12. Mango Cheesecake

2.2K 393 9
                                    

(Kenapa kamu memberikan rasa asam di tengah manisnya kisah kita?)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Kenapa kamu memberikan rasa asam di tengah manisnya kisah kita?)

Entah ini halusinasi atau apa, tapi rasanya wajah Ray berubah menjadi ungu mendengar ucapan Soka. Sebelum dia meledak, ponselku berbunyi. Ada nama Mas Bas di caller id. Sambil mendelik pada Ray yang pasti meninggalkan ponselnya, kuangkat telepon itu.

Mas Bas ternyata hanya mengingatkan kalau kami ada meeting dengan bagian produksi untuk membahas syuting iklan Soka. Selain itu ada deadline yang harus aku berikan sebelum jam lima. Ini gawat! Aku belum mengerjakan apa pun untuk deadline sore ini.

"Soka, I'm sorry. I got to go. Next time kita ngobrol-ngobrol lagi ya. Oh ya, terpaksa aku bawa Ray ya. Dia juga dibutuhkan untuk meeting sebelum kita iklan perusahaan kamu. Nanti aku hubungi ya? See ya!" seruku sambil menepuk bahunya dan menyeret Ray. Kami sempat berhenti di kasir untuk membayar pesanan lalu pergi. Soka sempat melambaikan tangannya padaku sebelum kami keluar dari restoran.

Ray mendesah seakan lelah dan menyandarkan tubuh tingginya di dinding lift. Berhubung jam istirahat sudah lama lewat, kami hanya berdua saja. Aku sibuk memeriksa diri di kaca lift. Tidak ada cabai menyelip di gigi, itu bagus!

"What is that, Illa?" tanyanya lelah.

"Apa yang apanya, sih?" Aku balas bertanya dan menemukan Ray dengan raut wajah yang sulit kuartikan. Sungguh aku bingung melihat kelakuan Ray.

"Lo berhubungan dekat sama Soka? Lo suka dia?"

"Duh, Mande! Aku jadi kaya punya kakak cowok yang sangat protektif."

Daripada menghancurkan mood, kuabaikan saja pertanyaan Ray sementara tanganku mencubit pinggangnya. "Jangan ngaco-ngaco kalau mikir. Mendingan ini pikirin kerjaan gue. Haduh! Gue belum selesai untuk copywriting startup baru itu. Gimana, dong?"

Begitu pintu lift terbuka, aku langsung melesat meninggalkan Ray. Mendadak panik dengan kerjaanku yang masih menumpuk. Sungguh, aku tidak melihat bagaimana wajah Ray yang berubah saat berjalan pelan di belakangku.

Sepanjang sisa hari, aku hampir tidak memikirkan percakapan aneh antara Soka dan Ray waktu makan siang. Mas Bas memintaku mengganti konsep copywriting untuk startup baru. Kemudian aku harus mengikuti meeting produksi. Konsep iklan untuk Cheeze Bakehouse ada dua macam. Pertama, konsep yang berhubungan dengan gerainya langsung dan yang kedua adalah konsep di alam bebas. Soka sendiri memang meminta agar dua konsep itu dilakukan.

Menjelang jam enam sore, aku berjalan dengan langkah lunglai ke meja kerja. Rasanya setelah ini enak kalau minta pijat Mande. Tiba-tiba aku ingat kalau sedang kabur dari rumah. Aku mengambil ponsel dan mencoba bicara dengan Mande. Rasanya seperti anak durhaka, kabur dari rumah lalu tidak telepon-telepon.

A Cheezy Love (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang