Last Letter

3.5K 200 6
                                    

"Maaf Lisa, kita harus mengakhiri hubungan ini"

Lisa terpaku mendengar ucapan Sean, kekasihnya, dirinya antara mencerna dan masih tak percaya.

Kenapa? Lisa salah apa?

"Tapi kenapa?" hanya itu yang keluar dari mulut Lisa, meminta Sean menjelaskan maksud ini semua.

"Jujur, hubungan ini membosankan, semua terasa hambar akhir-akhir ini. Sampai pada akhirnya aku bertemu Karina, aku tau aku bahagia bersamanya, dan aku menginginkan Karina dalam hidupku. Awalnya aku pikir aku mencintai kamu, tapi ternyata aku salah, setelah bertemu dengan Karina aku menemukan cinta padanya. Maaf, aku memilih Karina"

Lisa menatap perempuan yang dari tadi berdiri di samping  Sean, tangan Sean melingkar dibalik pinggang perempuan itu, Lisa yakin pasti perempuan itu yang bernama Karina.

"kami akan segera menikah" ujar Sean "dan aku harap kamu melupakan tentang kita."

Sean menyudahi ucapannya, tanpa berkata apapun lagi, ia beranjak meninggalkan Lisa dengan merangkul perempuan disampingnya.

Lisa masih pada posisinya, menatap kepergian laki-laki itu bersama wanita yang katanya ia cintai. Padahal Lisa masih ingat betul, kata cinta untuknya juga sering keluar dari mulut yang sama.

Menikah?

Bahkan secepat itu?

Sebenarnya sudah berapa lama Sean menjalin hubungan dengan perempuan itu?

Menyadari dirinya dikhianati, Lisa tidak menyangka ternyata rasanya akan sesakit ini. Lisa membayangkan bagaimana Sean menyentuh perempuan itu dengan kedua tangannya yang juga menyentuh Lisa, bibir Sean mengecup perempuan itu seperti mengecup dirinya, dan bagaimana tubuh perempuan itu berada dalam pelukan Sean seperti dirinya juga, dan yang paling menyakitkan lagi adalah ketika Lisa membayangkan bahwa mereka bercinta di sepanjang malam, seperti yang ia dan Sean lakukan juga. Lisa yakin, hubungan mereka juga pasti telah sejauh itu, buktinya mereka akan segera menikah.

Tidak, Lisa tak lagi bisa menahan air matanya membayangkan itu semua.

Untuk pertama kalinya, lelaki itu membuatnya menangis. Tiga tahun bukanlah waktu yang singkat, Lisa sudah terlalu jatuh pada Sean. Sudah terlalu banyak mimpi yang mereka rencanakan dimasa depan, tapi hari ini Sean  meruntuhkan mimpi-mimpi mereka secara paksa.

Yang paling aku sesali adalah, karena kamu pergi dengan cara yang menyakitkan, kamu pergi sebagai seorang pengkhianat. Kamu, seseorang yang pernah berjanji akan menjadi pengobat luka dan penghapus air mataku, nyatanya hari ini kamu yang membuatku terluka dan menjatuhkan air mata. Kini aku hanya bisa berdoa untukmu, semoga kamu bahagia dengan pilihanmu.

-----

Pada akhirnya, kita hanyalah dua orang asing. Tapi aku tidak akan lupa bahwa pernah ada seseorang yang selalu ada untukku, selalu mendengarkan keluh kesahku, selalu memberi kenyamanan, dan menjadi orang paling mengerti seperti apa hatiku. Kau telah mengambil keputusan, bahwa kita tak bisa lagi menetap dalam ruang hati yg sama. Kau telah utuh dengan rasa bosanmu dan aku telah hancur dengan rasa kecewa darimu. Aku terus mencoba memahami, bahwa tak ada yang pantas disalahkan atas perpisahan ini. Hanya saja semua tak akan lagi pernah sama, aku harus belajar banyak hal dari kehilangan ini, salah satunya belajar untuk terbiasa tanpa ucapan semangat darimu di setiap pagi. Dan otakku harus terbiasa tak memikirkanmu di setiap hari. Hari ini doaku masih saja sama, semoga kamu bahagia dengan pilihanmu.

"yang berlalu tak perlu dikenang lagi,Lisa. Kadang melupakan adalah pilihan terbaik."

Lisa menghentikan penanya, meletakan benda itu diatas kertas yang tadi ia goreskan tinta dari pena itu.

Rain (Hunlis Short Story')Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang