45

7.5K 444 48
                                    

Usai pemakaman rio mereka bergegas pulang dan melakukan tahlilan di rumah silvi.

Tahlilan telah berakhir. Adzkar dan silvi yang memang sudah berjanji untuk bicara bedua ditaman belakang rumah silvi.

Saat ini silvi dan adzkar berada di taman belakang rumah silvi. Mereka ingin membahas amanah yang telah rio berikan.

Adzkar yang merasa canggung harus memulainya dari mana ia hanya menatap silvi yang termenung dengan air mata yang sudah membasahinya.

"Ekhem" dehem adzkar agar kecanggungan ini berakhir.

"Jangan menangis" pinta adzkar

"I-iya enggak kok" elak silvi ia langsung menghapus air matanya.

"Jangan begini lihat tubuhmu sudah kurus dalam satu hari" ledek adzkar

"Apaan enggak gitu juga" elak silvi

"Yauda senyum" pinta adzkar

"Buat apa?" Tanya silvi

"Biar gak jelek" celetuk adzkar

"Nyebelin" balas silvi

"Tapi tampan" ucap adzkar dengan pedenya.

"Terserah kamu" ujar silvi. Adzkar hanya tersenyum melihat reaksi silvi.

"Jadi kamu gimana soal amanah itu?" Tanya adzkar tiba-tiba.

"Silvi bingung kenapa ayah ngasih amanah kayak gitu" lirih silvi

"Emang kenapa?" Tanya adzkar

"Itu tu berat bagi silvi" balas silvi

"Berat gimana?" Adzkar heran dengan silvi yang mengatakan hal itu.

"Apa dia tidak mau menikah denganku?" Batin adzkar

"Silvi takut kamu menerimanya karena terpaksa" silvi menundukkan kepalanya takut dengan adzkar yang sangat serius membicarakan hal ini.

"Dari mana kamu menyimpulkan saya menerima ini terpaksa?" Ujar adzkar

"Jadi kamu gak terpaksa menerima amanah ayah?" Silvi menatap adzkar namun tidak lama ia takut menatap lelaki yang bukan mahramnya.

"Tidak" jawab adzkar singkat

"Malah saya senang sekali dengan amanah ini" ingin rasanya adzkar berucap seperti itu tapi itu tisak mungkin.

"Baiklah, kita akan bicarakan dengan bunda dan om izar di dalam" ucap silvi

"Oh iya pacar kamu gimana?" Tanya silvi tiba-tiba hal itu membuat adzkar terkejut. Ia tak menyangka silvi menganggap omongannya benar.

"Saya gak punya pacar" balas adzkar dengan santai.

"Ela-" ucapan silvi langsung di potong oleh adzkar.

"Ela hanya teman saya" lanjut adzkar

"Tapi ela menyukaimu" ucap silvi

Adzkar terkekeh pelan atas ucapan silvi.

"Sok tahu" balas adzkar

"Wili bilang gitu" ujar silvi dan ia langsung sadar dengan ucapannya.

"Haha gak mungkin lah" balas adzkar

"Silvi bisa lihat kok dari matanya kalau dia menyukaimu" ucap silvi

"Coba lihat mata saya, saya sukanya sama siapa?" Tanya adzkar sambil tersenyum melihat silvi yang merona.

"Em gak muhrim" cicit silvi

"Belum tapi nanti akan. Setelah menikah lihat mata saya"ujar adzkar

"Buat apa?" Tanya silvi dengan wajah polosnya.

"Biar kamu tahu saya sukanya sama siapa"balas adzkar

"Maksudnya apa coba" batin silvi

"Em lihat nanti" lirih silvi

"Apa kamu bersedia menjadi istri saya?" Ucapan adzkar membuat silvi terlonjat kaget.

"Apa dia sedang melamarku secara pribadi?" Batin silvi

"Hm gimana?" Tanyanya lagi

"Emm..insyaAllah silvi bersedia" jawab silvi dengan suara pelan pasalnya ia malu dengan adzkar.

"Alhamdulillah" ucap adzkar. Ia bersyukur kepada Allah.

"Ayo kita bicara dengan orang tua kita" ujar silvi yang dibalas anggukan oleh adzkar.

Mereka berjalan keruang tamu. Terlihat abizar dan viya sedang berbicara serius.

"Nah ini mereka datang" ucap abizar

"Sini nak duduk disebelah bunda" pinta viya pada silvi

"Jadi gimana keputusan kalian?" Tanya abizar

"InsyaAllah kami bersedia menikah bi" jawab adzkar

"Alhamdulillah" lirih abizar dan viya

"Yauda kapan mau dilaksanakan?" Tanya viya

"Kalian ingin bertunangan dulu atau langsung hantaran dan menikah?" Tanya abizar

Mereka tak habis pikir dengan orang tuanya yang sangat senang dengan amanah ini.

"Dua minggu lagi kami bertunangan" adzkar mengambil keputusan tanpa bertanya pada silvi. Silvi melihat adzkar yang tersenyum kearahnya.

"Baiklah lebih cepat lebih baik" ucap abizar

"Silvi setujukan dua minggu lagi?" Tanya viya. Silvi mengangguk sebagai jawaban

"Yauda kalian siap kan semuanya, kami akan membatu kalian juga untuk mempersiapkan pernikahan kalian" jelas abizar

"Iya abi. Makasih abi sama tante merestui kami" ucap adzkar

"Sama-sama nak" balas abizar

"Iya kamu sama silvi itu sama di mata bunda dan sekarang kamu manggilnya bunda ya" ucap viya

"Iya bunda" balas adzkar

"Kalau gitu kami pamit dulu viya" ujar abizar

"Iya. Makasih ya ustadz sudah membantu saya" balas viya

"Sama-sama"jawab abizar

"Kamu jangan sedih lagi ya nak" pesan abizar pada silvi

"Iya om izar" balas silvi

"Panggil abi seperti adzkar"ujar abizar. Silvi mengaguk mengiyakan ucapan abizar.

"Saya pulang dulu" pamit adzkar pada silvi

"Iya hati-hati" pinta silvi

"Jangan lupa makan" pesan adzkar

"Iya, makasih" balas silvi

"Sama-sama" jawab adzkar.

"Bunda kami pamit dulu. Assalamu'alaikum"ucap adzkar

"Assalamu'alaikum" ucap abizar

"Wa'alaikumussalam" jawab silvi dan viya.

Silvi melihat kepergian mobil adzkar dari perkarangan rumahnya. Ia kangen dengan kehadiran ayahnya. Ia memeluk bundanya meminta kekuatan dari bundanya.

"Sudah ikhlaskan ya" ucap viya

"Iya bunda" balas silvi.

Yang mau pesan versi Novelnya bisa DM ig Nezhapublisher atau hubungi pesan di Shopee bookstore nezha (nengistifauziah) (089504514685). Ayo buruan pesan versi novelnya😊

Adzkar [Tersedia Di Shopee]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang