#7

303 20 4
                                    

Pagi yang cerah menyinari semua pepohonan di gunung ini.

Seekor tupai kecil mendarat di sebuah tubuh anak perempuan kecil yang sedang tertidur di pinggir tebing yang tinggi.

Dia terbangun seketika terkejut melihat tupai itu. Kemudian hanya tawaan kecil yang muncul dari mulutnya.

"Hei tupai kecil. Kamu mau kenapa?"

Tupai itu seketika pergi dengan cepat. Gadis kecil itu menghela nafas karena tupai itu tidak mau menemaninya.

"Okay Jeniffer. Kak Jeremy gak bisa mencarimu dengan mudah jika kau hanya terus menangis di sini" Ucapnya dengan penuh semangat.

Dia mengambil lonceng pemberian dari suara misterius itu . Sekali kali dia membunyikannya sambil berjalan dan meneriaki nama kakaknya.

Sambil berjalan memutari tebing itu. Jeniffer melihat ada daun pisang besar di bawah pohon yang tinggi. Sebuah jejak kaki terbentuk di sana.

Jeniffer ingat pola jejak kaki itu. Itu seperti sepatu sket yang di kenakan oleh kakaknya.

Merasa sangat dekat , dia sekali lagi meneriaki kakaknya dan membunyikan lonceng. Tidak ada siapa siapa kecuali suara gemerisik semak semak yang semakin mendekat.

Merasa tidak aman , Jeniffer pergi dari sana dan berlahan mengikuti jejak itu.

"Kakak tidak sendirian . Ada jejak kaki lain bersamanya . Aku harap itu bukan penculik" ucap Jeniffer

Sepanjang perjalanan dengan mengikuti jejak itu. Jeniffer berhenti di sebuah hutan yang habis terbakar. Asap nya sangat mengepul dan membuatnya terbatuk batuk.

"Uhuk...siapa yang membakar hutan disini ? Jahat sekali. Kasihan hutan ini"

Didalam asap yang mengepul itu. Jeniffer melihat setitik cahaya merah dari kejauhan. Cahaya merah itu tampak bergerak.

Jeniffer pun mengikutinya tanpa ragu. Semakin Jeniffer mengikuti cahaya merah itu , asap di sekitar semakin menebal membuat Jeniffer terbatuk tanpa henti.

Jennifer menghentikan langkahnya. Dan terduduk di tengah hutan yang habis terbakar. Matanya berair . Dia merasakan sesak di dada.

Pandangan Jeniffer mulai kabur dan akhirnya Jeniffer pingsan disana.

Sebelum pandangan nya benar benar menghilang. Dia melihat wanita dengan gaun merah panjang mendekatinya dan berkata

 Dia melihat wanita dengan gaun merah panjang mendekatinya dan berkata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jangan khawatir tuan putri. Gunung ini tidak akan menghilangkan mu. Dia sudah berjanji. Pangeran Mu sudah berjanji"

---------------------------------------

"Jangan katakan padanya ! Jangan"

Kenapa?
Aku menatap ke arah Max. Wajahnya yang sangat serius itu memaksaku untuk mengatakan hal yang sebenarnya tapi suara ini . . .

Aku terdiam memalingkan muka darinya. Bukannya keadaan ini bisa membuat dia curiga jika aku sebenarnya mau berbohong ?

Aku harus percaya siapa ? Suara ini atau dia ?

"Aku....Tidak ... Aku tidak mendengar apapun"

Tunggu aku.... Mulutku bergerak sendiri !

Badan Max yang tadinya menunduk akhirnya tegak lagi. Terdengar suara menghela dari mulutnya seakan lega karena sesuatu.

"Begitu ya" ucap nya.

"Hei aku bisa membantumu mencari adikmu "

Sebenarnya aku cukup senang jika dia menawarkan ku hal itu . Tapi aku sudah sangat tertolong dengan suara yang selalu ku dengar. Apakah Max di utus oleh suara ini. Kurasa tidak . Suara itu tidak menyukai dia . Mungkin. . .

"Waw ahaha benarkan ? Terimakasih. Kenapa kau mau membantu ku ?"

"Aku....tidak tau... Aku hanya mau kita nanti bisa keluar dari sini bersama-sama"

Dia ambisus sekali

Ini seperti kau bertemu dengan sesuatu yang mencurigakan tapi dia menguntungkanmu. Bisa saja dia hanya akan memanfaatkan mu. Atau apalah. Seperti sifat skeptis ku tidak boleh terlalu besar. Aku harus positif saja.

Max berdiri menuju kabinnya dan mengambil sebuah kertas besar yang ternyata sebuah peta.

Uh peta itu sungguh jelek . Sepertinya dia membuatnya sendiri

"Ini peta yang ku buat sendiri"

Sudah ku duga

"Aku membuatnya agar tidak hilang arah saja . Hanya saja saat aku mencoba mencari jalan pulang itu sangat sulit"

"Kau membuat peta ini ? Bagaimana cara kau tau arah ?"

Wajah Max langsung terpelongo ke arahku. Dia seperti ragu ragu untuk mengatakannya.  Ada sesuatu yang membantunya kah ?

"Sebenarnya .... Aku tidak tau pasti sih . Aku hanya mencatat apa yang ku lalui ehehe." Guraunya

Max membentangkan peta itu di tanah dan menunjuk ke arah sebuah ikon rumah.

"Ini adalah kabin kita. Dan bergeser sedikit ke sini adalah tebing dimana aku bertemu denganmu. Di dekat kabin ku ini ada di desa zombie. Berarti kita harus mencari adikmu di sini"

"Di desa zombie ? Bagaimana kau tau kalau adikku ada disana ?"

"Aku tidak tau. Kita cari saja dari tempat ketempat. Ada 10 tempat bahkan lebih yang kutemukan di gunung ini. Kita bisa mencari 1 persatu dari tempat tempat itu. Bagaimana menurutmu ?"

Aku berfikir lagi
Waktu yang diberikan oleh suara itu hanyalah 2 hari. Dan aku tidak tau apa yang akan terjadi jika aku melanggar janjinya.

Sementara Max adalah orang yang aneh dan dia sendirian di hutan. Bisa saja dia gila atau semacamnya karena dia sudah lama disini.

Tapi mungkin tanpa bantuan Max aku tidak bisa mencari Jeniffer dengan cepat .

"Itu rencana yang bagus"

"Yeah bagus ! Pertama kau harus punya senjata . Apa kau memilikinya?"

"Iya aku hanya punya kayu ini saja"

"Kau pakai kayu itu untuk membela diri . Puuff ahaha itu tidak mungkin. Kayu itu bahkan sangat pendek dan kecil. Itu tidak cukup untuk melawan monster apalagi kadal besar tranparan itu"

Hah ! Dia belum tau jika aku berhasil mengusir kadal tranparan itu hanya dengan kayu ini.

"Sebentar aku punya sesuatu yang bagus untukmu"

Max kembali ke kabinnya
Tak lama kemudian dia membawakan ku sebuah kapak yang lumayan panjang. Itu kapak untuk menebang pohon .

"Ini pakailah ini. Ini saja sudah cukup. Kau bisa membuang kayu itu sekarang"

"Maaf , Max aku tidak bisa membuangnya"

"Baiklah jika kau tidak mau membuang sampah itu. Terserah kau saja. Semoga tidak menusuk bokong mu hahaha."

Perjalanan awal kita akan diawali dengan menyusuri desa zombie.

Zombie ya ?

[To be Continued]

Hei hei reader
Di vote juga lah :''3

Gampang kok cuma teken doang

The Talking MountainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang