SAH

714 97 25
                                    

Aku masih sangat mencintaimu, tetapi keadaan memaksaku untuk membencimu. Dan itu sangatlah menyakitkan.

🌻🌻🌻

Satu pekan berlalu. Setelah berusaha dengan keras, akhirnya Tari berhasil meyakinkan ibu dan bapaknya. Jika terjadi sesuatu pada Lala dia tidak akan pernah memaafkan dirinya sendiri, perkara Faisal dia tidak peduli.

Melihat putrinya diliputi perasaan bersalah, keduanya pun terpaksa memberikan restu. Meski dalam hati mereka sungguh tidak rela putri kesayangannya harus menjadi madu dari sahabatnya sendiri.

Tak lama dari Imam memberikan restunya, keduanya segera melangsungkan pernikahan. Di rumah sakit selepas salat jumat, tepat di depan Lala yang terbaring di atas ranjang, ijab kabul itu digelar. Hanya dihadiri keluarga, sesuai izin dari pihak rumah sakit. Tanpa dihadiri Fatan yang sengaja dititipkan pada Adeeva. Tanpa pula dihadiri kedua kakak Tari, yang memang belum diberitahu. Tari yang meminta ibu dan bapaknya untuk tidak memberitahu mereka dulu, karena ia tahu Awan dan Langit pasti akan menentang keras pernikahan itu. Ia juga tidak siap melihat kemarahan kedua kakak yang dulu sangat menyayanginya.

Akad nikah sudah siap untuk dilaksanakan. Faisal sudah menjabat tangan calon mertuanya. Tatapannya kosong, tidak ada sedikit pun kebahagiaan yang tampak dari raut wajahnya. Sejak awal bukan pernikahan seperti itu yang mereka inginkan. Bukan dengan cara seperti itu mereka ingin bersatu. Namun, catatan takdir mengharuskan mereka bersatu dengan cara yang begitu menyakitkan.

"Ucap basmalah dulu," titah penghulu, Faisal tidak memberikan respons.

Tari menunggu di luar bersama Ainun dan Sri. Ia hanya mengenakan gamis syari berwarna putih tanpa riasan wajah seperti layaknya seorang pengantin. Air mata berusaha ia tahan agar tidak jatuh di hadapan mereka. Sementara Imam, selaku wali ia berada di dalam bersama dengan yang lainnya.

Suasana semakin tegang menjelang diucapkannya ijab kabul. Faisal menarik napas dalam-dalam.

"Bismillahirrahmanirrahim, saya terima nikah dan kawinnya Mentari Rahayu Kusuma binti Imam Jaya Kusuma dengan mas kawin seperangkat alat salat dan Alquran dibayar tunai!"

Dalam satu tarikan napas, Faisal berhasil mengucap ijab kabulnya atas nama Tari. Kini, perempuan yang pernah menjadi yang terpenting dalam hidupnya telah resmi menjadi istri keduanya secara agama. Air mata Imam jatuh saat itu juga. Laki-laki yang duduk di hadapannya telah resmi mempersunting putri kesayangannya. Tubuh pria tua itu melemas. Hatinya sakit menyaksikan nasib putri kesayangannya.

"Pak Imam, baik-baik saja?" tanya Hanif setelah menangkap tubuh Imam yang kini menjadi besannya, saat ia hampir saja jatuh.

Dibantunya Imam untuk duduk. Yuni lekas memberinya minum. Napas pria tua itu tidak beraturan. Sebagai seorang ayah hatinya hancur. Entah dosa apa yang telah dia perbuat, sehingga Allah menghukumnya dengan memberikan putrinya ujian yang tak ada hentinya. Batinnya menjerit tak kuasa menahan sakit.

Sri dan Ainun membawa Tari masuk setelah diberitahu bahwa ijab kabul telah terlaksana. Air mata Sri tak bisa dibendung lagi. Ia dan Ainun tak lepas menggenggam tangan perempuan yang kini resmi menjadi istri kedua Faisal. Ia berjalan di apit oleh kedua ibunya. Tatapan Tari kosong, tidak ada sedikit pun kebahagiaan dalam hatinya. Sama seperti yang Faisal rasakan.

Laki-laki itu tidak pedulikan kedatangan Tari. Ia langsung hampiri Lala yang berurai air mata. Bahkan saat mertua barunya hampir pingsan, Faisal sama sekali tidak berkutik. Dia diam seolah buta dan tuli. Sampai saat penghulu membaca doa, laki-laki itu tetap menjadi patung.

Redupnya Sinar MentariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang