4- Shana

48 21 6
                                    

"Lo bawa kendaraan sendiri Ra?" tanya Jingga sambil memakai tas sekolahnya, siap untuk meninggalkan kelas karna pembelajaran telah selesai.

"Nggak, aku dijemput bang Rey" jawab Rania sambil memasukan buku terakhirnya kedalam tas.

"Oohh gitu, gue sama Biru duluan ya" pamit Jingga.

"Kalian adik kakak?"

"Nggak lah,"

"Kita satu komplek, pulangnya searah. Makanya gue suka nebeng sama Jingga" kata Biru seraya pergi.
.
.
Rania berdiri didepan gerbang sekolah, menunggu seseorang datang menjemputnya. Rania yakin Reymoon tidak akan melupakan janji nya dan mungkin sebentar lagi abangnya itu akan segera tiba.

Sudah lima belas menit Rania berdiri di tempat, tidak kuat menahan panas, akhirnya Rania memutuskan untuk masuk kembali ke area sekolah untuk sekedar menepi dari panasnya sinar matahari

Saat berjalan menuju pohon besar yang tempatnya tidak jauh dari pintu gerbang, Rania tidak sengaja menginjak sebuah kunci motor dengan gantungan kunci yang lucu seperti boneka babi.

Diam-diam Rania mengambil kunci itu lalu memperhatikan sekitaran, ia khawatir pemiliknya sedang kesusahan mencari kunci nya, menyadari tidak ada satupun orang disana Rania memutuskan untuk membawanya.

Khawatir Reymoon sudah sampai didepan gerbang, Rania kembali berjalan ke arah pintu keluar untuk sekedar mengecek apakah kakaknya itu sudah sampai atau belum, namun hasilnya tetap saja nihil karna kenyataannya mobil Reymoon tidak ada disana.

Seorang laki-laki berbadan kurus, berjongkok di area semak-semak seperti sedang mencari sesuatu. Dalam hati  Rania perpikir kalau pria itu sedang mencari kunci yang tadi ia temukan di dekat pohon besar, terbukti dengan gantungan kunci nya yang bertemakan boneka babi itu sama dengan gantungan kunci yang cowok itu pasang di tas sekolah nya.

"A-apa kamu kehilangan kunci?"

"Yatuhan! Bikin kaget saja." Cowok itu tersentak kaget, ia sontak merubah posisinya jadi berdiri- berhadapan dengan Rania.

Betapa kagetnya Rania saat menyadari tubuh cowok itu sangatlah tinggi, bahkan tinggi badan Rania hanya sedada nya saja. Cowok itu benar-benar sangat tinggi dimata Rania, ia sampai terkagum-kagum sekaligus ngeri.

"Maaf tadi kamu bilang apa?" Tanya cowok itu sedikit canggung

"Tadi disana aku nemu ini, apa kunci ini punya kamu? Aku lihat kayak nya kamu lagi nyari sesuatu di sini,"

"Wahh gilak! Itu beneran punyaku, untung lahh.. aku udah cape nyari dari tadi."

"Aahh.. ini," Rania memberikan kunci itu pada pemiliknya, cowok itu benar-benar merasa sangat senang terbukti dengan ekspresi wajahnya yang seketika menjadi cerah.

"Kayaknya, kamu anak baru ya?" Tanya cowok itu.

"Memang."

"Oh, kelas berapa?"

"Dua belas Mipa empat" jawab Rania seadanya.

"Du-dua belas?"

"Iya, kenapa?"

"Wuahh sungkeman kepada kakak kelas, terimakasih sudah menolong ku kakak!" pria itu membungkukkan tubuhnya tepat dihadapan Rania.

"Eh! K-kamu kenapa?!"

"Kakak siapa nama mu?"

"Kakak? Jangan panggil aku kakak, rasanya aku berasa sangat tua." Rania mendengus ringan.

"Namaku Shana, orang-orang sering memanggil ku Dana aku dari kelas sepuluh IPS dua. Senang bertemu dengan mu kakak!" Lagi-lagi anak itu memanggilnya kakak, dan itu membuat Rania merasa sedikit kesal

Your Eyes StellsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang