#8

271 16 0
                                    

Terlihat dekat awalnya
Tapi kenapa saat berjalan kaki terasa sangat jauh

Ternyata desa zombie itu ada di seberang jurang itu.

"Woi Max , dari mana dekat ? Ini sangat jauh !"

Max tersenyum kearahaku dengan berbicara dengan sedikit meledekku

"Ini sangat jauh. Benarkah ? Kau jarang jalan kaki atau apa ? Apa kerjaanmu hanya diam dirumah dan bermain game saja ? Lihat aku yang sudah terjebak di sini sangat lama. Ikuti saja aku . Dan tetap diam . Mengerti "

Dih
Lama-lama aku mulai kesal dengan dia. Ya meski niat dia baik tapi kelakuannya aku tidak suka. Dia mirip kakak kelasku dulu saat SMA.

Tidak ada jembatan yang melintang di jurang itu. Jika di lompati itu pasti mustahil. Karena mana ada manusia yang bisa melompati jurang yang lebarnya kira kira sepanjang peti kemas kontainer.

Max berjalan memutari jurang itu . Aku mengikutinya dari belakang. Aku jadi malas bertanya padanya karena jawabannya pasti akan meledekku lagi. Malas asli sumpah.

Di perjalanan yang hampir membuat matahari sampai ke atas kepalaku membuatku kelewahan. Apalagi kapak ini. Yang di berikan Max padaku sangat berat. Apa aku saja yang terlalu lemah. Max bahkan tidak mengeluh sama sekali.

Bahkan dia sudah lama disini. Bagaimana bisa dia bertahan hidup di gunung aneh ini.

Jika bukan karena Jeniffer hilang dan aku tersesat di sini sendirian . Aku akan bunuh diri karena tidak kuat.

Ini sudah sangat jauh dari desa zombie . Tidak ada jalan lagi untuk menyeberangi jurang ini. Tapi si pengejek itu masih saja jalan di tepian jurang . Dan bodohnya aku masih mau mengikutinya ? Hah sudah cukup !

"Max ! Kita mau kemana lagi !? Ini sudah jauh dari--"

Max dengan cepat menutup mulutku . Terlihat matanya melotot dengan berbicara dengan pelan.

"Dasar bodoh. Kau bisa diam, kan ? Kau tidak mau terjadi hal yang lebih buruk , kan ? Diam saja , Okay"

Max melihat sekitar.
Tidak ada apa apa bahkan tidak ada suara gagak lewat.

"Jika kau mau mati. Teriak saja terus"

Max melanjutkan perjalanannya. Aku kembali mengikutinya dari belakang.

Kurasa dia memang serius ingin mencari jalan untuk menyebragi jurang ini. Apa aku kurang sabar saja ?

Akhirnya setelah perjalanan yang panjang ini kita sampai ke sebuang jembatan gantung yang sudah tua . Ada jalan setapak di sebrang sana. Tapi melihat kondisi jembatan yang sepertinya rapuh membuatku beefikir 10 kali untuk melewatinya.

Hei tapi. . .
Max melewatinya dengan lancar jaya tanpa rasa takut !!?

Max melambaikan tangan dari sebrang jurang itu menyuruhku untuk kesana. Kusangat yakin jika jembatan ini sangat aman ketika Max melewatinya.

Tidak ada suara kayu yang retak sedikitkun. Akhirnya aku sampai kesebrang.

"Waw . Jembatan gantung itu seram sekali. Sejak kapan itu ada di sana ?"

"Entahlah. Saat aku tersesat , jembatan itu sudah ada. Sekarang ayo kita jalan lagi di jalan setapak ini. Dan kau bisa berteriak sepuasnya di sini tanpa di ganggu mahluk mahluk aneh"

Max pergi duluan dan aku melihat sejenak hutan di sebrang tempat kita berjalan tadi. Entah kenapa ada suara suara yang memanggil nama ku dari sana meski tidak terlalu jelas. Aku bisa mendengar mereka.

Angin menghembus dengan pelan. Mengoyang dahan-dahan pepohonan itu.

Meski di sebrang sana terlihat hanya pepohonan aku bisa melihat hal aneh seperti beberapa pohon bergerak berlahan seperti berpindah posisi ke tempat lain.

The Talking MountainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang