8

24.4K 3.4K 444
                                    

Kau tak akan bisa memiliki diriku lagi
Diam dan pergilah

14 Februari 2003

Seorang bocah laki-laki bersembunyi di balik sosok pria tampan. Ia agaknya malu untuk bertemu dengan sosok baru yang nantinya akan mengurusnya, seperti apa yang ayahnya katakan.

"Beri salam pada Bibi Yoona, Yoonoh." Ucap yang lebih tua dengan lembut, yang dipanggil Yoonoh hanya menunduk malu sambil keluar dari balik punggung sang Ayah.

"Yoonoh-ya, jangan malu dengan Bibi, anggap saja aku ibumu." Yoona berjongkok, mensejajarkan dirinya dengan bocah gembul itu. Tangannya mengusap pelan pipi tembam Yoonoh. "I-iya, maaf bibi." Ucap Yoonoh pelan.

Ia lalu mendongak, namun tatapannya jatuh pada sosok bocah manis bermata doe di sebelah Yoona, yang tersenyum sambil memeluk sebuah boneka.

Menyadari tatapan Yoonoh yang tidak berfokus pada dirinya, Yoona lantas menggeser tubuh sambil tersenyum. "Mau berkenalan dengan anak Bibi?" Tanya Yoona, Yoonoh mengangguk malu.

Bocah bermata doe itu melangkah lebih dekat, tangan mungilnya terulur hendak menjabat tangan Yoonoh. Senyuman terukir di wajah manisnya, "Annyeong, aku Lee Taeyong. Namamu Yoonoh 'kan? Nanti kita main bersama ya!" Bagai sihir yang dapat mematahkan kutukan apapun, Yoonoh tersenyum sampai kedua lubang cacat di pipinya terlihat kala Taeyong menjabat tangannya penuh antusias.

"Senang bertemu denganmu, Yongie."

Keduanya berbagi pelukan hangat dengan Yoonoh yang tak hentinya mengukir senyuman.

•••

"TEN?" Taeyong berteriak saat pintu terbuka, dan sahabat manisnya yang terlihat dari sana.

Ia lantas menarik masuk sosok mungil itu, kemudian memeluknya erat. "Kau bilang sudah ada janji dengan Jungwoo!" Gerutu Taeyong saat ia menjauhkan tubuh, Ten terkekeh geli. "Hanya iseng, membuatmu menunggu sendiri sepertinya menyenangkan." Ucapnya jail.

"Yak!" Taeyong mencubit pelan pipi Ten, "Ayo, ke kamarku. Aku hampir saja mati kebosanan tadi, untung saja ada novel yang menyelamatkan ku." Taeyong bercerita sedang tangannya menuntun Ten menuju lantai dua.

"Apa bedanya dengan menungguku tanpa melakukan apa-apa. Membaca novel itu membosankan Yongie." Ten heran kenapa sahabatnya begitu menyukai cerita-cerita fiksi yang selalu membuat Ten mual saat membacanya.

"Kau tak pernah tau apa yang aku dapatkan dari membaca novel-novel itu selama berjam-jam."

"Apa?"

"Banyak, pengetahuan salah satunya. Aku jadi tau kalau sebenarnya iblis bisa jatuh cinta." Taeyong terkekeh, sedang Ten hanya memutar mata bosan. "Itu hanya cerita fantasi Yongie, jangan terlalu percaya. Lagipula memangnya makhluk seperti mereka mempunyai hati?"

Terkadang Ten heran, sejauh mana imajinasi Taeyong berkembang sampai hal aneh begitu saja bisa ia percaya. "Aku juga tidak yakin apa mereka tau kata cinta atau tidak. Iblis hanya makhluk keji tak berperasaan."

Taeyong mengendikan bahu, lebih memilih diam daripada harus berdebat dengan Ten yang notabene nya penuh dengan segala hal tentang logika.

Keduanya sampai di kamar Taeyong, Ten langsung menerjang kasur. Berbeda dengan Taeyong yang beralih pada cermin. Ten lantas menatap sahabatnya.

"Yongie." Panggilnya pelan.

"Hm?" Taeyong masih terfokus pada cermin di hadapannya, dengan jemari yang menyentuh kalung. "Sejak kapan kau memakai kalung?"

Obsession ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang