#Gadis lain

14.7K 1.3K 29
                                    

Bismillah...

Wajah gadis itu sebenarnya biasa saja dibanding cewek-cewek yang selama ini Aksal taksir. Tubuhnya kecil dengan jilbab yang terlihat menenggelamkan tubuh mungilnya. Gadis itu beberapa kali memperbaiki letak kacamata lalu tersenyum-senyum sendiri saat melihat sinopsis buku yang dia pegang.

Aksal terkekeh, tidak mengerti kenapa tatapannya sejak tadi tertuju pada gadis itu. Merasa gemas sendiri melihat beragam ekspresi yang gadis itu tampilkan saat memilih buku.

Sayangnya Aksal tidak punya keberanian untuk mendekat. Gadis itu terlihat terlalu berbeda dari tipe gadis yang biasa ia dekati. Aksal takut kalau ia mendekat, gadis itu akan menatapnya aneh dan segera menjauh.

Akhirnya Aksal memutuskan untuk berhenti memperhatikan setelah mendapatkan buku yang ia cari. Sebelum ke kasir ia melihat gadis itu sekali lagi, senyumnya terbit.

"Biar deh, sekali aja gue gak godain cewek, ughtea-ughtea kayak gitu harus dilindungi dari cowok kayak gue," ujarnya lirih.

Setelah keluar dari toko buku Aksal segera menuju ke parkiran. Hujan cukup deras di luar. Aksal menghela napas. Wajah gadis tadi kembali muncul di benaknya.

"Dia pulang sama apa ya? Apa gak kehujanan?" lirih Aksal sambil menengadahkan tangan ke arah air hujan.

"Gak boleh Sal, lo harus tobat, tobat," ujar Aksal meyakinkan diri lalu segera berlari menuju mobil merahnya.

Sambil melajukan mobil, Aksal tanpa sengaja melihat gadis yang ditemuinya di toko buku tadi berteduh di bawah halte. Aksal tertegun.

"Apa gue samperin aja?" lirih Aksal.

Mengabaikan bisikan malaikat baiknya untuk jangan mendekati gadis berhijab itu, Aksal memberhentikan mobilnya di depan halte, lalu menurunkan kaca mobil. Merasa ada mobil berwarna nyentrik berhenti di depannya, gadis itu mendongak, sejenak kedua mata itu saling menatap.

"Mas Anca?"

Aksal mengedip saat gadis itu mengajaknya bicara duluan.

Hah?

Gadis itu menyangka dia supir taksi online ya?

Aksal tanpa sadar tertawa sedikit membuat gadis itu mengerutkan kening.

"Iya, saya Mas Anca, silahkan masuk mbak," kata Aksal, berbohong. Gadis itu tersenyum lalu segera masuk ke dalam mobil Aksal tanpa menaruh curiga.

Aksal segera melajukan mobilnya. Sedangkan gadis itu duduk sambil mengeratkan pelukan kepada tas yang ia bawa.

"Dingin ya mbak? Mau saya matiin AC nya?" tanya Aksal ramah, menjiwai perannya sebagai abang supir online yang ramah. Gadis itu mengangguk.

"Boleh Mas, makasih," lirihnya.

Mobil terus melaju, Aksal mengerjap,baru sadar ia tidak tau alamat gadis itu.

"Mbak, baterai saya habis, apa mbak bisa kasih arahan aja?" tanya Aksal, gadis itu terdiam, menatap Aksal sejenak, pemuda itu tersenyum manis.

"Oh. Oke."

Aksal menghela napas lega. Untung wajahnya tidak terlihat mencurigakan.

"Rumah saya di komplek paripurna nomor 15 Mas," kata gadis itu menjelaskan. Aksal mengangguk-angguk. Merasa sedikit familiar.

"Oh tetangga bang Ales ya?" tanya Aksal sok kenal. Gadis itu mengangguk.

"Iya Mas, Mas kenal bang Ales?" tanya gadis itu. Aksal terkekeh.

"Gebetan sahabat saya," jawab Aksal. Gadis itu membulatkan mulut lalu kembali fokus menatap jalanan yang ada di depannya. Melihat gadis di sebelahnya berekspresi biasa saja saat Aksal menyebut nama Ales, Aksal entah kenapa menghela napas lega.

Ales & Alesha [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang