2;

154 25 9
                                    


Tamparan keras mendarat di pipi lelaki itu. Seluruh tamu menoleh mendengar suaranya. Mata Jiyeon memerah. Tangannya bergetar. Ia telah menampar lelaki itu.

"Bajingan!" Teriak Jiyeon lepas.

"Hei itu bukan malaikat,itu iblis"
"Tak berperasaan"
"Dimana hati baiknya?"

Setelah kata-kata itu meluncur dari mulut para tamu,Jiyeon mundur beberapa langkah dan langsung berlari. Ia menutup telinga nya supaya tak mendengar omongan para tamu.












Jiyeon terduduk di bangku taman. Pandangannya kosong menatap patung air mancur. Rambutnya berantarakan. Choker berliannya entah menghilang kemana ia tak peduli.

"Seenaknya saja meminta saham! Kau pikir aku siapa?!" Monolog Jiyeon.

"Kau disini ternyata" lagi-lagi suara berat itu muncul. Jiyeon ingin sekali menoleh tetapi dirinya terlalu takut. Takut? Mungkin.

"Kau menjatuhkan berlianmu, Jeon Jiyeon" lelaki itu mendekat. Bukan kesamping Jiyeon tapi lelaki itu berada di depan Jiyeon. Jiyeon mengadahkan kepalanya. Lelaki itu masih memakai topengnya.

"Sialan!" Dengan cepat Jiyeon merebut choker berlian miliknya dari tangan lelaki itu. Lelaki itu terkekeh, "Bahasamu sayang".

Jiyeon ingin sekali menampar lagi lelaki itu. Tangannya sudah terangkat sebatas kepala Jiyeon tapi ia turunkan lagi. Toh,tak ada gunanya menampar lagi. Lelaki itu duduk disamping Jiyeon. Perlahan lelaki menepuk punggung Jiyeon sengaja. Jiyeon memukul tangan lelaki itu.

"Tak butuh" ucap Jiyeon sarkas, "bukankah sebaiknya kau pergi tuan sialan?"

Lelaki itu lagi-lagi terkekeh. Menganggap apa yang dibicarakan oleh Jiyeon hanya canda-an. Jiyeon memutar bola matanya malas,"tak sopan". Hening menyelimuti mereka. Hingga 20 menit si lelaki beranjak dari duduknya dan pergi begitu saja.

"Tak sopan,sialan!" teriak Jiyeon.

















Pagi lagi. Jiyeon mengambil tas kerjanya. Rambutnya tak begitu tertata rapi saat panggilan telpon dari sekertarisnya. Katanya ada tamu yang ingin bekerjasama dengan perusahaan Jiyeon.

Dengan langkah lebar tak memperhatikan keanggunannya lagi, Jiyeon melangkah masuk ke dalam gedung perusahaan miliknya. Para staff membungkuk untuk menyapa Jiyeon. Jiyeon hanya membalas dengan senyuman.

"Siapa yang menelpon tadi?" Tanya Jiyeon kepada sekertarisnya. "Si penelepon hanya bilang kalau nyonya akan tahu saat bertemu nanti". Jiyeon mendengus kesal,"oke siapkan ruang khusus untuknya" ucapnya,"mungkin dia memang ingin".

Jiyeon menapakkan kakinya keluar dari lift dan menuju ruang kerjanya. Membuka pintu lalu meletakkan tasnya di sofa. Rambutnya ditata ulang sedemikian rupa supaya tampak rapi dimata clien. Tak lama,sekertaris memanggil Jiyeon untuk ke ruangan khusus karena clien sudah datang.















"Annyeonghas-" sapaan Jiyeon terhenti saat melihat clien yang datang.















"Jeon Jiyeon,apa kabar?"






















TeBeCe
Lanjut atau tyda hm?

The Prom MaskTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang