Sembilan

7 2 0
                                    

"Hah? Engga." ucap Nana sambil menyembunyikan Hpnya. Biasanya dia tidak sepanik ini saat Vian menelponnya. Entah kenapa dia hari ini.

"Ada telpon tuh. Jawab." ucap Elan saat dia tidak sengaja melihat layar Hp Nana.

"Ah iya. Ini Kak Vian. Nana angkat dulu." ucap Nana sambil ingin berdiri, namun di gagalkan karena mengingat kakinya. Dengan sangat terpaksa, Nana menjawab di depan seluruh keluarganya. Walau yang memperhatikannya hanya Enan.

"Hallo Kak Vian?" ucap Nana saat dia mengangkat telponnya.

'Lama banget dek angkat telponnya. Kakak kira, Nana juga gak mau angkat telpon Vian Hahaha.' jawab Fanya.

"Oh Kak Fanya?" tanya Nana dengan nada yang sedikit kecewa, dan Enan yang melihat itu sedikit bingung dengan perubahan mimik wajah Nana.

'Nana kecewa, Kakak yang telpon?'

"Engga kok Kak. Kenapa Kakak nelpon pake Hp Kak Vian?" tanya Nana.

'Kata Vian, Nana gak bakal angkat telpon nomor yang gak Nana kenal. Kan kita selama kenal belum ada tukaran nomor telpon. Nanti gak kamu angkat.'

"Oh iya Nana lupa. Habis ini Kakak sms aja Nana, nanti Nana simpan nomor Kakak. Oh iya, ada apa Kak?"

'Kakak dengar Nana sakit ya? Gimana sekarang? Sudah baikan?'

"Sudah Kak. Nana kan kuat, jadi pasti cepat sembuhnya. Besok juga sudah bisa sekolah."

'Oh ya sudah kalo begitu. Kamu istirahat ya, semoga cepat sembuh. Bye!'

"Bye Kak! Makasihh!" ucap Nana dan di tutup oleh Fanya di sebrang sana.

"Kecewa?" tanya Enan pelan secara tiba-tiba.

"Apa sih Kak! Kaget tau." balas Nana kaget sambil melempar Hp nya di sofa sampingnya. Entah kenapa dia kesal saja malam itu.

****

"Rahasianya?" tanya Vian saat Fanya ke kamarnya untuk mengembalikan Hp miliknya.

"Tanya sendiri lah. Nanti yang ada Nana bingung, gue nanya rahasia apa ke dia." jawab Fanya sambil keluar dari kamar Vian. Vian yang mendengar itu pun berpikir sejenak, benar saja kalau Fanya yang tanya, pasti Nana akan bingung. Atau dia saja yang tanya? Tapi Vian bingung, nanya nya seperti apa.

"Ah bodo amat. Besok aja cari tau." ucap Vian pada dirinya sendiri, lalu menutup matanya untuk tidur.

****

"Na? Sudah siap?" tanya Nunu di depan pintu kamar Nana, sedangkan Nana di dalam kamar saat ini sedang belajar berjalan, walau sakit, namun dia bisa lakukan. Ia pun membuka pintu kamarnya dengan usahanya sendiri, dan itu membuat Nunu kaget.

"Astaga! Kok bisa?!" tanya Nunu heran.

"Ya bisa lah. Sini Nana cuma butuh gandengan aja. Tas bisa bawa sendiri. Eh tapi gakpapa pake sandal dulu kan Bang?" jawab Nana sambil melihat ke arah Kakinya, yang saat ini hanya memakai sandal jepit berwarna putih birunya, dan Nunupun mengikuti arah pandangan Nana.


"Iya gakpapa. Tapi yakin nih mau sekolah?" tanya Nunu lagi sambil menggandeng Nana menuju lantai bawah, ke ruang makan, untuk sarapan pagi bersama. Pagi ini tugas membangunkan Abang-abangnya, Nunu lah yang menggantikan.

"Yakin. Oh ya Abang Abang sudah pada bangun kan?" tanya Nana.

"Sudah di bawah semua. Hati hati, liatin tangganya!" ucap Nunu kesal karena Nana asal melangkah saja.

Love KeeanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang