Bismillah..
Ales baru saja selesai mandi dan sedang mengeringkan rambutnya dengan handuk saat ponselnya berbunyi. Kedua alisnya terangkat melihat nama Zio menari-nari di layar ponselnya.
"Iya beb?" jawab Ales sambil menempelkan ponsel di telinga kirinya.
"ALESS!"
Ales meringis saat mendengar pekikan suara Dara. Ia kembali mengecek layar, nama Zio masih di sana.
"Sejak kapan suara Zio melengking begini?" tanya Ales. Dara mendengus.
"Gue gak ada pulsa jadi gue pinjam hp Zio, nyebelin banget sih lo, ngapain pakai beb-beb segala?" celoteh Dara menjelaskan. Ales terkekeh.
"Hehe, bercanda, ada apa Ra?" tanya Ales lalu duduk di kursi kerjanya. Handuknya ia sampirkan ke bahu.
Dara terdengar berdehem di seberang.
"Lo diundang Rannan ke aqiqahan anaknya, lo datang gak?"
Wajah ceria Ales memudar. Ia terdiam cukup lama.
"Les? Lo masih di sana?"
"Oh iya, apa tadi?" tanya Ales. Dara menghela napas.
"Lo jangan gini dong Les, gimanapun Rannan kan sahabat kita," ujar Dara. Ales mengangguk saja.
"Lo gak ngerti karena lo gak di posisi gue Dara," balasnya santai. Dara mendengus.
"Bener kata Alesha, lo itu om-om gamon!"
Mendengar nama Alesha disebut entah kenapa Ales jadi tertawa. Aduh, gadis itu ya.. Kenapa Ales jadi ingin tau apa yang terjadi setelah Ales menolaknya.
"Alesha ngomong apa sama lo?" tanya Ales tertarik. Dara berdehem lagi. Sedikit merasa bingung karena suara Ales terdengar ceria.
"Dia nangis gara-gara lo, untung si Aksal itu nenangin dia," ujar Dara, sengaja memancing Ales dengan menyebut-nyebut nama sahabat Alesha.
Ales mendecak.
"Kan.. Gue udah nebak aja, si Aksal-Aksal itu pasti ada rasa sama Alesha," ujarnya. Dara tertawa pelan.
"Gitu aja nyerah? Alesha manis tau, imut juga, kan selera lo yang imut-imut tuh, kayak Rannan misalnya," kata Dara memanas-manasi. Balas dendam karena Ales memanggil suaminya dengan panggilan alay.
Ales tidak terpancing. Semenjak Dara menikah dengan Zio, Ales dan Dara memang jadi rival. Dara merasa Ales merebut waktu dan perhatian Zio. Sedangkan Ales merasa Dara adalah pengganggu karena selalu menyuruh Zio pulang saat Ales dan Zio sedang pergi main. Fyi, Ales bukan suka dengan Zio, dia hanya kesepian tidak punya teman.
"Tipe gue gak kayak Alesha tuh, imut iya, tapi dia belum pakai jilbab," jawab Ales tetap tenang.
"Soal jilbab mah bisa lah nanti, kan itu tugas lo sebagai pembimbing dia," ujar Dara. Ales bergumam.
"Tugas gue ya? Gue gak yakin sih, jangankan nyuruh pakai jilbab, gue minta dia jauhin sahabatnya aja dia gak mau," kata Ales. Dara mendecak.
"Ya mana mungkin dia mau, hubungan aja belum dimulai, lo udah main atur-atur aja," kata Dara emosi. Ales nyengir.
"Suka-suka gue dong, kan dia yang suka sama gue," kata Ales sombong. Dara melongo di seberang.
"Lo itu.. Udah om-om gamon, sok kecakepan juga, kasihan gue sama Alesha," ujar Dara sedih. Ales tersenyum saja. Ia tidak serius dengan ucapannya, tapi sepertinya itu cukup menyebalkan bagi Dara.
"By the way, si Zio gak ngenalin Alesha?" tanya Ales. Dara menggeleng.
"Enggak, kenapa?"
"Alesha itu cewek yang ada di mall waktu itu, yang diseret bapaknya pulang karena godain gue, Zio gak cerita?" tanya Ales.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ales & Alesha [SELESAI]
RomanceCerita ini sudah dipindahkan ke aplikasi Innovel Happy Reading~