Prologue

5.2K 339 4
                                    

...oOo....oOo....oOo....oOo....oOo....oOo...

"Sakura, kurasa kita..." Sasuke menghentikan ucapannya saat semua kata yang tersusun di otaknya tiba-tiba meluap.

"Putus" kata Sakura dengan wajah datar.

Sasuke terdiam dengan wajah terkejut yang kentara walau hanya beberapa detik. Sakura menghembuskan napas dalam.

"Kau mau kita putus bukan?" Tanya Sakura mengulangi kata Sasuke yang tercekat tadi.

Musik klasik di dalam cafe yang hanya berisi beberapa orang pengunjung terdengar menenangkan. Semburat senja sudah terlihat pertanda malam akan segera menyapa.

Sasuke dan Sakura terlihat duduk di dekat jendela, tempat kesukaan Sakura. Keduanya terdiam beberapa menit setelah Sakura mengajukan pertanyaan itu.

"Ekhm..." Sasuke berdehem untuk menghilangkan kecanggungan.

Sasuke tetaplah Uchiha dengan ego yang setinggi langit dan tidak mau disalahkan walaupun dia merasa bersalah terhadap Sakura.

Sakura mengerti apa yang dirasakan Sasuke. Sangat mengerti. Satu tahun lebih mereka bersama membuatnya hapal kebiasaan Sasuke.

"Ya, kurasa aku bosan dengan hubungan ini." Kata Sasuke dengan wajah datar.

"Tidak usah berdalih seperti itu, semua orang tahu bila kau suka dengan Hinata. Kau ingin kita lutus karena Hinata putus dengan Toneri bukan?" Ucap Sakura dengan tertawa kecil.

Sasuke tidak dapat membaca apa yang ada di pikiran Sakura sekarang. Gadis itu penuh dengan teka-teki.

"Tenang, Hinata adalah sahabatku. Tak mungkin aku akan bermusuhan dengannya hanya karenamu."

Sakura tahu Sasuke geram dengan kata-katanya barusan. Tapi bukan Sakura kalau dia perduli dengan itu.

"Aku akan membantumu mendekati Hinata" Tambah Sakura.

"Tak perlu, aku dapat melakukannya sendiri" Jawab Sasuke.

Ya, Sasuke dengan segala egonya.

"Kau tahu bukan pertama kali mendekati Hinata dengan usahamu sendiri hasilnya bagaimana?"

"Baiklah, kau menang. Tolong bantu aku" Ucap Sasuke setelah bergelut mengalahkan egonya.

Sakura tertawa kecil, sebuah tawa yang terlihat tulus. Ini semua akan menjadi awal yang baru. Cerita yang akan melukai hati banyak orang yang terlibat.

"Teman?" Tanya Sakura kepada Sasuke.

"Teman, seperti dulu" Balas Sasuke.

Mereka berdua tersenyum lalu berjabat tangan. Sasuke tahu walau Sakura tidak dapat ditebak pemikirannya tapi dia bukan tipe orang yang suka berdusta. Dia akan menepati perkataannya, termasuk mendekatkan Sasuke dengan Hinata.

"Aku akan pulang, kau?" Tanya Sasuke

"Duluan saja, aku masih ingin disini" Jawab Sakura dengan senyum.

"Baiklah, kau tak perlu bayar minumanmu, aku mentraktirmu. Sampai jumpa" Lanjut Sasuke

"Ya, kau harus. Sampai jumpa"

...oOo....oOo....oOo....oOo....oOo....oOo...

Hari ini adalah hari sibuk di kota Tokyo. Banyak orang berlalu lalang menuju tempat yang mereka tuju termasuk Sakura. Gadis itu terlihat berjalan dengan tenang namun cepat menuju gedung Nara Corp.

Sakura memang bukan anak yang terlahir dari keluarga kaya dan terpandang seperti Hyuga atau Uchiha. Tapi Sakura seorang gadis yang jenius, lulus dengan title cumlaude dari Tokyo University hanya empat tahun dengan gelar dokter.

Sekarang Sakura sedang menempuh kuliah untuk dapat menjadi dokter spesialis.

Banyak yang bertanya apa yang dilakukan Sakura di gedung Nara Corp. Tentu saja bukan untuk bekerja, dia hanya diminta ibunya untuk mengirim dokumen ayahnya kepada Shikaku Nara, ayah temannya yang bernama Shikamaru Nara.

Ayah Sakura adalah tangan kanan dari direktur Nara Corp tersebut. Saat ini ayahnya sedang terbaring di rumah sakit karena penyakit jantungnya kembali kumat.

"Permisi, saya mencari pak Direktur untuk mengantarkan dokumen ini" Kata Sakura sopan kepada resepsionis disana.

"Sebentar, saya tanyakan dulu ke pak direktur" jawabnya lalu menelpon melalui telepon kantor.

Sembari menunggu, Sakura melihat sekitar. Ruangan itu didesign dengan sangat apik dan elegan. Banyak vas mahal yang menjadi hiasannya. Karyawan disini juga ramah.

"Nona, anda sudah ditunggu pak direktur. Anda tinggal menaiki lift menuju lantai 7 lalu belok kiri, ruangan pak Direktur terdapat disana"

"Baiklah, terima kasih" Ucap Sakura lalu melangkah menuju lift.

...oOo....oOo....oOo....oOo....oOo....oOo...

Tok tok tok

"Masuk" seletah mendapat jawaban dari dalam, Sakura masuk kedalam.

"Sakura, kau yang mengantar dokumennya?" Tanya Shikaku

"Iya paman, ibu sedang menjaga ayah" Ucap Sakura

Shikaku memang mengenal Sakura karena sewaktu kecil ayah Sakura sering membawanya ke kantor ini.

"Ah ya Sakura, kenalkan ini Gaara. Rei Gaara, dia teman Shikamaru"

"Sakura Haruno, salam kenal"

"Rei Gaara, salam kenal"

Mereka saling berjabat tangan beberapa saat.

"Sakura, Gaara kesini ingin bertemu Shikamaru tetapi anak itu belum sampai. Bisakah kau ajak dia ke ruangan Shikamaru sembari menunggunya?" Pinta Shikaku

"Tidak masalah paman, mari Gaara-san" Ucap Sakura.

Selama perjalanan menuju ruangan Shikamaru, Sakura dan Gaara saling berbincang.

Kesan pertama bertemu Gaara, dia adalah orang yang baik dan mampu mencairkan suasana. Cerdas juga, dilihat dari pemilihan katanya dalam berucap.

"Kita sampai, ini ruangan Shikamaru Gaara-san"

"Kalau begitu saya permisi" ucap Sakura lagi

"Temani aku sampai Shikamaru kembali tak masalah kan?" Tanya Gaara.

"Tentu, ayo masuk" ajak Sakura

...oOo....oOo....oOo....oOo....oOo....oOo...

























Forget YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang