Permintaan Lala

799 91 19
                                    

Assalamualaikum, semuanya. Sebelum kalian baca aku mau sapa kalian dulu. Btw, aku mau ajukan Beberapa pertanyaan. Di jawab, ya.

1. Kalian domisili dari mana aja, nih?

2. Alasan kalian suka baca buku terutama novel apa, sih?

3. Kalian sukanya genre apa aja, terus tim sad atau happy ending?

4. Untuk cerita Redupnya Sinar Mentari ini, sampai terakhir aku post menurut kalian seperti apa ceritanya? Membosankan atau tidak? Jawab, ya. Aku butuh banget pendapat kalian.

Terima kasih untuk yang sudah bersedia meluangkan waktu membaca cerita-ceritaku. Jangan lupa tinggalkan jejak dan tag teman kalian buat ikutan baca RSM. Tag sebanyak-banyaknya. Happy reading.

🌻🌻🌻

Lala terbaring lemah di atas tempat tidur. Dokter menyatakan kondisinya baik-baik saja. Dari hasil CT Scan tidak terjadi apa-apa pada kepalanya. Hanya ada sedikit luka robekan di dahinya. Kakinya pun sudah terpasang gips. Faisal selalu berada di sampingnya, enggan meninggalkan perempuan bertubuh mungil itu meski hanya sejenak. Laki-laki yang memiliki hobi bekerja itu rela meninggalkan pekerjaan demi menjaga istrinya.

Berhari-hari menjaga Lala di rumah sakit, wajahnya terlihat lelah. Dia sampai tertidur di samping tempat tidur Lala dengan tangan tidak lepas menggenggam tangan perempuan yang telah dinikahinya beberapa bulan yang lalu. Dibelainya kepala Faisal dengan begitu lembut. Lala merasa bersalah, karena sudah membuat suaminya kehilangan waktu untuk istirahat demi menjaganya. Merasakan sentuhan pada kepalanya, Faisal perlahan membuka mata.

"Kenapa, Sayang? Apa kamu butuh sesuatu?" Faisal bertanya seraya membelai wajah istrinya.

Lala menggeleng pelan. "Sudah tiga hari aku terbaring di sini, kenapa Tari tidak pernah datang, Mas?"

"Cukup, Sayang. Jangan cari dia lagi." Faisal menatapnya dalam.

"Aku mohon, Mas. Bawakan Tari untukku."

Dalam keadaan lemah, Lala terus memohon. Faisal kesal dengan sikapnya. Berulang kali dia tegaskan untuk tidak menyebut nama perempuan itu lagi.

"Sal ... bukan saatnya untuk kamu egois. Biarkan mereka bertemu, Nak." Yuni yang baru datang, langsung menyambung.

Faisal pun memalingkan wajah. "Baiklah!"

Terpaksa dia menuruti permintaan Lala. Dikecup kening istrinya sebelum pergi. Dalam perjalanan ia terus bergulat dengan batinnya sendiri. Sejujurnya ia tak bisa bertemu dengan Tari. Menyesal dia sudah bersikap kasar padanya. Pikirannya berkelana, berhenti pada saat dia datang untuk melamar Tari. Dia datang dengan penuh percaya diri dan pulang dengan kecewa yang tak bertepi. Setetes air matanya terjatuh, perempuan yang kini memenuhi pikirannya itu telah membunuh mimpinya, membuat dirinya tidak bisa hidup tenang selama bertahun-tahun.

Faisal seka wajahnya dengan kasar, ia seharusnya tidak sepenuhnya menyalahkan Tari untuk kisah masa lalu mereka. Mungkin memang takdir mereka bukan untuk bersatu. Tidak lama, mobil yang dikendarainya berhenti tepat di depan toko milik Adeeva. Faisal tidak langsung turun. Ada perasaan yang mengganjal dalam hatinya. Perasaan yang tidak akan pernah bisa dipahami selain oleh dirinya sendiri.

Laki-laki itu menghela napas panjang dan mengembuskannya secara perlahan, lalu ia turun dan langsung masuk. Kebetulan sekali, Tari sedang berjaga di depan. Pandangan mereka otomatis bertemu. Perempuan penyuka bunga itu terkejut dengan kedatangan Faisal.

Redupnya Sinar MentariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang