"Semesta itu lucu, Arka. Ada dua orang yang tak pernah bercengkarama, tapi akhirnya bisa saling bersama." ~ Malfay
🏈
Markas The Red Bulls tidak jauh dari gugus Muhammad Hatta. Harusnya, semudah itu untuk memasukan formulir tersebut ke kotak pendaftaran.
Akan tetapi, hal tersebut terasa berat bagi gadis bernama Malfaya Adisty. Padahal, tersisa dua ruangan lagi hingga papan nama The Red Bulls terpampang besar menyambut langkahnya.
Ia meneguk ludah, kelu. Langkahnya terasa berat menuju ruangan tersebut.
Selepas demo ekskul dan pembagian formulir pendaftaran ekstrakulikuler, ia sempat bertapa muka dengan Arka. Lagi-lagi, cowok itu memperingatkan.
"Jangan lupa gabung The Red Bulls buat tanggung jawab."Hal tersebut tentunya membuat Malfay menyesal telah masuk ke lingkaran problematika di hari terakhir masa orientasi.
Sesampainya di ruangan bertuliskan The Red Bulls dengan huruf kapital timbul, Malfay meremas formulir pendaftarannya. Ragu menyergap dirinya sesaat. Gadis itu lantas mengintip ke jendela markas. Berharap ada satu-dua perempuan yang bergabung dengan ekskul tersebut.
Realitanya, di antara tiga belas orang yang saling bercengkaram di dalam, tidak ada satu pun kaum hawa."Mampus! Kenapa isinya cowok semua, dah," gumam Malfay, tanpa sadar.
Karena terlalu lama mengintip di balik jendela, kehadiran gadis berkepang dua tersebut disadari oleh seorang pria berkulit coklat khas orang Indonesia bagian timur. Cowok itu lantas tersenyum kepadanya, tulus. Perangainya terlihat ramah.
"Hai! Mau gabung The Red Bulls?" tanyanya bersemangat.
Tanpa dikomandoi, semua pasang mata lantas tertuju ke Malfay. Tak terkecuali, Arka yang sedang memasang senyum miring seraya mengangkat telapak tangan kanan. Memperlihatkan luka lecet akibat ulah Malfay.
"WIDIH, ADA CEWEK YANG GABUNG THE RED BULLS!" pekik Nugraha heboh seraya berlari kecil menuju Malfay.
Cowok bertubuh jangkung itu menjulurkan tangan seolah mengajak high five.
"Jones, sih, lu, ada cewek cantik dateng langsung serobot," komentar Mario tapi pada akhirnya menyusul Nughraha juga.
"Hai! Salam Kenal. Selamat dateng di The Red Bulls. Di sini, kesengklekan lo bakalan diuji!" Nugraha merentangkan kedua tangannya, mempersilahkan Malfay masuk ke dalam markas---yang lebih mirip kandang singa lantaran seluruh populasinya berisi kaum adam.
Sedangkan, Mario membukakan pintu markas klub The Red Bulls lebar-lebar.
"Kok diem aja, sih? Yuk, masuk." Kepala Gilang tiba-tiba menyembul dari dalam pintu. Cowok itu menarik lengan Malfay riang---yang disambut dengan teriakan teman-temannya menyelamati Malfay atas bergabungnya dengan tim The Red Bulls.
"Guys, minta perhatiannya sebentar, dong." Arka tiba-tiba mengambil alih pembicaraan. Cowok berwajah tengil itu merangkul bahu Malfay sok akrab. "Saat ini, kita punya manajer baru, lho."
Sorak sorai sontak memenuhi atmosfer ruangan. Siulan terdengar dari beberapa orang. Hal tersebut tentu membuat senyum Arka semakin mengembang.
Jangan tanyakan perasaan Malfay untuk saat ini.
Bingung? Jelas.
Takut? Tidak usah ditanya. Bagaimana tidak? markas ini berisi 99% kaum adam!
Kesal? Sudah pasti. Karena jika bukan ide gila Arka, ia tidak akan terdampar di markas The Red Bulls.
Maka, untuk menetralisir perasaannya yang campur baur, Malfay memilih bungkam. Gadis itu hanya bergeming ketika dirangkul Arka di hadapan 12 anggota The Red Bulls.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tap ... Tap ... Trap!
Teen Fiction[Bukan Tentang Cinta-Cintaan] Tap ... tap ... kamu diburu waktu. Tap ... tap ... semesta memaksamu menghentikan angan. Tap ... tap ... kebahagiaanmu direnggut secara perlahan. Tap ... tap ... mimpi-mimpimu dipatahkan nyaris tak bersisa Trap! Kamu me...