.
.
.
.
.
Mianhae sekali lagi!!! Bablas dah gue ...
Pengen nulis Nona Penjaga Pantai malah kebayang disini. Habis ini gue beneran bye dulu ...
👥👥👥
"Bagaimana?" Park Haejin menyendok bubur ke mulutnya dan menelannya pelan sebelum menjawab pertanyaan wanita ularnya.
"Apanya?" Lisa memutar bola matanya malas. Pertanyaan ini sudah tiga kali ditanyakannya dan sudah ketiga kali juga pria itu tidak menyimak. Ternyata, selalu butuh kesabaran lebih menghadapi Park Haejin yang sedang sakit.
"Demammu, apa sudah turun?" Tanya Lisa dengan tenang. Alis kiri Park Haejin terangkat sementara tangannya meletakan kembali sendok miliknya ke dalam mangkok bubur.
"Kenapa tidak mengeceknya sendiri?" Tanya Haejin pelan. Belum sempat Lisa menjawab, pria itu sudah menarik telapak tangan Lalisa dan menaruhnya dikeningnya, kemudian turun menyusuri wajah hingga sampai ke lehernya sambil menatap tenang wajah Lalisa yang duduk disisi kanannya depan meja makan berbentuk lingkaran itu.
Lalisa menahan nafasnya tanpa sadar, dan tanpa alasan yang jelas.
"Apa kau baik-baik saja" seolah tersadar. Lalisa mengernyit membalas tatapan Park Haejin.
"Aku? Tentu saja" Haejin menatap tenang ke dua mata bulat Lalisa sebelum menempelkan punggung tangan wanita itu ke pipi kanannya.
"Tanganmu dingin" Lalisa menarik tangannya cepat dan bangkit dengan cepat dari duduknya.
"Sudahlah. Aku akan berangkat. Suhu tubuhmu sudah lebih baik dari kemarin" ujarnya sambil mendorong kembali kursi yang didudukinya agat terlihat rapi, dan mengangkat tasnya dari bangku sebelahnya lalu menggantungnya dibahu dengan sedikit terburu-buru karna gugupnya.
"Kau bisa menelponku jika ada yang darurat. Aku akan langsung pulang. Karna hari ini aku hanya akan berlatih dengan Chaeng untuk konser nanti" gunamnya sambil berlalu meninggalkan meja makan itu tanpa menatap wajah Park Haejin sedikitpun. Haejin tersenyum tipis tanpa disadari oleh Lalisa.
"Berhati-hatilah iblis betina" gunamnya kecil. Sangat kecil namun tertangkap oleh radar pendengaran Lalisa. Wanita itu berbalik dengan wajah jengkel, dan seketika semua kegugupan yang tadi menyerangnya lenyap tak berbekas.
"Aku berangkat pria brengsek" ujatnya dengan penuh penekanan dan keluar dengan sedikit membanting pintu rumah mereka. Park Haejin menyenderkan kepalanya dikursi dan mengadah ke atas sambil memejamkan kedua matanya dengan senyum tipis.
