#2

500 15 0
                                    

The Talking Mountain [Part 2]

Aku yakin apa yang kulihat di balik kaca mobil tadi malam bukanlah mimpi . Mahluk itu benar benar terlihat nyata. Badan tinggi kurus tanpa kepala dan ada banyak tentakel di lehernya. Mahluk yang belum pernah kulihat di film horor manapun.

Pagi ini aku mencoba menceritakan apa yang barusaja ku lihat kepada ayah dan ibu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi ini aku mencoba menceritakan apa yang barusaja ku lihat kepada ayah dan ibu. Reaksi mereka hanya biasa saja seperti menanggap bahwa itu hanya halusinansiku atau semacamnya . Apa mereka  menganggap aku masih kecil ? Umurku sudah 18 tahun. Aku bahkan beda 10 tahun dari adikku .

"Kamu kebanyakan melihat cerita horror di internet , nak . Gunung ini sangat aman . Tidak akan ada hal aneh terjadi" kata ibuku dengan santai

*Sigh*
Baiklah
Mau tak mau aku tida bisa memaksa mereka untuk percaya
Ayah dan ibu jarang percaya apa yang ku katakan . Bahkan saat ada masalah di sekolah juga mereka tidak percaya. Sedikit menyesal mempunyai orang tua seperti ini.

Aku memputuskan pergi ketempat di mana mahluk itu muncul tadi malam . Pagi pagi begini dia gak akan muncul kan ? Pastinya.

Aku sangat terkejut apa yang kutemukan adalah jejak kaki yang bahkan belum pernah kulihat . Jejak ini seperti jejak kaki bebek tapi ukurannya lebig besar dari kali manusia . Aku mencoba memanggil orang tauku . Aku harap mereka bisa percaya padaku kali ini.

"Lihat ini . Gk mungkin ada bebek sebesar ini kan . Ini jejak mahluk yang kemarin ku lihat "

"Manusia berkaki bebek ? Puff itu konyol nak . Kamu pasti membuat ini "

"Konyol ? Ayah pikir aku mau membuat ini satu per satu jejak ny hingga masuk ke hutan ?"

"Jeremy , tenanglah . Kita hanya 2 hari di sini . Besok kita akan pulang kok"
Ibu berusaha menenangkanku dengan mengelus elus pundaku .

Benar
Kami hanya 2 hari disini
Ini akan berakhir dengan cepat . Kurasa aku yang terlalu khawatir . Tapi melihat mahluk itu membuatku berfikir apa gunung ini menyimpan sesuatu ? Adakah mahluk lain ? Gunung ini aneh

Benar benar aneh

Sore menjelang
Aku baru pulang memancing dari sungai bersama ayah dan Jeniffer . Itu meyenangkan hanya saja ibu pasti memarahiku karena baju Jeniffer dan aku basah lagi. Padahal kami baru saja ganti baju . Dan benar saja aku langsung di ceramahi ibu . Ini sama saja seperti Jeniffer saat mengoceh sepanjang perjalanan menuju kemari.

Hasil tangkapan kami akhirnya di bakar. Hingga malam tiba . Rasa takutku muncul lagi. Aku melirik ke arah mahluk itu muncul sebelumnya.

"Jeremy"
Sesuatu memanggilku . Siapa ?

"Ayah ? Apa ayah memanggilku ?"

Ayah hanya menggeleng sambil membersihkan sisa panggangan ikan

Jika ibu memanggil itu juga tidak mungkin.
Karena ibu sedang bermain kunang kunang bersama Jeniffer di dekat sungai.

Siapa ? Aku melihat lagi ke arah mahluk itu muncul. Tidak ada apa apa . Hanya pepohonan yang sangat lebat menyusuri hutan hingga ujungnya tidak terlihat karena gelap.

Suara itu samar samar. Aku tidak tau itu suara pria atau wanita. Yang jelas itu menyeramkan . Sangat menyeramkan hingga bulu kudukku merinding.

"Ayah , aku ingin tidur duluannya"

"Hei jangan dulu. Kamu bisa panggilkan ibu ?"

Aku berjalan menuju tepi sungai untuk menghampiri ibu dan Jeniffer di sana . Mereka sedang bercanda ria sambil memandangi kunang-kunang yang indah.

"Wah kakak , kenapa ke sini ?"

"Ibu , ayah manggil tuh"

"Ooh ada apa lagi dengan dia ? Apa dia tidak bisa membereskan itu sendiri ?"

Ibu ku beranjak dari tempat duduknya yang berupa batu besar . Saat hendak berjalan . Tiba tiba Jeniffer menarik tangan ibu.

"Jeniffer masih mau main di sini"

Oh tidak lihat muka melas memohonnya itu pengenku pukul . Akhirnya aku yang harus  menjaganya . Benar benar adik yang merepotkan .

Adikku sibuk bermain dengan kunang kunang . Dia berisik sekali . Rasanya pengan punya adik cowo aja biar bisa di ajak smackdown.

Rasanya malas memantau adiku terus . Aku memalingkan penglihatan ke arah seberang sungai itu . Di sana gelap , aku lupa bawa senter untuk melihat lebih jelas ke arah sana. Ya dari  pada melihat hutan dan adikku , lebih baik aku melihat bintang di langit yang sekarang terlihat indah . Lebih indah dari pada kunang kunang yang mengelilingin adikku. Dia masih sibuk di sana bermain sama serangga senter itu.

Aku duduk di batu besar di mana ibuku duduk tadi. Pemandangan malam ini indah sekali . Bintang di sini terlihat jelas dari pada di kota dan sinar bulan yang terlihat lebih bercahaya memecah sela sela awan .

Tapi malam ini bukan malam yang aman . Aku masih memikirkan mahluk itu dan suara misterius yang memanggilku. Itu masih membuatku takut dan akan membuatku tidak tidur malam ini.
Aku ingin malam ini cepat berakhir agar aku bisa pulang besok.

"Jeniffer apa kau sudah-"

Jeniffer ?
Tidak mungkin
Dimana dia ?

"Jeniffer !!"

Aku panik . Aku langsung memasuki hutan di mana terakhir kali Jeniffer terlihat di sana . Aku terus berlari mencarinya sambil meneriaki namanya.

"Jeniffer !!! Kau dimana !? Jeniffer tolong ! Ini tidak lucu !"

Aku berhenti berlari . Nafasku mulai berat untuk di tarik . Keringatku juga sudah mulai mengalir . Aku berlari terlalu jauh. Aku harus kembali .

Apa aku harus memberitau kepada ayah dan ibu jika Jeniffer menghilang ? Aku akan mendapatkan masalah besar .

Ini salahku
Aku tidak menjaganya dengan benar . Akhirnya aku pasrah.
Aku takut . Hutan ini terlalu gelap. Aku tidak bawa senter dan udara dingin ini terasa semakin dingin karena menerpa tubuhku yang berkeringat ini

Sambil berjalan pelan untuk kembali ke camp

Aku baru menyadari
Aku juga tersesat

[To be Continued]

The Talking MountainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang