut dan berantakan ia tertidur sejak tadi sore dan aneh nya dia masih terlihat tampan.
"Main." Jawab Rania.
"Main kemana si? Udalah jangan bikin gue repot, nanti kalo ada apa-apa gue yang dimarahin sama bang Rey."
"Nggak jauh kok bang, cuma ke toko buku abis itu balik lagi. Udah."
"Yaudah jangan jauh jauh!" Pesan lelaki bernama Riikey itu kemudian ia kembali merebahkan tubuhnya di atas sofa.
___¤♡¤___
Rania sudah sampai di toko dengan berjalan kaki. Tempat nya juga tidak jauh dari rumah nya, namun sayang nya tidak ada satupun buku yang dia cari. Rania malah mendapat makian dari penjaga toko nya. Karena Rania yang terus mendesak dan menanyakan buku yang dicari nya,
Salah dia sendiri sih sudah jelas buku nya tidak ada, tapi Rania terus saja mempertanyakannya hingga penjaga toko nya itu merasa risih. Kemudian Rania pun keluar dari toko itu dengan kecewa.
"Gapapa deh jalan jalan aja, siapa tau di depan sana ada toko buku lagi." Gumam nya.
Rania terlihat begitu menikmati dinginnya angin malam, hoodie yang ia kenakan seakan tidak mempan untuk menepis sentuhan dingin yang membuat bibirnya gemetaran. Namun tetap saja, Rania sangat menikmati. Ini pertama kalinya ia menghirup udara malam kota Jakarta, terlihat indah dengan banyak nya lampu lampu hias yang berjajar di trotoar.
Merasa lelah Rania duduk di bangku yang ada di trotoar, ia baru menyadari sejauh mana ia berjalan hingga membuat kaki nya terasa pegal.
Sambil duduk, Rania memijat pelan betis nya agar pegal nya itu sedikit mengurang.
"Tin!"
Suara klakson membuat Rania sedikit terkejut, tepat di hadapannya ada sebuah motor yang ditumpangi dua orang.
"Hei cantik, kaki nya kenapa tuh?" Sapa salah satu lelaki itu dengan genit.
"Pegel om." Jawab Rania.
"Oh mau om pijitin nggak?"
"Gak usah."
"Ayo ikut om aja nanti om pijitin," sahut pria yang satu nya
"Gamau! Aku teriak nih!" Rania menghardik.
"Sok jual mahal banget sih, kecil- kecil udah jadi jalang. Ngapain coba malem malem gini duduk di trotoar kalo nggak jual diri?" Seru lelaki yang mengemudi motor.
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Eyes Stells
Teen Fiction[ON GOING] Ini cerita fiksi. Karya pertama yang saya buat, semoga kalian suka. . . . Rania tidak pernah menyangka kalau sahabat kecil nya 'Aksa bisa lupa bahkan tidak mengingat sedikitpun tentang dirinya. Aksa adalah sahabat kecil Rania, mereka semp...