Part 9 ~ Hary

11 0 0
                                    

Semenjak kejadian kemarin, aku menjadi semakin pendiam. Rasa sakit yang tetap terasa meskipun sudah beberapa kali mencoba untuk menghibur diri sendiri, namun kenyataannya gagal.

"Adik.... keluar yuk! Sarapan dulu" sapa ibu dari balik pintu kamar. Aku yang saat ini ingin bermalas-malasan dengan jalan sempoyongan dan mata sembab menuju ruang makan. Hanya ada ibu dan aku saja yang berada disana.

Saat asik melamun, ibu mengagetkanku. "Hary gimana kabarnya dik?" katanya sambil menyiapkan sarapan di meja makan. Aku hanya asal menjawab, "Baik.. mungkin."

"Salam kangen dari ibu buat dia ya!" Aku menatap ibu kali ini. Bercandaan dari ibu kali ini seperti memberikan lampu hijau pada hubunganku dengan Hary. Walaupun hanya baru bertemu beberapa kali dengan Hary, ibu yakin dia lah jodoh anaknya kelak. Padahal jika ibu tau yang sebenarnya apa yang sudah terjadi padaku, mungkin saja ibu akan membuang jauh-jauh Hary dari kehidupanku.

Mungkin aku akan menyampaikan salam ibuku setelah sarapan. Di tengah sarapan kami, ada seseorang yang mengucapkan salam dari balik pintu depan. "Biar aku aja yang buka pintunya bu" aku berjalan mendekat pintu dan...

"Loh mas?" Aku terkejut melihatnya. Yang datang kali ini adalah Hary. Dia tersenyum manis menatapku saat tau aku yang membukakan pintu untuknya. Masa Hary sudah bertamu sepagi ini ? batinku. "Nih sarapan buat kamu sama ibu" aku menerima rantang kecil darinya.

"Yuk ikut sarapan bareng di dalem mas" aku mengajaknya untuk masuk ke dalam. Hary pun mengikutiku dari belakang. "Itu aku yang masak sendiri loh dik" katanya dengan sedikit tertawa kecil.

Hatiku bungah. Baru saja bertemu kemarin sore, esok paginya bertemu kembali. Kita duduk bertiga di ruang makan. Ku ambilkan secentong nasi putih dan banyak sayuran hijau di atas piring Hary.

"Kalo kurang ambil aja di dapur ya" cetus ibu yang duduk di sebelah Hary. Hary tersenyum malu. Dia memang seorang yang humble kepada siapa pun. Bahkan dengan ibuku sendiri. Aku yang melihat perhatian ibu kepada Hary merasa semakin hangat berada di dekat mereka.

Setelah selesai sarapan ibu balik menuju kamarnya dan hanya tersisa aku dan Hary saja di ruang makan. "Kamu lagi sibuk ngga dik?" Tanya Hary.

"Free nih mas, kenapa ?" Hary sedikit  mendekat ke arah kursiku. "Mas mau ajak kamu jalan-jalan sebentar bisa ?" Aku terkejut. Dengan cepat ku iyakan ajakannya.

"Mandi sana dik, kamu tuh masih bau kambing tau" ledek Hary. Aku mengeram kesal, "ih dasar buaya" buru-buru aku kembali ke kamar dan bersiap untuk pergi.

******

Sembari Hary menunggu, dia memainkan handphonenya. Saat itu pun ibu berjalan keluar dari kamarnya, dan mendapati Hary sedang duduk sendiri di ruang tengah.

Ibu: "Kamu gimana kabarnya Har ?"
Hary: "Alhamdulillah baik bu, ibu gimana kabar ?"
Ibu: "Alhamdulillah baik juga. Ibu mau tanya sesuatu ke kamu, boleh ?"
Hary: "Monggoh ( silahkan ) bu"
Ibu: "Kamu udah punya gebetan belum nih ?" ( Ledek ibu )
Hary: "Takut sakit hati lagi aku bu hahaha"
Ibu: "Emang ya anak muda jaman sekarang sering sakit hati yah"
Hary: "Ya begitulah bu"
Ibu: "Ibu boleh minta sesuatu ngga ya ke kamu ?"
Hary: "Apa tuh bu ?"
Ibu: "Tolong kamu jaga Najwa dengan baik, temani dia saat dia kesepian"
Hary: "Siap bu bos. Tanpa ibu minta pun sudah pasti aku laksanakan" ( sambil bersikap hormat menghadap ibu )
Ibu: "Tapi jangan bilang ibu yang minta ya hihi"
Hary: "Siap laksanakan komandan"

******

"Pasti habis ngomongin aku ya mas" tanyaku penasaran. Hary yang mendengar ucapanku tertawa. "PD sekali buk"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 02, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SeoulmateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang